.

7/2/12 HELANGPUN MENUKIK GUGUR

Posted By: Abdullah Chek Sahamat - February 19, 2012

Share

& Comment

Dua tubuh duduk di tangga gubuk. Sang tua, wajah berkedut, rambut memutih mengurai lembut, alis matanya tetap tebal biar juga telah memerak berkilau tiada beda dengan rambutnya, matanya tajam bersinar biar kian melayu, jari-jari kurus memutih, tubuh kendur semua biar terus tampak gagah. Kacamatanya menebal, setebal lembaran sejarah kehidupan payah yang telah dia lewati. Pak Manan adalah gelar semua bagi dirinya.

Mulai Segalanya Dengan Bismillah

Anak kecil mencangkung berkain batik Solo, dadanya bulat mendepan montel, kaki dan lengannya gebu pendek, dahinya bulat lebar, rambutnya lebat lurus, bibir mulus bagai ulas jeruk bertaup rapat, namun padanya sentiasa terbuka dan ngoceh. Matanya bunder besar sering melotot saat rasa ingin tahunya memuncak. Setiap soal pasti akan bersama bibir yang terbuka luas dan pelototan garang. Dia ingin jawaban pasti dan pantas terhadap apa saja yang dia persoalkan. Saat kelewatan waktu yang dia dambakan pasti tangan-tangan montelnya, akan menguncang tubuh datuknya Pak Manan. Itulah Munsyi anak kecil yang sedang belajar hebat dari datuknya.

(2) Dua tubuh yang tumbuh pada dua zaman yang sangat berbeda. Satu di zaman terjajah sedang yang kedua pada zaman merdeka. Keduanya adalah dua manusia akrab yang sukar terpisah. Datuk dan cucu, begitulah taraf mereka. Bagai aur dan tebing, isi dengan kuku, cicin dan permata; terpisah jangan.

(3) Di awangan, awanpun berpusu dan bertompok ke Timur, sedikit yang berbekas di Barat. Angin menderu mengoncang pohon-pohon pinus menambah gundah hati mendengar pecahan dadun-daunnya. Cemarapun bergetar hebat terbungkuk-bungkuk meliuk mempertahankan diri dari rebah dan patah. Samudera membanting diri menganas ke pantai. Camar dan binatang pada melaung keriuhan. Cahaya memancar lap sekilas tiada kedua kalinya. Segalanya pantas. Datang dan pergi sekelumit waktu.

(4) Munsyi seperti selalunya, menguncang tubuh datuknya, Pak Manan, namun kali ini lebih gegas dan kuat: ”Apa itu mbah: Tok?, saat menyaksikan keajaiban menerpa dak dak itu. Tanpa gentar, tanpa undur, penuh yakin, tangan si Tua mengusap-ngusap kepala dan tubuh si cucu. Dia tersenyum sangat puas. Dadanya berombak dan terpancul rasa syukur: ”SubhanaAllah. Maha Besar Engkau. Jika ini adalah tandanya, inilah rahmat yang bakal cucuku taburkan ke seluruh bumiMu. Mata Munsyi membulat. Mulutnya melopong. Tangannya mengengam erat tubuh datuknya. Tanpa suara, dia menguncang tubuh tua itu. Jari-jari halus kurus datuknya, menutup mulut bagai pintu gua Hira itu khuatir mungkinnya laron si Lalat Hijau menerobos masuk.”Munsyi, mbah seumur ini, baru ini meihat kehebatan ini. Jika engkau ingin tahu, sebeginilah saat ungkapan Bismillah, Allah turunkan buat Muhammad SAW memulakan segalanya. Awan menyisih dan angin menderu itu, adalah jalanan ketangkasan malikat dalam membawa kalimat tersebut kepada Muhammad. Sedang, cahaya yang memancar itu adalah para syaitan yang Allah lemparkan ke bumi kerana keangkuhan mereka”.

(5) ”Munsyi, mulailah segalanya dengan Bismillah dalam apa juga langkahmu. Kerana dengan ungkapan itu, bukan sekadar engkau mengakui keesaan Ilahi, tetapi yang lebih penting dan mesti engkau mengerti, betapa dengan ungkapan itu sebetulnya engkau telah beriktikad, segala sesuatu yang engkau lakukan itu adalah suci, jujur dan ikhlas dan keberhasilannnya engkau serahkan seluruhnya pada keyakinananmu pada keesaan Ilahi. Semuanya engaku terbuat demi Allah, tidak lain selain untukNya”. Munsyi terus melopong. Tangannya tetap mengengam birai baju si Datuk. Tandanya dia masih kurang mengerti.

(6) "Macamana mbah, bukankah kita makan sebab kita lapar. Bukan sebab Allah. Allahkan tak pernah lapar. Kita tidur sebab kita mengantuk. Allah tak tidur, kita tidak tidur sebab Allah. Semua benda yang kita buat sebab kita yang hendak membuatnya" asak Munsyi penuh keraguan tentang usul datuknya. Pak Manan, tersenyum lebar. Dia merasa lapang mendapati Munsyi punya seribu satu persoalan. Dia yakin anak ini pasti akan terus mencari, saat di temuinya apa yang dia cari, pasti dia akan kental dengan keyakinan dan pasti tergengam sukar terlepas. Mungkin hanya ajal akan melepaskan apa yang dia mengerti dan yakin.

