.

1/5/2024 KAMU HARUS MELUPAKAN.

Posted By: Abdullah Chek Sahamat - May 10, 2024

Share

& Comment

Tadi malam, aku memandu sendirian ke Kota dalam waktu agak lewat. Jam 21:00 dari Kampung, kira-kira jam 22:30 baru sampai ke Kota. Langit cukup indah. Bintang-bintang bertaburan berkedip-kedip tanpa henti. Malam agak dingin. Panduanku diiringi oleh Maher Zain dengan nyanyian Freedom - khusus tentang perjuangan rakyat Palestine ingin punya negara berdaulat. Besok aku mahu berangkat ke Pulau Pinang dan langsung ke Sungai Petani, Kedah dalam rangka pembuka lowongan bagi kami teman-teman lama di Universiti Kebangsaan Malaysia untuk berbuat sesuatu biarpun hanya sekelumit buat warisan tinggalan kami nantinya. Sesampai di Kuching, aku terasa sangat lapar. Pusing keliling lalu jam 23:00 singgah di sebuah kedai makan di Jalan Satok. Taukeynya bilang, "Sudah mahu tutup". Dalam sesal dan lapar, pasti aku merengus. Aku kembali ke parkir untuk mendapatkan mobilku. Namun, tiba-tiba aku disapa dari belakang. Aku menoleh mencari-cari. Seorang teman yang sudah tidak aku temui sejak sebelum Covid 19 melanda menepuk-nepuk bahuku. Katanya "Aku hanya menduga-duga. Dari panjang dan bentuk ikal rambut, aku bersangka kamu. Cuma aku tidak pasti lantaran rambutmu sudah sangat memutih. Tapi stylist lu", lalu kami tertawa dan berjabat. 

(2) Kami lalu bersama menuju ke Kuching Waterfront. Aku tahu di sana, warung seorang teman lama Waen, pasti masih buka biar sehingga jam 02:00 pagi. Aku memilih meja bundar kecil nyandingi pagar. Kami memesan Teh Tarik dan Nasi Aruk - Goreng Cincaluk. Temanku, biar kupanggilnya Teman saja, tidak seperti selalunya. Dulu-dulu, bicaranya cepat ngoceh terus, penuh lelucon - tertawa-tawa dan ngaur - alias sembarangan. Jika bukan hal-hal perempuan pasti hal-hal semberono yang kelihatannya dia adalah juara - sang jago. Kali ini tidak banyak bicaranya dan cukup waspada. Aku bersangka - menebak, dia pasti punya masalah berat. "How's life?" mula aku pembuka bicara. "I'm damn in deep shit man" balasnya dalam rengut wajah bagai Malikat Maut sedang nongkrong menunggu nafas terakhirnya lepas. "Well two years had past, my girl friend cabut lari, yet I can't keep my mind out of her" balasnya. "Adakah dia terlalu istimewa atau kamu sudah insaf tentang kebejatan - jahat-nakalnya kamu?" tanya aku ringkas. "Istimewa tidak istimewa, kami sudah membelangkas selama 10 tahun. Bersama dia, aku sudah tidak nakal-nakal lagi. Bersama dia, aku berkira seperti pepohon, akarku sudah merayap, dahan-dahanku menghijau segar dan pepohonku sudah kekar, cuma kembang baru gugur dan putik-putik buah sedang tumbuh tiba-tiba ..." dia diam dan diam yang aku kira penuh lirih. Aku biarkan. Aku tidak ingin mendengar cerita panjang-panjang. Aku mahu ringkasan isu pokoknya sahaja. Itu tabiatku. Aku minum. Aku melahap nasi goreng yang sudah terhidang. Usai segala, aku berpaling melihat hiasan lampu-lampu neon di tebing utara Kota Kuching. Di dalam benak hatiku "Kenapa Kota ini, di kawasan perkampungan Melayu, terhias bagai Pat Pong, Bangkok, wilayah jualan daging-daging mentah? Kenapa tidak lampu-lampu itu diukir mengikut corak buah berembang - pedada, buah nipah - tematuk bahkan rimbunan kunang-kunang sebagai ingatan sejarah silam perkampungan ini suatu masa dulu?" Begitulah, jika berbuat sekadar berbuat tanpa jelas akan maksud dan tujuannya.

(3) "Jadi apa masalah atau isunya?" aku bertanya sambil merenung tepat matanya. Dia menghindar pandanganku. Sememangnya sebegitulah. Dia jika tidak serba salah, mungkin jangal untuk berbicara seluas dan sedalamnya. Namun bagi aku mudah, jika dia kepingin nasihat jalan keluarku, maka dia harus berani jujur. Jika tidak, kebiasaan aku "masa bodoh lu". "I really don't know where I must stand" balasnya lagi. "Well if you expect for her return, firstly she may not return or secondly you yourself is not confident of her return. Yes, kamu benar, kamu neither here nor there", aku mengail untuk menyambar ikan paling besar. Kali ini dia menikam tajam renunganku. Rasanya Malaikat Maut sudah berganti Raja Iblis menguasai pandangannya. Jika itu sebegitu, aku bersyukur. Jika Malaikat bersamanya, aku pasti tidak bisa melaku apapun agar sang Malaikat kabur. Namun jika Iblis bersamanya, itu perkara gampang. Iblis paling mudah untuk dihambat. "I need your adivice" katanya. Benar. Ikan sudah menyambar. Sekarang apa aku mahu mendarat atau melepaskan saja hasil kailanku.

