I'm going to write this article in bilingual, ie English and Malay-Indonesia. The tone of the article would be my frank thought of what I believe we as a nation, especially among the commoners need. It may takes few weeks. This article means to provide some frank feedback for our leaders (at all level) to ponder and hopefully to work on for the good of the nation especially in our existing turbulent undercurrent political chaotic situation.
Saya akan menulis rencana ini dalam dua bahasa iaitu Inggeris dan Melayu-Indonesia. Ianya akan berupa buah fikiran saya mengenai apa keperluan kita sebagai rakyat biasa dalam sebuah bangsa merdeka. Penulisan ini mungkin mengambil sedikit waktu untuk diberesin. Tujaun tulisan ini adalah khusus untuk mengemukan maklumbalas buat semua kepemimpinan kita (pada semua tahap) untuk mereka fikirkan, dan mudah-mudahan mengambil segala tindakan sewajarnya. Penulisan ini saya kira selaras dengan keaadan kecelaruan politik yang sedang kita hadapi.
(2) I would love to refresh the meaning of need. Need(s) are basic things that are of essential in our lives, without which, there would be disruption to our normal being eg Food, Home, Clothing, etc. Need(s) differ from want as want normally associated with our desire, eg in hot day we want ice cream, yet in fact we need water, the basic need to kill the thirst or to cool down. Need has limit, want can goes on to our death. Thus need is about basic, while wants are all those peripheral to our lives. Definitely, one needs differ from others, but here my focus would be on the basic needs as a nation and commoners.
(2b) Suka saya mengimbas kembali makna keperluan. Keperluan terbit dari kata dasar perlu. Maka atas sifat perlu maka ianya adalah sesuatu yang mesti kita dapati, kerana tanpanya, pasti kehidupan kita akan tempang. Contoh kerperluan asas kita adalah: makanan, kediaman, pakaian, dsb. Keperluan berbeda dengan kehendak atau kemahuan. Kehendak atau kemahuan terbit dari kata dasar hendak dan mahu. Dalam kehidupan kita, kehendak dan kemahuan kita akan berterusan sampai kita mati. Namum apa yamng kita kehendaki dan mahukan, tidak semestinya sesuatu yang kita perlukan. Contoh, kita hendakkan (inginkan) ais krim takala panas, namun sebetulnya apa yang kita perlukan adalah air buat menghilang dahaga atau menyejukan badan. Walau bagaimanapun keperluan hidup seseorang akan berbeda antara satu sama lainnya. Namun tumpuan penulisan saya adalah ke atas keperlaun kita sebagai rakyat biasa dalam sebuah negara merdeka.
(3) Let me now put forward my perspectives of the basic needs of our common nation that most leaders seem to either did not realized, ignored, or being indifferent. I have to focus to the leaders since they are the one whom being task to be responsible to do what they must be doing.
(3b) Biar saya turun betapa keperluan asas kita sebagai rakyat biasa telah terlepas pandang, salah tanggap, terabai dan atau dipandang remeh oleh kebanyakan dari pemimpin kita. Serangan saya tertumpu kepada pemimpin, kerana, sebagai mereka yang telah dilantik atau menduduki kerusi kepemimpinan, maka tugas mereka adalah untuk menyediakan keperluan yang rakyat perlukan.
Human Values: Sifat Insani
When Mahathir Mohammed drawn his Vision 2020, one of the pillars of his notion was: Malaysian must be psychological and morally confident. In line with a Malay proverb, basically he wants Malaysians to be able Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi with the rest of the world races. Thus to infuse such a psychological feeling in the Malaysians' hearts, he directed the nation to Look East. Bushido, Herakiri, Samurai, and all those that had made Japan superior should be something that Malaysians must study and adapt. To me, what Mahathir did was in fact, he had learned from the hikmah of the diversion of the Muslim Kiblah from Mecca to BaitulMuqaddis in the era of the darkness of the Arabia. He wants Malaysians to have a soul searching of their inner strength.
