Pertama, kutemui engkau di belukar perbukitan batu kapur di tengah-tengah hamparan luas sawah menghijau. Engkau Zulaikha. Cantik nama itu. Cantik parasmu. Cocok nama dan rupamu. Namun apakah engkau mengerti, kenapa namamu sebegitu, atau apa mungkin pribadimu akan sebegitu? Engkau sedang terhendap-hendap mencari anggerik hutan. Katamu, itulah Permata Rimba Jewel of the Forest. Ya aku pasti, dan engkau sememangnya benar. Dulu aku pencintanya. Aku kegilaan padanya sebetulnya. Tanpa ada kekhuatiran sedikitpun, sendiri aku menjelajah permatang Batu Cave, Bukit Takun dan Anak Takun sepertinya engkau terhendap-hendap ini. Aku tidak sadar untuk apa kegilaanku itu. Cuma kini, kedewasaan dan ligat otakku menyadarkanku betapa kerananya, aku menjadi lebih mengenali kaum Hawamu. Aku, kedua orang tuaku, bahkan mbah dukunku telah memberiku gelar, Hamba Allah. Sekian waktu, aku berfikir seharusnya bagaimana rupanya hamba Allahnya aku. Maka, taufik dan hidayah Allah itu merayap perlahan-lahan berdatang, lalu kutemui jalan pilihan bagiku, betapa aku seharusnya menjejaki Munshi Abdullah si pengembara, pertualang Melayu-hitam, kerana dia bukan sepenuhynya Melayu, namun juga bukan sepenuhnya Keling, melainkan Melayu-Keling. Dia adalah pengkritik bangsa, penulis pencetus kemarahan bangsa agar bangkit pada jalan seharusnya. Aku kepingin meneruskan pesannya: “Jika orang Melayu mahu menjadi bangsa yang besar, orang Melayu mesti mempelajari dan memelihara secermatnya bahasa Melayu, di samping menerima serta menambah pengetahuan baharu.”. Maka, sebut saja namaku sebagai Munsyi tidak Munshi kerana aku akan berbeda darinya, namun tetap sama pada jalan tuju akhirnya.
(2) Aku setuju, kita harus banyak berbicara. Berbicara tentang pengertian alam. Di zaman kebangkitan Islam, Barat menamakannya sebagai Natural Science yang hakikatnya, pemikir Islam tidak mahu menamakan itu sebegitu kerana segala Ilmu adalah milik Allah, makanya mereka lebih suka menyebutnya sebagai Kalam Allah lalu menjadi Ilmu Alam. Buat memulakan segala, biar kita mulakan dengan bertukar-tukar fikiran tentang anggerik. Tentang Ekologinya. Tentang Morfologinya. Tentang Anatominya. Tentang Fisiologinya. Lalu merembet tentang agronominya. Kita ceritakan apa yang kita masing-masing tahu. Namun engkau diam saat aku berkata betapa anggerik dinamakan Permata Rimba adalah lantaran Etno-botaninya adalah setara bidadari impian segala lelaki. Engkau melopong. Engkau ternganga. Engkau terkebil-kebil. Engkau menyoalku bagaimana? penuh sangsi. Allah, MahaBijaksana, Dia mengadakan segala buat telitian kita seluasnya. Dia mendidik kita tentang segala lewat banyak cara. Kembang anggerik adalah di antara perantaraan yang Dia jadikan untuk sesiapa lebih mengenali kaummu, kehormatanmu sebetulnya. Cuma, kita, yang seharus paling dekat kepada Allah, tidakpun sekerasnya mencintai Allah. Sedang para Yahudi dan Nasrani, mereka sangat tegar sifat hambatan keIlmuan mereka. Kita tidak terpesong kuat, melihat Ilmu yang kita garap, sekadar Ilmu akademik, tanpa kita selanjutnya berusaha keras mempertalikan ilmu-ilmu itu kepada Allah. Kita sudah terlalu sebati dengan saran, Ilmu dan dunia harus terasing kuat dari soal keTuhanan dan Akhirat. Sesungguhnya, tafsir cintakan Allah kita, aku berkira tanpa tunjang dan tebaran luas. Kita sekadar mengikut-ngikut apa yang telah ada, sepertinya juga manusia Jahilliah yang fikirannya sudah beku terjajah. Ayuh kita berbicara, biar nanti akan kutulis buat sebaran engkau selanjutnya. Moga-moga Allah terus melimpah taufik dan hidayahNya agar fikiran dan jiwa kita sentiasa tajam dan benar.
