.

3/11/12 LIBERALIZATION, Najib way to growth, but my thought....? (Draft)

Posted By: Abdullah Chek Sahamat - November 05, 2012

Share

& Comment

Saya ngak inget kapan saya nengak nengorokin Coca Cola. Juga begitu, saya ngak pasti kapan saya ngeblok McDonald. Namun saya inget bener kapan saya mulai naikin bis, bus Ford. Sebabnya, perjalan itu ditandai sebagai hari mula kebebasan saya buat mengenal dunia dan melewati segala kepayahan lantaran di dalam perjalanan dari Gedong-Serian dan Serian-Kuching, jalannya tersedat-sedat lantaran rakyat sedang menghadapi banjir besar pada lewat Disembar, 1972. Hati rakyat resah. Hati saya juga resah, kerana meninggalkan kaum keluarga saya yang kapan mau ketemu lagi, saya ngak pasti. Masa itu saya mahu berangkat buat menghambat Pendidikan Barat di UK. Dari SMR Kuala Krai, Ulu Kelantan (UK), kemudiannya saya saban hari menaiki bus Ford ke sekolah yang jauhnya sekitar 5 KM dari Asrama di SM SYP. Saat seusia 13 tahunan saya sudah disogok akan hebatnya amparat sisa penjajahan.

I can't recalled when did I first drank Coke, flashing down my throat. Accordingly I can't remember when did I took McDonald. But I could freshly recall when did I first boarded the Ford bus; that was from Gedong to Serian then Serian to Kuching and later to Pending Youth Center which in my hand currently being developed into Kuching I-Center. Earlier, I can't take the Motor Launch from Simunjan to Kuching because the sea was so fierce. Flooding was badly affecting lots of lives along my path. The day was crying all through. My heart was wet in silent.  It was a journey for me to be engulfed in this fierce and challenging world. It was in late December 1972 on my way of conquest for Western Education, on my bound to UK to attend my Lower Secondary Education at SMR Kuala Krai, Ulu Kelantan (UK), Kelantan. In 'UK', daily I took the Ford bus from the Hostel to the School which was about 5 KM away. Today I realize, since I was 13, I was corrupted by the luxuries of colonization.

(2) Apakah hikmah Allah di balik Jalanan Hari Menangis ini ke atas pemikiran saya kini, khusus terkait soal Coke (Coca Cola), McDonald dan Ford dan gempuran liberalisasi Najib? Saya ingin melihat ini, semoga kita sempat belunjur, sebelum duduk; mendongak, sebelum terhantuk, jika itu Najib masih mengerti, atau mungkin Rais Yatim masih bisa nyelentik kupingnya. Juga selenting dalam benak saya, juga mudah-mudahan Muhhydin Yasin juga bisa merasa kok kenapa bangsa Indonesia begitu pinter bikin bakso, sup ega, sup buntut, sup ceker ayam tempe, dsb dari segala sisa makanan serta Mustapha Mohammed bisa ngamatin kenapa masyarakat Filipina paling seneng bikin serta enak makan babi bakar. Dulu di Kelantanpun, banyak makanan colek, enak memang enak, namun apa pengertian di baliknya? Dalam saya nyetir dari Kampung ke Kota di pagi gerimis tadi, persoalan-persoalan ini menguja saya untuk menulis kenakalan ini.

(2b) As I was driving from MyVillageHome to town to work this morning, I have this thought to go cautioning Najib over his liberalization move. Coca Cola, McDonald, Ford crossed my path. Accordingly, I was wondering, and hoping Muhhydin Yasin, could also running along my thought why my Indonesian country men are so skilled in making those Bakso, Cartilage Soup, Ox Tail Soup, Chicken Fingers Soup, Fermented Soya Bean, etc from all from those indeed carcasses. Hopefully Mustapha Mohemmed, still could remember the term kakas in Kelantanese, which I figure must have been derived from the word carcass, and thus come along with my wonder why the Philippines love to roast and eat pig?