Dalam gagasan Wawasan 20202 Mahathir Mohammed, beliau mengutarakan betapa kita rakyat Malaysia perlu mempunyai rasa harga diri yang tinggi. Kita duduk hendaklah sama rendah dan berdiri biar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Makanya, dia mengalih pandangan kita dari melihat Barat kepada meneliti Timur; sifat-sifat Bushido, Herakiri, Samurai dsb yang telah menjadikan Jepun kuasa besar Asia perlu kita kaji dan sesuaikan. Perlakuan Mahathir ini, ibarat peralihan kiblat dari Mekah ke BaitulMuqaddis di saat masyarakat Arab sedang dalam kemelut jahilliah. Apa yan menjadi sasaran Mahathir adalah agar rakyat Malaysia, terutama orang Melayu punya jati diri yang kental.
(2) In the Islamic and any other religious teaching; the very fundamental of human strength is his spiritual infill. This infill is called Iman in Islam and morale values in the universal context. Doesn't matter how we define the matter, most important we should look at the objectives. The main intention of Iman and or Morale Values is for a person to be a real human as he/she suppose to be. He must respect his/her Creator, the Al-Mighty, and to do the best for the good of the humankind (and his/her environ).
(2b) Dalam Islam dan lain-lain agama, kekuatan azali manusia adalah keImanan dan atau Nilai Akhlaknya. Tujuan dasar sifat dan nilai KeImanan dan atau Akhlak seseorang adalah agar dia menjadi manusia sebagaimana tujuan kejadiannya. Dia mesti mentaati Penciptanya, yang Maha Berkuasa, dan melakukan yang terbaik untuk kepentingan ummah lainya (dan alam sekelilingnya).
(3) I'm not going to talk on the spiritual aspect of this subject, I want to leave that to our theologist to dwell on. But what I want to focus is on some weaknesses that we had been repeating for so long in building our younger generation characters and values. In some aspect I would say, our educational system (formal and informal) had failed to developed One Nation among our younger generation. Our formal education system for the time being is heavily on capitalist, individualistic character building. We want our kids to be personally brilliant, academically superb, talented. The elements of social, national, and environmental intelligence are much neglected. If such matters are taught, there are taught with a view to accomplish the capitalist and individualistic purposes. In many instances, things are taught in isolation of the others. The connectivity of many things are not well integrated.
(3b) Saya tidak bencadang untuk berbicara tentang Iman. Apa yang ingin saya tumpukan adalah beberapa kelemahan yang terus kita lakukan dalam mendidik anak bangsa kita. Pendidikan formal dan tidak formal kita sebetulnya belum dapat melahirkan Bangsa Malaysia. Dalam beberapa perkara, pendidikan formal kita lebih tertumpu kepada pembentukan sifat kapitalis dan individu pada anak-anak kita. Kita pada asasnya mengasak agar anak-anak kita pinter, hebat dari sudut akademik, dan berbakat. Nilai-nilai kemsyarakatan, kenegaraan, dan alam keliling sangat terabai. Namun jika diajar, segalanya masih tetap menumpu kepada kepentingan kebendaan dan perseorangan. Dalam banyak hal, cara pengajaran sering tidak dapat memberikan pemahaman terhadap pertalian akan sesuatu perkara dengan perkara yang lain.
(4) In the vernacular educational system, except for the Chinese medium, especially within the Malays System, particularly the Pondok and Madrasah, the emphasis is more toward the spiritual matters. The main lacking of this System is the connectivity of the students to the outside world. I would say, we can't deny that human being need to be a normal socialized human being as long as as they are still living in this world. I agreed that their morale values must be strengthened, but living in a multi-racial and globalized community there are social values that we must also gain to ensure our worldly survival and better living. To me, the Malay society and relevant authorities should discard their political differences to really ensure that the Malay Vernacular Schools would produce not only spiritually sound students but also a survivor.