(3) Engkau pasti mengerti, betapa kembang adalah sebagai wadah penyambungan serta evolusi zuriat buat angiosperma, segala pohonan berbuah berbunga. Dan, bidadari sering muncul di airan di pinggir hutan, sepertinya engkau, yang kutemui ini. Bidadari hanyalah kias. Kembang adalah engkau, biar bukan anggerik sekalipun. Ya apa lagi saat engkau sedang dara ranum, maka jadilah gelar kembang setaman. Saat daramu sedang kekal suci, maka engkau sepertinya kembang memekar yang baru dijamah embun pagi. Terus mewangi, berseri-seri. Yang menikmati madu sarimu, hanyalah rama-rama paling rajin bangun di awal pagi sebelumnya sang burung madu. Dan rama-rama itu adalah kias Allah, betapa yang baik harus dinikmati oleh sang rajin bangkit saat yang lain sedang enak ngerungkel ngorok. Hanya rama-rama yang bisa menerobos style yang jauh ke dalam lewat probosisnya yang menjulur jauh. Allah menetapkan itu, sepertinya Dia juga menetapkan pasangan baikmu. Lebahpun belum sempat menyengat, rama-rama sudah kenyang dan diam istirehat. Itulah cara Allah, cuba mendidik kita, yang istimewa hanya untuk yang istimewa. Tidak lain. Tidak kurang dari itu. Hanya sebegitu, agar aman sejahtera segala. Maka saat engkau ketemu kembang apapun, biar sekadar sepohon ilalang, ingatlah akan kehormatanmu. Tahukah engkau kenapa ianya di gelar kehormatan? Pepohon tanpa kembang, apakah namanya? Sama juga engkau tanpa kehormatan, siapakah engkau? Atau engkau tidak pernah menyoal? Kehormatanmu, hampir sama saja seperti sekuntum kembang. Sama-sama ada segala cuma sedikit beda nama. Ovari tetap Ovari, rahimmu. Ovul tetap ovul, telur saban bulan keluaranmu. Style adalah salur falopianmu. Stigma, adalah setara pusat gumpalan saraf paling menghairahkanmu, sedang pada kembang, hanyalah perangkap buat percambahan debunga, lalu sarinya menerobos style yang telah dibuka probosis rama-rama, mensenyawa ovul tanpa perlu berenang sepertinya spermatozoa sejarak setara lima kilo meter di saluran fallopian. Allah, MahaBijaksana, cuba mendidik semua lewat kembang, lalu kita lebih mengerti akan anatomi dan fisiologi diri, khususnya fungsian pengembanagn zuriat oleh kaummu. Maka usah engaku rasa silu saat mendidik perawanmu nantinya tentang fizik dan fisiologi kehormatannya. Kembang sudah Allah jadikan buat perantaraan didikanmu. Ngak usah engkau sibuk apa lagi silu-silu buka-bukaan. Bersama perawanmu biar di taman tetap engkau bisa mendidiknya.
(4) Cuma aku berkira, saat jari-jarimu memetik sekuntum kembang, yang matamu gilakan hanyalah kelopaknya, rangginya. Lebarnya. Warnanya. Segarnya. Bentuknya. Susunannya. Makanya lebih banyak kegilaan akan Cypripedium calcerous apa yang disebut sepatu gadis rimba berbanding Dendrobium crumenatum sang anggerek merpati yang sering hanya bertenggek di pohon kelapa. Saat segala sempurna, maka tersangat indah pada matamu akan kembang itu. Itu sahaja. Apakah engkau mengerti maksud Allah pada ciptaanNya sebegitu? Juga, hidungmu tercari-cari keharumannya. Yang harum itu apa? Apa ranggi atau rembesan kelenjar di sepanjang style. Kembang dan dirimu sama saja. Harum wangi adalah lelehan kelenjar di balik kulitmu, di rangginya. Wangian itu, hanyalah feromon pembangkit nafsu, memberi pedoman kepada segala rama-rama, burung madu, lebah, bahkan semut betapa kembang (juga dirimu) sudah siap untuk memenuhi tangungjawapmu sebagai pengembang zuriat. Hebatnya kembang, dia mensintisis haruman sendiri, sedang engkau hanya bisa merembes keringat tengikmu. Kembang merembes feromon untuk mengoda rama-rama, sedang engkau menyemperot seliter pewangi saban hari mengundang peduli lelaki juga mungkinnya jantan mana.
