saat awan melerai turun,
mencurah hujan menyiram bumi,
saat hutan ngak tertanggung,
meluru deras air gunung,
menghempas batu jurang dan gaung,
di tengah belantara suara menderu,
takdir air mendingin segala.
saat Adam nyaman di syurga
sudah memiliki segalanya,
Adam mencari nan tiada,
maka Tuhan mengerti mahunya,
lalu Hawa dicabut dari rusuknya,
takdir perempuan pelengkap syurga,
namun kerananya Adam tercampak ke dunia.
saat menggelegak rindu mengurung,
saat memuncak diresah murung,
melari perempuan ke kaki gunung.
aku terpana pada keduanya,
air dan perempuan, terpisah tiada seringnya:
saat kehausan merekalah penyegar,
saat kepanasan merekalah selimut dingin nyaman,
saat ganas keduannya melemaskan.
tiada mereka, aku sepi di Padang Gorbi
tiada keduanya, samudera tidak menyampai aku ke tepi
tanpa keduanya, seperti hilang segala erti.
Adam, cucumu, sedang belayar
pohon tanganmu kukucup,
biar aku terus mengerti dan berdiri
siem reap, kampuchia
2 sept., 2011
1 comments:
ohh.. i like this entry. 1 more thing, kalau air deras, bisa merosakkan segalanya.
Post a Comment