(4b) Dalam pendidikan informal, kecuali di sekolah-sekolah berpengantar Cina, terutamnya di dalam sistem pendidikan Melayu (Islam), tumpuan kita lebih kepada pembinaan akhlak seseorang. Ini tidak salah. Cuma yang kekurangan adalah pendedahan anak-anak ini kepada alam kehidupan yang sebenar. Kita tidak mahu, anak-nak kita menjadi janggal bila berdepan dengan alam kehidupan sebenar. Akhlak yang luhur dengan persediaan untuk hidup dalam alam yang luas cabarannya pasti akan menjadikan kita bangsa yang mampu bertahan biar apa juga dugaannya.
(5) In actual fact, there is no need of these Vernacular Schools. The Government should be wise and open enough to understand what are the needs of the various races in the Country. Be it in the area of academic, talent, cultural, and spiritual development, all those could be well concieved and integrated. What needed is for the Government to move strategically toward such direction without touching the existing vernacular schools. Let just improve the Public Educational and School Management System to the best and let time kill them later. The normal psychological of man should be well capitalized ie they will change for something better.
(5b) Hakikatnya, kita tidak memerlukan sekolah-sekolah informal ini. Kerajaan seharusnya mengambil sikap lebih bijak dan terbuka untuk memahami kehendak rakyat. Rakyat memerlukan agar anak-anak mereka cemerlang dalam bidang akademik, bakat, budaya, dan rohani. Semua ini dapat dibina di sekolah awam, jika kita berusaha keras terus memperbaiki segala kelemahan yang ada. Bidang-bidang ini harus diberikan penekanan yang setimpal agar pembinaan kewibawaan anak-anak menjadi menyeluruh dan tegar. Bagi saya, Sistem Pendidikan dan Pengursuan Sekolah hendaklah dengan cepat diperbaiki. Kita tidak seharusnya melihat sekolah hanya untuk mengajar. Kita perlu jadikan sekolah untuk membina jati bangsa yang kental. Saya yakin, jika Sekolah Awam dapat memenuhi sebahagian besar dari keperluan masyarakat, pastinya, kewujudan sekolah-sekolah aliran bukan kebangsaan akan luput dengan sendirinya.
(6) The very basic demand of today hectic and family burdening lives is the need to take good care of the students. Parents, due to the pressing lifestyle, had lost the luxury to care for their kids as was 30-40 years ago. The Government should now start thinking hard on how the schools should be a real national incubator to care and produce the next good nation. This is where Educational and Kid Care Professionalism had to be developed and embark on seriously.
(6b) Kehidupan kita kini semakin menguncangkan. Keperluan dan hambatan untuk hidup kian menekan. Ibu bapa sudah kehilangan segala masa emas untuk bersama anak-anak mereka. Maka, sekolah harus dapat memainkan peranan untuk memenuhi segala kekurangan yang dihadapi oleh para ibu bapa. Sekolah sepertinya harus bergerak untuk menjadi ibu bapa dalam membina jati diri anak-anak bangsa di masa depan.
(7) There is a serious need for us now to provide all those childcare and early education facilities in our major housing areas. Young families need to be helped especially to overcome the need for hiring the maids which now had becoming very difficult and pressing. If we want to make our people to earn good high income, then they must be facilitated to do so. Child-babycare now should be a national pressing agenda.
(7b) Jika kita lihat keliling, kini terdapat banyak pasangan muda. Mereka sebenarnya sedang menghadapi tekanan hidup yang sangat berat. Pertamanya, segalanya sudah kian mahal. Penjagaan anak-anak menjadi kian payah dan menekan. Maka masalah perceraian di kalangan pasangan muda di kalangan orang Melayu umpamya sangat berkait dengan permasalahan ini. Maka Kerajaan harus buka mata dan hati terhadap perkara ini. Saya percaya, pihak berkuasa harus mensyaratkan semua kawasan perumahan di negara ini dibangunkan dengan kemudahan penjagaan bayi dan anak-anak. Kita mesti memandang berat perkara ini jika kita hendak membebaskan para ibu untuk dapat bekerja dan mendapat pendapatan sama. Paling ketara, keperluan ini, pasti akan sangat membantu kepada ibu-bapa tunggal.