25 Jun, 2013
(4) Cuma aku berkira, saat jari-jarimu memetik sekuntum kembang, yang matamu gilakan hanyalah kelopaknya, rangginya. Lebarnya. Warnanya. Segarnya. Bentuknya. Susunannya. Makanya lebih banyak kegilaan akan Cypripedium calcerous apa yang disebut sepatu gadis rimba berbanding Dendrobium crumenatum sang anggerek merpati yang sering hanya bertenggek di pohon kelapa. Saat segala sempurna, maka tersangat indah pada matamu akan kembang itu. Itu sahaja. Apakah engkau mengerti maksud Allah pada ciptaanNya sebegitu? Juga, hidungmu tercari-cari keharumannya. Yang harum itu apa? Apa ranggi atau rembesan kelenjar di sepanjang style. Kembang dan dirimu sama saja. Harum wangi adalah lelehan kelenjar di balik kulitmu, di rangginya. Wangian itu, hanyalah feromon pembangkit nafsu, memberi pedoman kepada segala rama-rama, burung madu, lebah, bahkan semut betapa kembang (juga dirimu) sudah siap untuk memenuhi tangungjawapmu sebagai pengembang zuriat. Hebatnya kembang, dia mensintisis haruman sendiri, sedang engkau hanya bisa merembes keringat tengikmu. Kembang merembes feromon untuk mengoda rama-rama, sedang engkau menyemperot seliter pewangi saban hari mengundang peduli lelaki juga mungkinnya jantan mana.
(4) Lihatlah anggerik apa namanya sekalipun, juga mawar berbanding kembang rozel, Hibiscus sp. Rozel kembangnya cukup ringkas. Stamen dan anthernya, gagang dan kantong debunganya, paling jelas dan mudah tercapai oleh apapun. Begitu juga kembang matahari, apa lagi jagung atau padi. Sama halnya dengan kelapa, pinang dan segala palmae. Tidak buat anggerik apa lagi mawar. Sama juga dengan Crysanthemum si kekwa (?). Pokoknya, apa saja kembang yang indah-indah, pasti pendebungaannya menjadi terlalu sulit. Kenapa? Allah, seperti mulanya aku berkata, Dia MahaBijaksana. Kita perlu berfikir dalam dan luas. Kita ngak bisa melihat sekadar ngelihat tanpa nampak Juga kita tidak hanya menyentuh sekadar menyentuh, tanpa tersentuh merasa. Kita tidak sekadar hanya berfikir, sekadar berfikir untuk menyoal tanpa ada usaha sendiri menyelidik. Pokoknya, kita harus berusaha keras untuk mengerti faham. Maka, biar kita kembali semula kepada fitrah Allah yang kusangka, betapa kembang dan kehormatanmu sama saja, maka jadikanlah dirimu ibarat kembang yang ringkas sepertinya segala graminae, rerumput bijirin. Kembang mereka, adalah untuk mudah membiak menyajin panganan buat semua. Begitulah Allah menjadikan mereka, mereka sepenuh sujud kepada perintah Allah. Mereka taat pada tanggungjawab mereka. Maka saat segala sudah matang, seperti padi, gandum, barli, dsb mereka akan terbongkok-bongkok sujud bersyukur kerana tanggungjawap mereka telah usai. Sedang, apakah engkau akan memudah serta meringkaskan hidupmu menjadikan kehormatan dirimu ladang buat membiak Umat Muhammad SAW? Mengertilah, kerana indahnya kembang, kerana berjasanya kembang, maka Syurga itu telah Allah janjikan sebagai sebuah taman penuh kembang haruman. Syurga jadi tempat diam kekalnya para kembang yang terus mengharum dan dihargai segala. Jadilah kembang yang bisa menjadi buah, tidak sepertinya kembang kertas, sekadar indah saat penghias pinggir jalan. Maka jika engkau ingin menjadi kembang itu, atau menjadi bidadari mengecapi indahnya taman itu, seharumnya di Syurga Allah, maka engkau seharus mengerti kias Allah pada semua kembang. Engkau pilihlah apa mahu jadi kembang melati, cempaka, atau kembang tembikai yang sangat kecil tidak ketahuan, namun hasilnya cukup mengenceskan mengiurkan. Aku sadar, sepertinya, engkau kebinggungan. Sebabnya mudah, kerana pengertian sujud dan cintamu kepada Allah telah engkau bataskan di sajadah semata-mata tanpa mengerti, sujudmu dan cintamu kepadaNya dan hanya untukNya adalah atas menyadari dan mengusaikan segala tanggungjawab kekhalifahanmu seluas sesempurnannya. Engkau adalah kembang Allah buat mengembangkan Umat Muhammad SAW. Itu azalimu, itu kehendak Adam AS kepada Allah lewat Hawa AS, moyangmu. Jangan engkau terliur hasil bisikan kebebasan Yahudi dan Nasrani. Segala kebebasan dan sama taraf mereka adalah kehancuran terencana buat kita.