(3) Coca Cola, MacDonald dan Ford adalah lambang Pasaran Bebas, Ekonomi Terbuka, serta Globalisasi perjuangan pertualangan sebetulnya Amerika. Coca Cola sebenarnya adalah lambang Demokrasi dan Kapitalisma Amerika. Dalam tahun 1980, pasti sukar untuk kita melihat lambang Coca Cola di China. Maka sebab itu China jadi musuh besar Amerika. Dalam tahun 1990an, bila Deng Xiopeng mati, botol Coca Colapun berdiri gagah di Shanghai. Kapan agaknya konsep Pasaran Bebas, Ekonomi Terbuka, serta Globalisasi diketengahkan? Untuk ini, kita perlu kembali mengerti Sejarah. Kita pasti tahu betapa WWI dulu hanya berlaku di sekitar Laut Balkan. Ianya lebih kepada soal penyatuan bangsa di Eropah Timur. Namun WWII amat berbeza. Selepas WWI, kaum Yahudi berkembang cepat di Eropah. Kedamaian membuahkan kemakmuran. Pelbagai revolusi sebelumnya, khusus Revolusi Industri telah membuka peluang luas buat rakyat Eropah untuk berkembang maju. Eropah sepertinya sebuah keluarga terbuka. Pasaran bebas. Kaum Yahudi atas kebijaksaan serta kegigihan mereka, namun licik, kemudian kian menguasai segala. Kemudian berlaku penguncupan ekonomi, sehingga kehidupan rakyat menjadi payah susah. Penduduk asli Eropah tidak senang akan perkara ini. Bangsa Jerman, di bawah pimpinan Hitler akhirnya menyimbah darah Yahudi di seluruh Eropah. Gandingan Jerman-Itali kemudian telah dilihat sebagai mengugat agihan penjajahan oleh Anglo (Britain), dan Peranchis serta negara-negara Pantai Atlantik lainnya khusus di Afrika dan Timur Tengah, maka Jerman mesti diperangi, bukan untuk membela Yahudi tetapi memaksa penjajahan Jerman dan Itali hanya terbatas kepada negera-negara yang sepertinya sudah ditentukan. Pembelaan ke atas Yahudi hanya drama Anglo-Caucasian. Namun saya berkira, kepintaran Yahudi belajar dari keadaan telah membolehkan mereka merumus konsep Pasaran Bebas, Ekonomi Terbuka, serta Globalisasi berselindung di balik Demokrasi yang sebenarnya adalah Musang Berbulu Ayam, haloba Kapitalis mereka.

(3b) Coca Cola (Coke), McDonald and Ford are American symbols of Free Trade, Open Economy, and Globalization. In the 1980s, one can't see Coca Cola in China. But as Coca Cola was allowed to enter into the Chinese market in 1990s after the Death of Deng Xiopeng, a big hu ha was made about it. Why? When was these ideas of Free Trade, Open Economy, and Globalization first being mooted? We have to go back to history. If we recall, WWI was only fought in Europe, especially that later made East and West Europe well defined. WWI was all about unification. But WWII was totally of different ground. After the WWI, the Jews were breeding well in the whole of Europe especially along those Mediterranean States and German-Siberia. The 18th Century was the bright day of Europe. All sort of revolutions came into play. One of the most significant was the Industrial Revolution with wide spread of wealth through Europe. The Jews being very industrious and venture minded, then began to 'control' so much, that made the natives be they the France, German, Siberian, Russian, Italian, etc not 'quite happy' with the Jews monopolistic enterprises. WWII broke due to such sentiment with the tight economic scenarios worsen the whole affair. Hitler flooded Europe with the blood of the Jews. He and Musollini want to take control of Europe. But surely that was not to the favor of the Anglos and other Caucasian tribes, that they united under Great Britain with the American support (brother blood of Anglos) to crush German and Italy. I strongly believe, if the German and Italy conquest were confined to out of Europe ie certain States of Africa, North America, and Middle East, they would never be the WWII. The WWII and European Industrial Revolution precusors to the formulation of the so called Free Trade, Open Economy, and Globalization which in fact camouflage under the skin of Democracy which indeed was the Jews' Capitalist greed.