(8) Let us now work to make the Nurseries, Kindy, and Schools as Institutions that could nurture Knowledge, Talent, Social Intelligence, and Inter-cultural-religion Tolerance among our kids. The university than should be a place to develop their unified and innovative thinking and up skilling process.
(8b) Berasaskan perubahan masa dan tuntutan, kita seharusnya boleh menjadikan Pusat Asuhan, Tadika dan Sekolah-sekolah sebagai pusat dalam membina jatidiri Bangsa Malaysia terutama dari aspek kesepaduan Ilmu, Bakat, Kemasyarakatan, dan Susila. Universiti pula, harus dijadikan sebagai insitusi yang boleh mengembangkan cara berfikir dan meningkatkan kemahiran anak-anak bangsa kita, tanpa mengorbankan sikap saling hormat menghormati antara satu sama lain.
(9) In short, let not politicise our Educational and School Management System. We should seriously now treat, Education and School as the founding groung for our true Nation Building.
(9b) Ringkasnya, politik telah sepertinya membunuh usaha murni dalam membina bangsa besar kita. Maka, kita seharusnya mengambil sikap bertanggungjawap untuk benar-benar menjadikan Pendikan dan Sekolah sebagai wadah asas Permbinaan Bangsa Malaysia.
Home: Kediamanan
Muhammad SAW, upon his retreat to Madina, he firstly built the Mosque. Next to the Mosque was his and all the other companions homes. Basically Muhammad SAW, through such act, had sent a very great signal for us to think and act. First he want psychological morale security ie the Mosque would enable him to develop and spread the Islamic spiritual teaching. The Mosque accordingly also took the role as the social facility to gain more knowledge, discussion, socialization, etc apart as a place to pray. Then, the homes were to secure his and the people physical and health protection as well as a place to start a life. His initial clustering of the homes close to the Mosque, I would say, among others was to give that sense of families and neighborhood development. Thus, this again would given the sense of social connectivity and security. Accordingly, later the Bazaar ie the economic activities of the communities was developed within the Mosque surrounding.
Kalau kita meneliti penghijrahan Muhammad SAW ke Madinah, pertamanya baginda membina Masjid sebagai tempat untuk para pengikutnya berkumpul dan beribadah. Masjid baginda jadikan wadah mengumpul dan menyatukan kekuatan dalam menimba ilmu, mengembangkan syiar Islam serta tempat untuk masyarakat berjumpa dan bersepakat. Kemudian baginda membina rumah kediaman untuk keluarga dan para sahabatnya berdekatan dengan Masjid. Selain untuk mudah memakmurkan Masjid, baginda juga membentuk suasana kejiranan dan kekeluargaan yang akrab di antara para pengikutnya dalam membangun sebuah keluarga dan masyarakat yang damai dan sejahtera. Kemudian, pembangunan Pasar menyusul sebagai salah satu untuk memperkuat kedudukan ekonomi umatnya.
(2) With such function of a home, thus it is then very basic for each human family to own a home. Today's pressing issue about the matter is, affordable homes are too expensive and difficult to get. Not because there are short of supplies, all are about; firstly we don't have a proper Neighborhood Development Master Plan, and secondly Free Market Take All. Though there is a policy of Compulsory Affordable Housing Development but such policy, I would say had lagged over time.
(2b) Berasaskan peranan perumahan dan atau kediaman sebagaimana dinyatakan, maka adalah sangat perlu bagi sesebuah keluarga dan atau perseorangan untuk memiliki rumah. Keperluan perumahan, terutama bagi golongan berpendapatan Pertengahan dan Rendah adalah masalah kemampuan untuk mendapatkan rumah di kawasan yang sesuai dengan keperluan tempat kerja dan sosial keluarga. Perumahan mampu milik biasanya terletak jauh dari tempat kerja dan atau persekolahan anak-anak. Ini menjadikan kos hidup mereka meruncing hebat. Masalahnya berpunca dari kelemahan dalam strategi kita merumus Pelan Pembangunan Perumahan untuk rakyat. Pembiayaan milikan rumah melalui pasaran terbuka juga telah menimbulkan banyak spekulasi (dan atau riba berkelaluan).