(5) Teman, saat cintamu mekar, hatimu kembang saat sekuntum anggerik atau mawar merah terselit di kupingmu. Kembang telah dijadikan perlambangan cinta. Cuma anih, engkau sepertinya hanya mempergunakannya demi dirimu, tanpa engkau mengerti cinta pada kembang, rama-rama serta seisi alam dalah cinta tulin demi dan kepada Allah. Temanku, usah engkau nanti seusiaku untuk mengerti itu. Juga tidak usah engkau sehingga menjelajah sejauhku; namun silakan jika itu perlu, untuk mengerti akan itu. Kini telah kurungkai betapa kembang paling indah hanyalah sindiran Allah buat kalian renungkan adakah kalian paling berjasa sujud kepada Allah berbanding ilalang, semalu, senduduk dsb yang tumbuh lebat ditebing jalan curam? Di sini, sampai di sini, inilah apa yang kusebut sebagai Wajah Cinta paling mulia, mencintai keranaNya untukNya. Engkau lelah, maka engkau terdiam? Atau apa mungkin engkau belum yakin? Kita istirehat sebentar, nanti di bawah pancuran bukit sana akan kulanjutkan Wajah Cinta selanjutnya.
Keduanya engkau terselimpuh dibatuan gunung. Dan aku memerhati segala. Kakimu terjuntai sedang jari-jarimu mengais-ngais terjunan dingin peluh dan darah gunung. Matamu yang hitam pekat paling indah. Tersirna pancaran yang mengkesimakan aku. Jantungku tergetar. Lidahku kelu. Juga engkau. Bibirmu hanya mengiring senyum saat matamu menikam jantungku. Lantas, kupimpin engkau jalan bergandingan. Di pundakku kau rembahkan kepalamu. Tubuh kita jadi terlalu akrab. Engkau mendekapku sepertinya tidak mungkin engkau lepaskan. Lalu perlahan-lahan terdesis ungkap kata yang paling aku takuti: Aku cinta padamu. Engkau tikam kupingku dengan kata-kata itu. Jantungku bergejolak bergetar keras. Darahku menyimbah. Butir-butir keringat berkecambah di keningku. Soalku: Kenapa untuk apa?. Lalu kini engkau paling banyak berbicara. Betapa engkau sudah puas ke hutan. Mendaki perbukitan. Menerjah segala belantara juga padang ilalang sekalipun. Sedang anggerik engkau cari, aku engkau ketemui. Padamu, aku lebih dari anggerik yang engkau mengerti. Padaku, engkau menemukan kecerahan. Aku seperti penyinar segala. Hatimu yang kegelapan juga kian bernyala. Apa lagi jalan fikirmu. Segalanya kian benderang. Langkah kakimu, bicaramu, pengelihatanmu, pendengaranmu, sentuhanmu, segala, telah menjadi jelas terang. Aku engkau agungi sepertinya mentari, tanpa engkau sadar mentari itu apa?