(4) Kerana kuasa penghadang Islam telah runtuh, maka Barat khusus bangsa-bangsa Pinggiran Atlanta seperti Belanda, Sepanyol, dan Porugis demi mendukung Revolusi Industri, belayar ke Timur (Asia) dan Selatan (Amerika Selatan) sedang Inggeris dan bangsa-bangsa Mediterranean lebih mengkhusus ke Timur Tengah, Afrika dan Amerika Utara. British juga kemudiannya menjejaki bangsa-bangsa Porugis, Belanda, dan Sepanyol lalu menjajah Malaya, Singapura, Brunei, India,'Sarawak dan Sabah' dan sebahagian Kalimantan lalu ke Lautan Selatan Pasifik menjajah Australia dan New Zealand serta kepulauan-kepulauan sekitarnya. Agama Nasrani sebetulnya hanya ditebarkan sebagai alat agar Pribumi Nusantara menjadi lebih manut kepada kehendak Kapitalis mereka. Syukur, Allah MahaBijaksana, Dia mendahulukan Islam berkembang ke sebelah sini bagi mempersiap penduduk Pribumi Nusantara untuk menghadang kehadiran manusia-manusia durjana ini. Cuma, kelemahan pemimpin Islam pada masa itu, adalah mereka terlalu yakin betapa Allah akan mempertahankan mereka setelah mereka menjadi Islam. Peraturan alam yang Allah telah tetapkan tidak semudah itu caranya. Sedang Umar Al Khataab, Usman Affan, Ali Abi Thalib yang jasa mereka untuk Islam jauh menggunung tetap Allah biarkan darah mereka muncrat di tangan musuh Islam, apa mungkin Allah sebegitu mudah menyelamatkan umat Melayu Islam dari bedikan musuh-mush mereka? Saya yakin tidak, kerana Allah sudah nyta dengan tegas berfirman, kira-kira bermaksud.....tidaklah Iman itu hanya memaling mukamu ke kiri atau kanan sahaja, ...serta kamu harus membantu diri kamu sendiri.... Sesungguhnya dari abab 15 sehingga 19 bangsa Melayu Raya gagal mendepani ujian Allah. Gagal kita kerana pasrah yang tongol tidak pasrah atas perjuangan.

(4b) In fact, during the 15th-19th Centuries, with the fall of the Islamic Empires, the West, and due to the pushed of the Industrial Revolution, particularly the Spanish, Portuguese, and Dutch moved to trade to the East with some focus to South America, as the German, Italy, French, English were busy exploring the African, North America and Middle East. The English did also then trailed the Dutch, Spanish and Portuguese to colonized India, Malaya, Singapore, Brunei, 'Sabah, Sarawak' and even part of Kalimantan and move southward to take on the South Pacific. Christianity was just a followup to further make the Asian natives to be submissive. But Allah was great, He made Islam to come first, then Capitalist-Christianity came to test especially the Muslim Malays, the greater Malays of the Archipelago and I figured the Malays failed His test. They failed because they read the Quran from their weak hearts.

Hakikat Nyata

Berjalanlah ke seluruh Indonesia. Jangan hanya ke Bandung khususnya ke Cipanas, Bali, dan Puncak Jakarta. Merantau dan rasai udara nyaman di desa-desa. Sesungguhnya, di serata desa di Indonesia sepoi-sepoi, serta terjunan bintik-bintik kambut dingin adalah nafas-nafas dan airmata-airmata perih kebanyakan wargaknya. Jiwa mereka kebanyakan bergelegak pus-pusan seperti asap rokok meluap dari mulut-mulut yang sedang menanti masa untuk meruap menjadi larva memuntah dan membunuh tanpa ihsan. Manusia, seringnya lupa prihal kemarin, biar hari esoknyapun tetap samar dan kian gelap.