(3) What is needed in fact to get our Statistic Department (SD) and the Economic Planning Unit (EPU) to work closely to analyse all those census data and to plot all those variables onto spatial perspective and thus to advice the Government on the current and potential trend of all our Physical Development and thus to track the possible best Housing and Transportation Plan and Development. I believe, our Housing Policy, especially to meet the rakyat mass basic requirement, the emphasis should be that all the basic services and employment centers should be within the 30 minutes accessibility from their place of stay.
(3b) Setidak-tidaknya setiap lima tahun sekali kita membuat Bancian Penduduk dan Pendapatan. Begitu juga kita sering membuat Bancian Rumah dan Segala Jenis Perusahaan. Kini sudah terdapat teknologi GIS dan Remote Sensing. Seharusnya, Jabatan Statistik,Unit Perancang Ekonomi (EPU) dan Perancang Bandar harus sering menyemak dan melihat data-data ini juga dari sudut tata ruang terutamanya untuk menilai dan memudah cara pergerakkan rakyat kebanyakan ke tempat kerja serta keperluan-keperluan asas lainnya dari pusat kediaman mereka. Dengan cara ini, mungkin kita kemudian dapat merumus Sistem Kejiranan dan Pengangkutan yang membolehkan para penduduk berkaitan hanya perlu bergerak sekitar 30 minit untuk mendapatkan semua keperluan tersebut. Kita harus ada dasar Perumahan yang menjurus kepada mesra rakyat.
(4) One very pertinent about our housing system. We have not move with our population changing skill, talent, and aspiration. In today employment structure, the younger generation love to experiment and be with new things. We are very much lacking housing system that could facilitate such a mobile generation. Once one bought a home say in Kuching, due to his/her income limitation, though there might be a much better or even suited employment say in Miri, he/she would have difficulty to grap such chances as he/she couldn't afford to buy another home in Miri. Such situation, in fact had also generate inert characters among our new generation. Our housing system limited their innovation and risk taking drive. I could see, innovative character building would be our big future problem. We need Public Housing System or facilities that able to take care of the transition and or mobile generation. Rented Public Homes and or Apartments, probably, must be developed.
(4b) Kelemahan yang amat ketara dalam sistem perumahan kita sekarang ini, adalah ianya tidak selari dengan perubahan ilmu, kemahiran, bakat dan cita rasa terutama golongan muda kita. Akibatnya kos rumah yang tinggi, serta pendapatyan yang masih rendah, umpamya jika seseoramng membeli rumah katakan di Kuching, maka jika wujud peluang yang lebih baik katakan di Miri, kerana masalah tanggungan maka dia akan terus terikat untuk terus berada di Kuching. Dia tidak mampu untuk membeli sebuah lagi rumah di Miri. Sistem prumahan yang kita amalkan sekarang ini secara tidak langsung akan mengekang dan atau membunuh sifat-sifat inovatif dan berani mencuba di kalangan anak-anak bangsa kita. Kerajaan seharusnya memandang berat akan keperluan perumahan untuk golongan peralihan dan melelang* ini. Perumahan Awam untuk sewaan mungkin perlu kita wujudkan.
(5) Our current Housing System doesn't encourage the drive to build a One Nation State. Or probably our definition of a One Nation State is very illusive and still being clouded by personal political interest. Or we yet to have a true National Leader who truely thinking and working for the nation rather for his/her intyerest. Progressively, we should have a housing system where people are able to socialize, care each others, and with high degree of respect to the neighbour. In this respect, the lives in the Longhouses among the Iban, Bidayuh and Orang Ulus of Sarawak could be a great model. To me there in fact no different between a Longhouse and the Terrace or even an apartment or condo. The Longhouse in fact is a Terrace or Linked houses. Just lift the Longhouse upward, it will be just an apartment or condo. The elders, the young, the kids in the Longhouse are well organised, behave, and with great respect to each others. The cohesiveness of a social structure in the Longhouse is really great and worth to study. I suggest our local lecturers in the Housing and Urban Development Planning should study these and reformulate such livestyle into a much better National Housing System.