(2b) Duhai Zulaikha, engkau sepertinya Zulaikha Firaun. Janganlah sebegitu. Jangan aku jadi Yusuf AS yang "Zulaikha" gilakan. Jangan pejamkan matamu dari kebenaran. Jangan aku dijadikan mentari hidupmu. Sadarlah, saat mentari muncul hampir di Yaman, engkau dan aku sedang diburu hebat seluruhnya ke Masyar. Juga saat mentari hadir di atas ubun-ubun kita sewaktu-waktu engkau dan aku di Masyar, maka Kiamat sudah menjelma, dan Neraka sedang lapar membakar. Mentari, bagiku, atas dugaan semata-matanya aku, adalah Neraka yang telah Allah sediakan yang sedang menyaksikan segalanya laku pribadi kita. Maka janganlah aku engkau jadikan mentari, kerana jika itu, pasti kita akan terbakar keras. Ingatlah saat Firaun, mahaRaja Rom dan Farsi menjadikan mentari Tuhan mereka, maka Allah membinasakan mereka, lantaran kebodohan mereka tidak mengerti, betapa mereka terlalu taksub akan Neraka yang menghancurkan, lalu mereka hancur kerananya. Juga mengertilah, saat Jepang hendak meranap benua ini, Asia menjadi AsiaRaya, dengan lambang mentari, lambang Neraka, maka Allah gegarkan mereka di Hiroshima dan Nagasaki dengan butir-butir Neraka. Maka jangan sekali-kali aku engkau jadikan mentari hidupmu. Ke Nerqaka bisa kita akhirnya. Mengertilah, berpijaklah kita di bumi ini. Jangan di awang-awangan. Surga belum milik kita. Kita masih dalam perjalanan panjang perjuangan. Bedakanlah antara mimpi, ingin dan hakiki.
(3b) Aku mengerti. Jiwamu sedang polos. Kosong. Engkau ingin isikan dengan kasih cinta kepada dan dariku. Aku terima. Aku bersyukur hadirnya engkau untuk berada di sampingku. Ingat di sampingku. Bukan di depan atau di belakangku. Engkau dengar persyaratanku? Engkau mengerti maksudku? Jika tidak, maka mengertilah, akan dua peristiwa yang kita tidak pernah tafsirkan sedalam-dalamnya. Pertama, tahukah engkau akan asal usul kejadian kita? Aku, darinya Adam AS adalah dari debu dan tanah. Kejadian aku sepenuhnya di tangan Allah. Dia menjadikan aku, lewat Adam As adalah dari isinya alam. Maka, aku berkira, alam dan aku tidak boleh dipisahkan. Allah, mahukan aku bersama alam, memimpin alam, seluruh ciptaanNya. Maka, jangan aku nantinya engkau pisahkan dari alam. Sesungguhnya alamlah tanggunganku. Jangan aku engkau alpakan dari alam tanggunganku. Sedang engkau, lewat Hawa AS, tercipta dari rusukku. Engkau hanyalah sebahagian dariku. Tidak sepenuhnya aku. Hanya dari rusukku. Rusuk di sampingku. Tidak di depan, tidak di belakang, bukan dari mana-mana yang lainnya. Maka, engkau hanyalah sebahagian dariku. Engkau jangan menjadi seluruhnya aku. Engkau adalah pelengkap diriku yang telah Allah jadikan sepertinya engkau. Tanpamu, aku kekurangan. Tanpa aku engkau tiada tempat melekap. Kita sekadar saling melengkapi. Namun, tugasku jauh lebih luas dari dirimu.
(4b) Engkau belum yakin? Ternyata pendidikan kini sudah menyasarkan pandangan hidupmu. Aku sudah melihat betapa Yahudi dan Nasrani yang mendokong sistem pendidikan kini sudah jauh berjaya menawan menambat hati setiap kita, sehingga kita lupa untuk mempertali segala dari keEsaan Allah. Dari engkau berpunya Ilmu untuk lebih mengerti akan kudrat Allah, kini engkau semakin menjauh dari fitrahnya. Begini. Keduanya. Mengertikah engkau mengapa Hawa AS, saat mendaratnya di bumi dari asalnya Syurga, dia diterlantarkan di Lembah Bekka yang gersang memeritkan? Fikirlah akan kias Allah. Kias Allah. Fikirkan. Cuba mengerti. Di Bekka dia tidak ke mana-mana. Sepertinya, dia mati akal. Apa benar sebegitu? MasyaAllah. Fikirku. MahaBijak muslihat Allah. Sengaja Hawa AS terlantar sebegitu. Itulah caranya Dia menguji akan keImanan Hawa AS. Apa bisa dia bertahan bersabar dalam segala kepayahan. Juga itulah kias Allah kepada semua kaummu, Hawa, betapa sabar akan kesusahan itu akhirnya membawa kepada jalan kesejahteraan kemakmuran. Allah sedang mendidik, menanam agar kaummu, dirimu kenal akan keperluan zuhud untuk menikmati kebahagian sebenar. Sedang Adam AS, Allah terlantarkan ke pergunugan di India. Sepertinya dugaanku tadinya, betapa Adam AS dan aku adalah milik alam, kami adalah untuk alam, bukan untuk sesiapa, melainkan berbakti kepada alam sebagai khalifah Allah untuk mereka, maka itulah sangkaku maka Adam AS dilontar jauh ke India agar dia dan aku menjejaki sepuasnya alam. Mnegretilah, sebeitulah aku kira Allah mengkias akan bidang tanggungjawab kita. Maka saat aku sedang memimpin alam, selagi aku tetap di jalan Allah, maka engkau bersabarlah sepertinya sabar Hawas AS di tanah bgersang lembah Bekka. Engkau jagalah apa yang menjadi milikku. Jangan sekali-kali engkau terlepas atau ngundur.