(2) Ekonomi Indonesia adalah Ekonomi Bakso. Rakyat miskin yang kepingin terus hidup, dalam sisa fikiran apa ada saja dilihat menjadi pinter bijak mengolah apa saja untuk sekadar hidup. Lalu, dari sisa-sisa segala daging, urat, apa saja yang bisa dibikin rasa enak, digaulin biar tasty ditambah cabek rawet agar lebih panas, kalau diseropot hirup di pinggir jalan berdebu dalam hangat panas siang tengahari, pasti bisa bikin fikiran kita  jadi polos pleng kosong. Juga dada terasa lapang. Sebabnya, banyak yang akan berkata waduh enak, namun sebetulnya jaringan saraf-saraf kita sudah sedikit terganggu lantaran kesan serangan asid di dalam cabek cili burung itu tadi. Kalau tidak percaya, bagi yang biasa makan Bakso Pedes, cuba bedakan rasa fikiran dan dada kita di antara selepas makan Bakso dan Cheesy Domino Pizza. Coba, di antara yang baru nyeropot Bakso Pedes sama teh botol dingin, dan yang baru makan Cheesy Domino Pizza dan Coke dingin siapa di antara keduannya dengan santai dan bijak masih boleh menghitung hidup dengan tuntas jelas dan cepat. Kenapa? Bakso bikinnya dari apa? Cheesy Domino Pizza dari apa? Tidakkah satu dari sisa sedang satu dari bahan pilihan primer?

(3) Kesejahteraan rakyat Indonesia, semasa dan selepas di jajah Belanda, tidak pernah seneng. Sedang Belanda, sebelum penjajahan hidup rakyatnya juga payah namun selepas penjajahan, mereka jadi bangsa besar yang kaya raya. Cuba fikirkan, ke mana saja Bakso telah berada?. Kalau di luar Indonesia, paling-paling di Malaysia dan Jeddah. Belum bisa ke Las Vegas atau Hong Kong, namun di mana saja di bumi dunia ini Shell ngak ada? Pertamina sekalipun kian ditelan Shell. Kenapa? Saya tidak berniat menghina Indonesia. Kita serumpun. Kakek moyang saya dari Palembang, Rhiau, Solo (mungkin) dan Sambas. Najib Razak juga serupa. Muhhydin Yassin juga sama. Rais Yatim apa lagi. Saya ingin mengingatkan betapa nenek moyang kita, bahkan kini melarat ke cucu cicit mereka, kita sudah tertipu dalam ghairah keterbukaan.

(4) Bila Belanda menawan Indonesia, tanah pribumi dirampas jadi ladang tebu, kopi, teh, rempah ratus dan segala. Rakyat jadi kuli dengan upah sekadar buat alas perut. Begitulah yang terjadi di Filipina di tangan Sepanyol. Di Mexico, di Chille, bahkan melarat ke New Mexico, Collorado di Amerika Utara. Apa tidak sebegitu niat Portugis, jika tidak masakan Melayu boleh berperumpamaan: Seperti Portugis dapat tanah? Sebegitulah hakikatnya Portugis di Brazil, Argentina, Carribean, Panama dsb. British di India, Bangladesh, Burma, meluap ke Timur Tengah, Afrika, Amerika Utara, Australia dan New Zealand. Semuanya para penjajah ini membawa dan memaksakan konsep Keterbukaan Ekonomi, Dagang, dan Pelaburan ke atas pribumi.

(5) Saya masih ingat semasa saya di UK sekitar 1973-75, kemudian beberapa lawatan kembali saya ke sana pada 1980an dan 1990an, rakyat masih miskin. Kemiskinan di Gua Musang, Pehi, Kuala Nal, Dabung dsb belum terurai kuat sejak saya bergelumang bersama anak-anak sekolah dari sana sekitar 1973-75. Sedang tanah ladang getah dan sawit banyak milik Syarikat yang berpangkalan di London. Rakyat sekadar mengusaha sawah dan kebun getah sekadar sekangkang kera. UK semasa saya membesar di sana, adalah lambang kejamnya konsep keterbukaan sistem penjajah. Britain menjadi kian great sedang 'UK' tetap tinggal terjarah.