(7) Sebentar, seekor helang menukik meraung merdeka. Telinga tipisnya, membawa mata Munsyi mengikuti layangan helang. Ayam dan itik berlarian. Burung-burung berkejaran menjauh dan berlindung pada pohon-pohon berdaun lebat. Tupai-tupai berterjunan. Sebentar tikus mondok muncul dan berlarian sembunyi terus. Pak Manan merenung tajam cucunya. Dalam hatinya, berdoa ”Mudah-mudahan anak ini akan mengerti maksud alam, kekuasaan Ilahi, lalu menebar pengertiannya buat kebajikan umatNya”. Dia mengusap-ngusap terus rambut dan pundak Munsyi. ”Saat helang berlegar, ikan-ikan dan ular-ular di lautpun semua berlarian sembunyi diri” tambahnya. Tanpa ada bahana, pasti semua akan leka. Tiadalah usaha untuk berfikir kuat untuk mempertahankan diri. Begitulah alam, mendidik bagi semua yang mahu berfikir.

(8) "Munsyi kankah pandai melukis. Melukis ayam. Melukis itik, kambing, orang, macam-macam lagi. Pokok, awan, perahu layar, segalanya, mbah lihat sangat cantik lukisan Munsyi. Tetapi, semuanya kaku bukan? Tidak bisa bergerak. Ayamnya kaku, Kambingnya kaku. Pohonnya kaku. Awannya juga kaku. Kenapa?", Pak Manan merenung tajam si anak cilik itu. Ah kamu kok melompong melulu sambung Pak Manan saat anak itu ternganga bagai buaya lapar. Semuanya kerana, itu adalah apa yang kamu buat. Kalau Allah yang mencipta, pasti semuanya boleh bergerak, semuanya bernyawa, semuanya ada roh. Jadi supaya akan menjadi lebih baik, elok apa juga yang kita lakukan kita mulai dengan Bismillah, semuanya kerana Allah sambung Pak Manan cuba mendidik Munsyi akan tertib perlakuan yang mesti menjadi pegangan anak itu.

(9) ”Tapi mbah, kenapa gunung, bintang, batu dan banyak lagi tak boleh bergerak? Tak ada nyawa. Bukankkah itu semua ciptaan Allah?” soal Munsyi membalas seperti menyanggah hujah datuknya. Terkesima Pak Manan. Tidak terduga sepantas kilat, Munsyi punya soal mematah. Dia sedar, jika kali ini dia tidak bersikap bijak, pasti akan menimbulkan kesangsian kepada anak ini tentang kebesaran ungkapan Bismillah. Boleh jadi kacau.

(10) ”Beginilah. Munsyi sudah pandai Ilmu Hisabkan? Cuba kira 12+12, berapa?”, soal Pak Manan pada cucunya. ”Kacang mbah. 24!” jerit Munsyi dengan penuh girang berseringai. Matanya tajam bercahaya. Dia penuh yakin. ”Baik. Macamana jika 12+12÷12-12x12?” soal Pak Manan lagi. Munsyi melopong. Mengaru-garu kepala. "Itu Munsyi belum belajar mbah. Mana Munsyi boleh jawap" jawap Munsyi mengerutu. "Kenapa guru tak ajar Munsyi hitungan seperti itu? soal Pak Manan. "Itu Munsyi akan belajar dalam Darjah Empat, bila Munsyi sudah besar sedikit" jawapnya tegas. "Ha, nanti bila Munsyi sudah besar, pasti Munsyi akan tahu kenapa ada ciptaan Allah biarpun bernyawa, ada roh, bergerak tetapi kelihatan tidak bergerak, macam batu, gunung, dan bahkan segala bintang" jawap Pak Manan cermat bagi mengelak Munsyi terus mempersoal yang belum perlunya. "Kalau begitu, Munsyi hendak cepat besar supaya Munsyi dapat tahu semua perkara" balasnya penuh semangat. "Bagus itu. Makanya Munsyi mesti selalu makan sayur, buah, minum susu segar, dan ikan supaya bukan saja cepat besar, tetapi sihat. Otakpun cergas. Jangan lupa, masa memulai makan, mesti baca dulu Bismillah" nasihat lanjut Pak Manan pada cucunya. Munsyi mengangguk-ngangguk seperti setuju.....

....semuannya Munsyi kerana daya fikir dan rasa yang Allah berikan....tanpa keduanya, tidaklah kita akan lapar, ngatuk, sedih, gembira, apa saja....maka....




terasi, simunjan, malaysia
19 feb., 2012

#Abdullah Chek Sahamat

Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand

1 comments:

Anonymous said...

Dengar khabar, sdra sudah menikah dengan gadis Indonesia. Orang mana tu? Bandung, Surabaya taua Madura? Siapapun, syukurlah. Wajar bagi sdra untuk settle down. Mudah-mudahan kebahagian membungkus kehidupan masa depan sdra. Juga mudah-mudahan sdra akan juga seterusnya akan dapat terus berbakti dengan penuh perhatian.

Copyright © 2010 abc sadong™ is a registered trademark.

Designed by Access. Hosted on Blogger Platform.