(5b) Pernahkah engkau mengerti, jika jalanku benar, maka Syurga yang sangat baik akan beradanya aku akhirnya. Dan engkau, jika kita ada jodoh, menjadi isteriku, maka engkau akan turut menikmati Syurga di mana aku akan berada. Maka beruntunglah engkau, jika aku dapat mencapai Syurga tertinggi atas usaha keras dan luasku, sedang engkau hanya taat menjaga apa yang hak bagiku dan bagimu, engkau pantas bersamaku menikmati usaha kerasku. Sesungguhnya aku berkira, sebegitulah kias Allah menjadikan pendaratan Adam AS dan Hawa di dua tempat yang berbeda.
(6b) MasyaAllah engkau sukar mengerti bahasa batiniahku. Mari ke sini. Duduklah di depanku. Biar aku bicarakan dalam bahasa mudahmu. Maksudku, engkau perempaun, aku lelaki. Engkau tetaplah jadi perempuan, biar aku jadi lelaki. Pasti engkau tidak mahu aku jadi sotong bukan? Lelakipun tidak, perempuanpun tidak, fitrah Allah seperti dipersiakan. Jadi bairlah akau jadi lelaki. Lelaki pada kehendak Allah. Juga aku tidak mahu engkau jadi separa lelaki, apa yang disebut tomboy. Geli aku. Mana mungkin aku mahu engkau jadi nsebegitu. Maka, jika tertakdir cinta kita berbuahkan sebuah masjid, menikah, maka engkau harus menjadi isteri dan aku menjadi suami. Isteri, tanggungjawapnya apa? Aku sebagai suami, tanggunganku apa? Padamu, Allah hanya mewajibkan engkau untuk sekadar menjaga kehormatan dirimu, keamanan rumahtanga kita, dan kehormatan diriku. Engkau tidak perlu berbuat lebih dari itu. Sedang aku, harus memimpin dirimu, rumahtangga kita, serta masyarakat kita. Aku perlu jadi khalifah, menunaikan tanggungjawab memimpin semua. Maka, jagalah hakmu dan hakku agar aku boleh memberikan tanggungjawabku sepenuhnya mengikut kehendak Allah. Maka jangan sekali-kali aku dialpa lekakan dari tanggungjawabku. Jangan sekali-kali aku dipesong oleh perkara-perkara bukan pokok kepada tanggungjawabku. ... ....bersambung
nota:
Semua gambar sisipan anggerik adalah hasil capaian di internet.
Kuching, SarawakKeduanya engkau terselimpuh dibatuan gunung. Dan aku memerhati segala. Kakimu terjuntai sedang jari-jarimu mengais-ngais terjunan dingin peluh dan darah gunung. Matamu yang hitam pekat paling indah. Tersirna pancaran yang mengkesimakan aku. Jantungku tergetar. Lidahku kelu. Juga engkau. Bibirmu hanya mengiring senyum saat matamu menikam jantungku. Lantas, kupimpin engkau jalan bergandingan. Di pundakku kau rembahkan kepalamu. Tubuh kita jadi terlalu akrab. Engkau mendekapku sepertinya tidak mungkin engkau lepaskan. Lalu perlahan-lahan terdesis ungkap kata yang paling aku takuti: Aku cinta padamu. Engkau tikam kupingku dengan kata-kata itu. Jantungku bergejolak bergetar keras. Darahku menyimbah. Butir-butir keringat berkecambah di keningku. Soalku: Kenapa untuk apa?. Lalu kini engkau paling banyak berbicara. Betapa engkau sudah puas ke hutan. Mendaki perbukitan. Menerjah segala belantara juga padang ilalang sekalipun. Sedang anggerik engkau cari, aku engkau ketemui. Padamu, aku lebih dari anggerik yang engkau mengerti. Padaku, engkau menemukan kecerahan. Aku seperti penyinar segala. Hatimu yang kegelapan juga kian bernyala. Apa lagi jalan fikirmu. Segalanya kian benderang. Langkah kakimu, bicaramu, pengelihatanmu, pendengaranmu, sentuhanmu, segala, telah menjadi jelas terang. Aku engkau agungi sepertinya mentari, tanpa engkau sadar mentari itu apa?
(2b) Duhai Zulaikha, engkau sepertinya Zulaikha Firaun. Janganlah sebegitu. Jangan aku jadi Yusuf AS yang "Zulaikha" gilakan. Jangan pejamkan matamu dari kebenaran. Jangan aku dijadikan mentari hidupmu. Sadarlah, saat mentari muncul hampir di Yaman, engkau dan aku sedang diburu hebat seluruhnya ke Masyar. Juga saat mentari hadir di atas ubun-ubun kita sewaktu-waktu engkau dan aku di Masyar, maka Kiamat sudah menjelma, dan Neraka sedang lapar membakar. Mentari, bagiku, atas dugaan semata-matanya aku, adalah Neraka yang telah Allah sediakan yang sedang menyaksikan segalanya laku pribadi kita. Maka janganlah aku engkau jadikan mentari, kerana jika itu, pasti kita akan terbakar keras. Ingatlah saat Firaun, mahaRaja Rom dan Farsi menjadikan mentari Tuhan mereka, maka Allah membinasakan mereka, lantaran kebodohan mereka tidak mengerti, betapa mereka terlalu taksub akan Neraka yang menghancurkan, lalu mereka hancur kerananya. Juga mengertilah, saat Jepang hendak meranap benua ini, Asia menjadi AsiaRaya, dengan lambang mentari, lambang Neraka, maka Allah gegarkan mereka di Hiroshima dan Nagasaki dengan butir-butir Neraka. Maka jangan sekali-kali aku engkau jadikan mentari hidupmu. Ke Nerqaka bisa kita akhirnya. Mengertilah, berpijaklah kita di bumi ini. Jangan di awang-awangan. Surga belum milik kita. Kita masih dalam perjalanan panjang perjuangan. Bedakanlah antara mimpi, ingin dan hakiki.
(3b) Aku mengerti. Jiwamu sedang polos. Kosong. Engkau ingin isikan dengan kasih cinta kepada dan dariku. Aku terima. Aku bersyukur hadirnya engkau untuk berada di sampingku. Ingat di sampingku. Bukan di depan atau di belakangku. Engkau dengar persyaratanku? Engkau mengerti maksudku? Jika tidak, maka mengertilah, akan dua peristiwa yang kita tidak pernah tafsirkan sedalam-dalamnya. Pertama, tahukah engkau akan asal usul kejadian kita? Aku, darinya Adam AS adalah dari debu dan tanah. Kejadian aku sepenuhnya di tangan Allah. Dia menjadikan aku, lewat Adam As adalah dari isinya alam. Maka, aku berkira, alam dan aku tidak boleh dipisahkan. Allah, mahukan aku bersama alam, memimpin alam, seluruh ciptaanNya. Maka, jangan aku nantinya engkau pisahkan dari alam. Sesungguhnya alamlah tanggunganku. Jangan aku engkau alpakan dari alam tanggunganku. Sedang engkau, lewat Hawa AS, tercipta dari rusukku. Engkau hanyalah sebahagian dariku. Tidak sepenuhnya aku. Hanya dari rusukku. Rusuk di sampingku. Tidak di depan, tidak di belakang, bukan dari mana-mana yang lainnya. Maka, engkau hanyalah sebahagian dariku. Engkau jangan menjadi seluruhnya aku. Engkau adalah pelengkap diriku yang telah Allah jadikan sepertinya engkau. Tanpamu, aku kekurangan. Tanpa aku engkau tiada tempat melekap. Kita sekadar saling melengkapi. Namun, tugasku jauh lebih luas dari dirimu.