(6) Tidakkah semua negara-negara jajahan kemudiannya maju? Majunya untuk siapa? Singapura menjadi hebat. India menjadi negara Demokrasi terbesar. Buenos Aires, Brasila, Mexico City, New Delhi, Manila dan Jakarta menjadi sebahagian MegaCity dunia. Namun di negara-negara ini, bagaimana struktur agihan pendapatan dan taraf kehidupan rakyat keseluruhannya? Tidakkah kemiskinan dan kemelaratan masih terus berleluasa? Kerana keterbukaan maka Las Vegas, Los Angeles, New York, Washington, Montreal, Ottawa, Wellington, Canberra, Perth dsb berdiri gah, jika tidak pasti sehingga kini hanyalah hamburan khemah-khemah Red Indian, Inca, Moro, Maori, Aborigin yang mungkin masih bercawat makan pinang. Maka tidakkkah kita dapat melihat, yang gahnya siapa, dan termelaratnya siapa?

(7) Sememangnya, kerana Penjajah dan Keterbukaan yang dibawa Penjajah telah membuka negara-negara berkaitan di mana jalan-jalan, landasan keretapi, perlabuhan, kemudian pembangunan kota-kota dan akhirnya pelbagai isntitusi, semua itu pada mata kasar adalah kemajuan. Banyak, bahkan hampir semua berkata, tanpa Keterbukaan bawaan penjajah, pasti itu semua ngak akan ada. Melayu, khususnya pasti masih saja berperahu, berjalan kaki, paling-paling berkereta lembu. Kini, Melayu sudah jauh bergerak ke depan. Itu sekilas pandang.

(8) Coba teliti dengan baik. Dulu Melayu berjalan kaki. Kini Melayu sudah punya kereta, mobil. Bukankah itu lebih nikmat maksudnya? Ya, bener, kerana kita membanding Melayu dulu dengan Melayu kini. Kita sepertinya, apa orang Melayu dulu-dulu bilang bersaksikan lutut. Introvert cara pandangan kita. Coba kita banding Melayu dulu dengan Belanda dulu. Melayu kini dengan Belanda kini. Pasti kita akan jadi kecut, dulu kita hampir-hampir sama, kini kita sudah terlalu jauh ketinggalan. Kerana kayu ukuran kita adalah salah, maka kita tidak pernah bergerak pantas dan menerima segala Tiori Ekonomi Barat sebagai bener. Kita khilaf, sebesar-besar khilaf sebetulnya.

Apakah Kita Harus Kembali Tertutup?

Muhammad SAW pernah berpesan, "Pergilah ke negara China, dan belajarlah". Orang Melayu dulu-dulu juga berkata "Belajarlah sehingga ke liang lahad". Apakah maksud dari dua kalimat keramat ini? Juga begitupun saban tahun jutaan umat Islam ke Makkah dan Madinah menunaikan Haji. Jika Ummrah dihitung pasti angkanya berjumlah pulohan juta. Najib Razak, Muhhydin Yasin, bahkan banyak dari kita saban tahun ke sana. Apakah pernah kita cuba berfikir, kenapa Mekah dan Madinah rasanya sangat makmur dan sejahtera? Apakah kerana, doa Ibrahim AS, agar Tanah Haram terus mendapat limpahan kesejahteraan dan perlindungan dari Allah. Apakah sebegitu mudah bagi Allah mengadakan sesuatu sekadar untuk umat Islam merasa selesa dan leka? Cuba fikirkan, jika Allah sekadar merestui doa Ibrahim AS tentang Makah, kenapa pula harus Siti Hajar mundar mandir antara Marwan dan Safa? Tidakkah seharusnya, segalanya yang bulat datang bergolek, yang pipih datang melayang, bluk datang sebegitu saja? Ismail terpaksa menerjah-nerjah tanah pasir, maka barulah mata airnya memuncrat. Harus ada usaha!