(4) "Sorry, aku sebenarnya terlalu letih dan sudah mengantuk. Besok aku harus ke airport awal. Aku hendak berjalan. Lama sudah berkurung dan tidak berjalan. Jadi nasihat aku, ringkas dan mudah saja" ungkapku dan kami locked pandangan. "First, do nothing about her. Do absolutely nothing - don't even think of her. No need for you to side or attack her. I'm not suggesting for you to ignore her. Just do nothing. She left you, you now take it as that you must be by yourself. 
Just be you as one you. That is the greatest moment of you if you know why and how to capitalise it," tegasku dengan tantangan mataku terus menumbak pandangan sayunya. Dia diam membisu. Nafasnya kekal berhembus teratur. Matanya saja kelap kelip bagai kunang-kunang. Itu petanda, dia sedang mendengar. "Baik, cuba belajar dari esa dan tunggalnya Allah. Agak-agak kenapa Allah tiada sekutunya? Kenapa Dia mutlak sendiri?" soalku tajam kepadanya.  "This is strictly my view, and sebegitulah aku untuk sekian lamanya. Aku gemar dan tidak gentar sendiri lantaran aku mencontohi sifat Allah Penciptaku adalah solitare. Bagi aku, Allah solitare lantaran Dia mahapencipta. Cuba lihat apa saja yang tidak Dia cipta. Dari seringkas Virus membawa ke paling komplek manusia dengan segala akalnya, dari sekecil debu sehingga ke alam cakrawala, apa saja tidak diciptaNya? Nyata dan tidak nyata, semua Allah adakan. Dia mahakreatif, maka Dia Tunggal Kendiri" dalam nafas panjang kulafaskan fahamanku tentang untungnya hidup sendiri. Sendiri; bukan sendiri-sendiri. Sendiri dengan tujuan jelas. Sendiri-sendiri; seringnya lantaran pelarian yang bacul. Jangan pilih jalan bacul, berjalan sebagai pemberani.

(5) "Teman, dari kamu asyik memikir dan berteka-teka tentang dirinya, yang akhirnya kamu hanyut dan lemas, apa kamu kira kamu akan beruntung - you can turn pariah man. Jika itu adalah kamu, pasti dia semakin tidak pernah mahu menoleh kepadamu. Jadi ikutilah jejak Allah - focus berkreativiti dan binalah identiti hebat kamu. Aku tidak pasti apa minat dan kegemeran kamu, asal jangan perempuan dan perempuan sudahlah, focus to develop and grow with your talents and interests. Sesungguhnya, tanpa dia, kamu berpunya mutlak segala apa untuk menjadi kamu yang hebat dan terpandang. Kamu faham maksudku dan apakah kamu berani tekad untuk hanya mengurus dirimu dulu?" tegasku lagi. "Akhir sekali, apapun jangan lupa untuk berserah segala-gala kepada Allah. Kamu berjaya atau gagal, berserah pasrah kepada dan dekatilah Allah selalu. Dia tahu apa yang terbaik untuk kamu," aku mengakhiri saranku kepadanya. Temanku terus termanggu. Mungkin otaknya sedang menjerap. Pasti tidak biul atau marah. Wajahnya berkeredut namun tenang dan itu petanda, dia mendapat pertunjuk tentang apa yang harus dia perlakukan seterusnya. Perlahan-lahan dia menghulur jabat sambil mengucap "Thank You friend". "Sure, see you as a great you soon" balasku lalu kami beredar hampir-hampir jago mahu berkokok. 

(6) Teman, hidup ini tidak mudah. Hidup ini keras. Hidup ini boleh sangat panas. Kita harus terus menerjah. Galang bukan hambatan cuma dugaan agar akal terus kencang berkreativiti. Sesungguhnya segalanya adalah proses pembentukan Iman kita yang kental dan kekar. Iman kita hanya pada tingkat tertinggi jika di dalam apa juapun kita syukur dan sabar. Syukur dan sabar adalah inti Iman. Sesungguhnya Syurga dan Neraka itu ada tujuh tingkatnya. Di mana kita akhirnya tergantung tingkat keImanan kita. Sebegitulah hukum azali  Allah agar  tingkatan Syurga dan atau Neraka kita adalah yang terpaling bagus buat kita. In Shaa Allah. 

Kuching, Sarawak
10 Mei., 2024


#Abdullah Chek Sahamat

Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand

0 comments:

Copyright © 2010 abc sadong™ is a registered trademark.

Designed by Access. Hosted on Blogger Platform.