(4b) Engkau belum yakin? Ternyata pendidikan kini sudah menyasarkan pandangan hidupmu. Aku sudah melihat betapa Yahudi dan Nasrani yang mendokong sistem pendidikan kini sudah jauh berjaya menawan menambat hati setiap kita, sehingga kita lupa untuk mempertali segala dari keEsaan Allah. Dari engkau berpunya Ilmu untuk lebih mengerti akan kudrat Allah, kini engkau semakin menjauh dari fitrahnya. Begini. Keduanya. Mengertikah engkau mengapa Hawa AS, saat mendaratnya di bumi dari asalnya Syurga, dia diterlantarkan di Lembah Bekka yang gersang memeritkan? Fikirlah akan kias Allah. Kias Allah. Fikirkan. Cuba mengerti. Di Bekka dia tidak ke mana-mana. Sepertinya, dia mati akal. Apa benar sebegitu? MasyaAllah. Fikirku. MahaBijak muslihat Allah. Sengaja Hawa AS terlantar sebegitu. Itulah caranya Dia menguji akan keImanan Hawa AS. Apa bisa dia bertahan bersabar dalam segala kepayahan. Juga itulah kias Allah kepada semua kaummu, Hawa, betapa sabar akan kesusahan itu akhirnya membawa kepada jalan kesejahteraan kemakmuran. Allah sedang mendidik, menanam agar kaummu, dirimu kenal akan keperluan zuhud untuk menikmati kebahagian sebenar. Sedang Adam AS, Allah terlantarkan ke pergunugan di India. Sepertinya dugaanku tadinya, betapa Adam AS dan aku adalah milik alam, kami adalah untuk alam, bukan untuk sesiapa, melainkan berbakti kepada alam sebagai khalifah Allah untuk mereka, maka itulah sangkaku maka Adam AS dilontar jauh ke India agar dia dan aku menjejaki sepuasnya alam. Mnegretilah, sebeitulah aku kira Allah mengkias akan bidang tanggungjawab kita. Maka saat aku sedang memimpin alam, selagi aku tetap di jalan Allah, maka engkau bersabarlah sepertinya sabar Hawas AS di tanah bgersang lembah Bekka. Engkau jagalah apa yang menjadi milikku. Jangan sekali-kali engkau terlepas atau ngundur.
(5b) Pernahkah engkau mengerti, jika jalanku benar, maka Syurga yang sangat baik akan beradanya aku akhirnya. Dan engkau, jika kita ada jodoh, menjadi isteriku, maka engkau akan turut menikmati Syurga di mana aku akan berada. Maka beruntunglah engkau, jika aku dapat mencapai Syurga tertinggi atas usaha keras dan luasku, sedang engkau hanya taat menjaga apa yang hak bagiku dan bagimu, engkau pantas bersamaku menikmati usaha kerasku. Sesungguhnya aku berkira, sebegitulah kias Allah menjadikan pendaratan Adam AS dan Hawa di dua tempat yang berbeda.
(6b) MasyaAllah engkau sukar mengerti bahasa batiniahku. Mari ke sini. Duduklah di depanku. Biar aku bicarakan dalam bahasa mudahmu. Maksudku, engkau perempaun, aku lelaki. Engkau tetaplah jadi perempuan, biar aku jadi lelaki. Pasti engkau tidak mahu aku jadi sotong bukan? Lelakipun tidak, perempuanpun tidak, fitrah Allah seperti dipersiakan. Jadi bairlah akau jadi lelaki. Lelaki pada kehendak Allah. Juga aku tidak mahu engkau jadi separa lelaki, apa yang disebut tomboy. Geli aku. Mana mungkin aku mahu engkau jadi nsebegitu. Maka, jika tertakdir cinta kita berbuahkan sebuah masjid, menikah, maka engkau harus menjadi isteri dan aku menjadi suami. Isteri, tanggungjawapnya apa? Aku sebagai suami, tanggunganku apa? Padamu, Allah hanya mewajibkan engkau untuk sekadar menjaga kehormatan dirimu, keamanan rumahtanga kita, dan kehormatan diriku. Engkau tidak perlu berbuat lebih dari itu. Sedang aku, harus memimpin dirimu, rumahtangga kita, serta masyarakat kita. Aku perlu jadi khalifah, menunaikan tanggungjawab memimpin semua. Maka, jagalah hakmu dan hakku agar aku boleh memberikan tanggungjawabku sepenuhnya mengikut kehendak Allah. Maka jangan sekali-kali aku dialpa lekakan dari tanggungjawabku. Jangan sekali-kali aku dipesong oleh perkara-perkara bukan pokok kepada tanggungjawabku. ... ....bersambung
nota:
Semua gambar sisipan anggerik adalah hasil capaian di internet.
25 Jun, 2013
0 comments:
Post a Comment