(2) Harus bagiamanakah Model usahanya? Ekonomi Terbuka, atau Ekonomi Tertutup atau Ekonomi Daunan Pintu, buka tutup? Sebetulnya, kita tidak usah sama sekali berfikir Model Ekonomi Terbuka, Tertutup, Terkawal atau apa saja. Jika itu cara kita, kita sebetulnya tetap terperangkap dalam agenda Barat yang dibayangi Kapitalis Yahudi. Kita seharusnya berpisah terus dari konsep mereka. Saya menduga, bila Allah berpesan jangan sekali-kali menyengutukanNya dengan apapun tidakkah itu termasuk coba mengurus ummahNya mengikut jalan yang bukan jalanNya? Saya yakin, sebegitulah kiasNya. Muhammad SAW, apa lagi Umar Al Khatab, paling tidak senang bila hamba tawanan perang diwakilkan untuk berdagang bagi pihak Al Ansar dan Muhajirin. Umar Al Khatab marah sekali jika itu berlaku. Kenapa? Namun Muhammad SAW dan Umar Al Khatab, juga marah jika pedagang Al Ansar dan Muhajirin hanya membuat urusan dagang di Pasar Madinah sahaja. Muhammad SAW dan Umar Al Khatab, mahu pedagang Al Ansar dan Muhajirin keluar mencari barang dagangan jauh dari Madinah dan membawanya pulang untuk didagang di pasar Madinah. Kenapa? Sesungguhnya banyak kali saya berkata, dan akan terus berkata, kita hanya melihat ajaran dan pribadi tingkah laku Muhammad SAW hanya dari sudut kerohaniannya, tanpa kita melihat ianya dari sudut hidup dan kehidupan mutlaknya. Kita, umat Melayu telah melihat Islam untuk sekian lama hanya dari sudut terbatas, lantaran yang mendidik kita tentang Islam, juga terbatas ilmunya, apa lagi mereka ini sepertinya, yang lain tidak boleh ikut campur kerana tidak fasih bahasa Arabnya apa lagi pengertiannya tentang Al Qurannya. MasyaAllah, siapakah di dunia ini yang telah Allah berikan ilmuNya sehingga pada dirinya itu fasih dan mengerti segalanya? Allah dengan tegas telah mengingatkan ..ilmu yang kamu ada hanyalah setitik air dari sebuah lautan yang luas...

(3) Sesungguhnya, Melayu dulu-dulu ada berkata Sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukit. Maksudnya, jika kita orang Melayu ada semangat, biarlah semua orang menyumbang untuk kemakmuran dan kesejahteraan ummah, biar sedikit mana sekalipun, saya yakin itulah apa yang Allah maksudkan dengan Demi masa, sesungguhnya kalian dalam kerugian kecuali yang beramal saleh serta saling berpesan ke jalan kebajikan.... Sarang semut, tidak pernah terbina hasil kerja seekor semut, melainkan hasil bersama ribuan dari mereka yang bersatu.

(4) Sekarang, apakah Model yang terbaik harus kita gunakan? Buat saya, melihat dari jalan perdagangan zaman Muhammad SAW dan Umar Al Khatab, saya berkira Modelnya harus mencakupi, pertama-tamanya, kita sendiri yang harus mengerjakannya. Keduanya, harus ada tukaran yang nyata dalam penambahan nilai sesuatu dagangan. Bermaksud, harus ada trading and real value adding di dalam sesuatu urusniaga. Memang sulit untuk saya dapat merumus Model yang jitu. Namun, biarlah kita berlajar dahulu, dan perkara yang seharusnya kita perhatikan berat adalah apapun yang kita lakukan biarlah ianya demi kemakmuran dan kesejahteraan ummah. Itu harus menjadi matlamat kita dan asas Model kita. Maksudnya, keterlibatan ummah kebanyakan harus ada. Saya mengambil rumus sebegitu dengan melihat kepada hikmah dari bantahan Umar Al Khatab terhadap pemberian tanah Kerajaan oleh Abu Bakar Ass Siddique kepada seseorang. Begitu juga bila Usman Affan memberikan tanah Kerajaan kepada sekelompok penternak, itu akhirnya menimbulkan fitnah ke atas dirinya.

(5) Bagaimana keterlibatan rakyat kebanyakan harus diadakan? Apakah Model yang ada. Saya kira, telah ada kebijaksanaan pada Ungku Aziz Omar bila dia membangunkan Tabung Haji (TH). Begitu juga kedua-dua Sultan Sharir dan Bung Hatta, kerana keduanya punya ilmu dari Jerman, melihat gerakan Koperasi sebagai wadah yang baik. Di Jerman, Korea, Taiwan, dan Jepun sebetulnya gerakkan Koperasilah yang menyebabkan rakyat di negara-negara itu punya pendapatan yang agak merata dan seimbang. Rakyat bekerja buat Koperasi, dan Koperasi membela nasib ahli iaitu rakyat. Negara mendapat hasil cukai. Dan ini pasti sangat berbeda dengan apa yang berlaku di China dan Vietnam. Rakyat berkoperasi, bekerja untuk Koperasi, dan Koperasi memberi rahmat untuk negara. Silapnya di situ. Akhirnya, mereka perlahan-lahan menerima Kapitalisma. Namun di Jerman, Korea, Taiwan dan Jepun, kini Koperasi berubah diurus secara Koprat. Namun hak rakyat terus kekal terbela. Maka kita lihat di Jepun contohnya, saat Mitsubishi mendapat laba lebih, semua pekerjanya yang kebetulan adalah juga ahlinya, mendapat habuan setimpal. Namun jika mereka kerugian, para pekerja terus membela Syarikat sehingga kembali pulih. Begitulah Toyota dsb

(6) Sesungguhnya seperti yang sering saya katakan sedikit masa lalu, betapa Allah sangat sayangkan umat Melayu. Pertama kita ada Abdul Razak Husein mengasak agar rakyat bergelumang membangun sendiri kehidupan mereka khusus lewat FELDA, MADA, KADA, KEMUBU, dsb. Lalu dari melimpahnya rezeki rakyat, Ungku Aziz Omar diadakan dengan pemikiran Tabung Hajinya. Ketiganya kita didatangkan Husein Onn dengan terbangunnya Amanah Saham Bumiputera (ASB). Keempat, kita diledakkan dengan Mahathir Mohammed yang terus mengembangkan ASB menjadi pelbagai sehingga membanjiri negara ini dengan GLC dan mengembalikan Ladang Getah, Sawit dsb ke tangan rakyat negara ini. Cuma pincangnya kita, rakyat yang tidak berupaya tidak mendapat nikmat dari keberadaan semua ini. Maka bagaimana seharusnya semua rakyat dapat nikmat langsung bersama dari perkembangan dagangan dari semua wadah yang ada ini. Ini yang seharusnya kita fikirkan. Inilah apa yang saya sebut sebagai Model Ekonomi Ummah atau mungkin ada yang mahu mengembangkannya kepada Model Ekonomi Islam. Kita tidak harus berbanga betapa Ekonomi kita tumbuh positif namun real purchassing power rakyat terus merosot. Inilah apa yang terjadi sebetulnya. Sesungguhnya, dunia terus berpenghuni bukanlah kerana Noh AS hanya selamat bersama kapalnya, namun baginda selamat bersama kapal dan seisinya. Jika kita mengerti itu, pasti kita mengerti betapa KDNK (GDP) atau KNK (GNP) bukan model ukuran bagi Model Ekonomi Ummah atau Model Ekonomi Islam, kerana ianya hanya menjurus kepada Kemajuan Negara tidak semestinya Kemajuan Ummah.