(5b) Kita mungkin tengah terkapar-kapar untuk mencari Model Perumahan dan atau Kejiranan yang baik. Saya berkira, kehidupan di Rumah-Rumah Panjang di kalangan masyaerakat Dayak dan Orang Ulu di Sarawak boleh memberikan ilham Model yang baik. Struktur sosial di Rumah-Rumah Panjang adalah sangat tertib. Yang kecil dan dewasa, yang tua dan muda, semua mereka saling menghormati antarab satu sama lain. Sikap saling hormat inilah yang mengutuhkan kehidupan di Rumah Panjang. Sebetulnya, Rumah Panjang adalah ibarat rumah teres di bandar. Juga jika Rumah Panjang ditegakkan, pasti ianya menjadi Rumah Pangsa, dan bahkan Kondo. Cuma, apa yang perlu diperelokkan adalah soal kebersihan dan pengekalan kehijauan (taman).
(6) Basically, the Government must be serious to address the housing need of all strata of our population. This housing need must be closely link to the need of mobility, employment, social infrastructure and as well as recreational places. We ought to have a real heavenly housing policy and program. The Financing and Pricing System of our housing scheme must also be seriously relook.We can't leave everything to free market.
(6b) Hakikatnya, Kerjaan perlu memandang berat megnenai keperluan perumahan rakyat dari pelbagai lapisan. Keperluan perumahan ini harus berkait rapat dengan segala keperluan lain khususnya dalam soal pekerjaan, kemudahan sosial, dan riadah. Kita perlu memberikan suasana rumahku, syurgaku kepada rakyat. Juga kita perlu meneliti dengan berat tentang Sistem Harga dan Pembiayaan perumahan kita. Tidak segalanya harus dilepaskan mengikut sistem Pasaran Bebas.
Food: Makanan
Every single living creature need food. Food is needed not only for the energy but as well as for health. Definitely food is also needed to some for status display. But what matter today, food had becoming expensive and worst less hygienic. The cost of producing food had increase tremendously. Climatic change had evolve much different food diseases and pests, thus causing lot of headache among the food producers. Accordingly, flood and draught had also highten the risk of the food industries. Worst, most of the good agriculture areasa are now subject to much lucrative land use.
Setiap mahluk perlukan makanan untuk hidup dan sihat. Makanan juga adalah bahan untuk peragaan kedudukan sosial. Hakikatnya kini, harga makanan kian meningkat dan yang menyulitkan kian menjadi kurang selamat. Kos untuk menghasilkan makan kian meningkat. Penyakit dan persoak makanan kian terevolusi akibat perubahan cuaca dan keadaan. Banjir dan kemarau menambah masalah beasr dalam pengeluaran makanan. Juga, banyak dari tanah-tanah pertanian kini sedang dibangunkan dengan perusahaan lain yang lebih menguntungkan.
(2) The Government should take food security issue as a very serious matter. While we still can afford to make our land dedicated for food production, it is better for us to get that done now. I could see there is a serious need for the Government especially through the GLCs such as Tabung Haji, Sime Darby, FELDA, FELCRA, etc to own and develop land specially for Food Production and Induustries Development. Those idle paddy land should be bought over, the farmers be commercially compensated and well taken care, while their land should be consolidated and properly developed. We need a real macro-plan in our food production and industrial development. We can't be too much dancing to our political short term needs by means of subsidies and handouts that lead us to no where. I doubt subsidies in the current mode would be able to lifetd our povertuy issues, it may sustain our poverty and thus enabling for political manipulation all through.
Security: Keselamatan
Skill and Employment Development
Health: Kesihatan
Mobility: Pergerakan
Entertainment: Hiburan
Note:
(*) Melelang adalah istilah Jawa yang bermaksud seseorang yang suka merantau mencari kehidupan (baru dan atau lebih baik).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment