6/3/12 jangan kau matikan dengan ucapan selamat tinggal
Posted By: Abdullah Chek Sahamat - March 11, 2012engkau padaku adalah pepohon rendang
saat kepanasan biarlah aku berteduh nyaman
saat aku sepi biar aku baring dalam damai bayangmu
terlentang lena menghitung unggas di lengan-lenganmu
nyenyak terhibur deru bayu mengurai rambut-rambutmu
dan aku
biarlah aku jadi seorang petani penuh bakti pengorbanan:
saat buahmu ranum berguguran, biar aku semai biak beneh-benehmu
saat engaku layu kedahagaan, biar aku sirami engkau walau betapa payah air kudapati
saat rambut-rambutmu berguguran, biar aku kumpul jadi unggun menghangatkan
saat lengan-lenganmu patah, biar aku membalut luka-lukamu menunas
engkau pepohon, aku petani
kasih kita terputus jangan
biar sejuta kali engkau ucapkan selamat tinggal
mengertilah:
malam pasti berganti siang dan sebaliknya
hujan pasti berganti panas dan sebaliknya
ribut pasti berganti teduh dan sebaliknya
tangis pasti berganti tawa dan sebaliknya
segalanya berputar berkisar
berulang-ulang
Ilahi segitulah peraturan tabiiNya
keikhlasan adalah pertaruhanku nan abadi
tebing sungai kelantan, kota bharu
11 march, 2012
#Abdullah Chek Sahamat
Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
I happen to be here. I truly casnnot make head or tail what you are, apart from being from Kelantan. When I read poem I told myyself that I should at least leave a few words, thet this poem is beautiful.
Salaam to you
Sorry friend, I'm not a Kelantanese, but have good knowledge of the State. Ya....poem is best known to the writer. For others, they are free to interpret as they wish. Thanks
Post a Comment