(7) Saya menduga, Najib Razak dengan gerakkan Keterbukaannya, dia sedang membuka agar Ekonomi kita terus kembang bukan oleh tangan-tangan anak negeri sendiri tetapi tangan-tangan luar yang lapar dahaga rakus gelojoh haloba kedekut. Saya khuatir, kekhuatiran Umar Al Khatab akan menimpa kepada kita. Sebetulnya itu sedang terjadi, maka rakyat terus resah. Contohnya Jusco, Carefour(?), Tesco, dsb akan menelan banyak peruncit sedia ada. Cuma, nafsu haloba akhirnya memberikan kita jalan pintas, saat rakyat resah, berdukacita, maka mereka harus dihiburkan lewat apa juga rencana dan acara hiburan yang boleh menjinak dan mengembirakan mereka sejenak. Tidakkah itu tujuan Jom Heboh, RTM Berambih, Pentas Hiburan, dsb. Melayu cukup suka heboh dengan semua ini. Tanpa sedar akhirnya kita juga yang roboh. Kita sudah lupa dengan cerita rakyat Pak Kaduk menang sabung (sorak), tetapi Kampung tergadai. Apakah beda kita dengan Caeser dengan adu gladiatornya seketika rakyat riuh penuh sorak, namun saat rakyat kembali kepada kehidupan harian mereka, mereka kembali dihantui resah kelaparan? Sejarah kian berulang-ulang dan kita tidak cepat belajar.

(8) Najib mungkin berfikir, kita buka ekonomi kita, biar FDI melimpah sampai menimbus Selat Melaka. Perusahaan dapat untung, Kerajaan dapat Cukai sampai setinggi Gunung Kinabalu. Dengan itu, apa saja kehendak rakyat kita boleh buat. Yang tidak mampu kita boleh biaya melalui pelbagai subsidi. Apakah sebegitu Allah menghendaki cara kita mengurus anugerahnya? Apakah mungkin kita akian sampai ke situ? Sesungguhnya FDI mengorbankan lebih banyak pendapatan negara. Kita harus berfikir panjang. Perhatikan cara pentadbiran Umar Al Khatab berbanding Usma Affan. Banyak bedanya. Satu mahu menegak berdikari sedang satu berkebajikan. Lihat, saat ummah hanya mahu menadah tangan, pintanya tidak pernah kecukupan. Akhirnya fitnah berleluasa. Negara kita negara majmuk. Saya yakin, kaum pedagang merasa apa harus kaum petani terus disubsidikan sedang mereka tidak menyumbang kepada cukai? Kerana majmuk, pasti ada ketakseimbanagnnya nanti. Maka berlakulah banyak fitnah dan hasad. Akhirnya, kita jadi porak peranda. Kita boleh terbuka, sepertinya Muhammad SAW dan Umar Al Khatab mengalakkan Al Ansar dan Muhajirin agar berdagang ke Syam dan kembali berjual di Madinah. Mereka tidak suka para Ansar dan Muhajirin hanya berjual beli hanya terbatas di Madinah. Pokoknya, keterbukaan kita harus dilakukan oleh tanggan kita sendiri. Biar kita jatuh bangun, kita mesti belajar sendiri. Apakah Ekonomi Amerika yang terbuka itu membenarkan kita untuk menebang hutannya lalu menanam kacang soya bagi mengantikan pengekalan hutan tropika di negara kita? Jangan kita terpeleot atas kuliah hebat di Harvard, Cornell, atau MIT berkait dengan Open Economy Pre-condition to Growth. Itu untuk mereka, dan kita tidak harus terjebak akhirnya ke dalam Ekonomi Bakso dan Babi Panggang sedang Amerika enak makan succulent beef steak.

Terasi, Pendam, Sarawak
4 Nov., 2

#Abdullah Chek Sahamat

Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand

0 comments:

Copyright © 2010 abc sadong™ is a registered trademark.

Designed by Access. Hosted on Blogger Platform.