.

2/2/13 BY DESIGN, THANK HE WAS ILITERATE.....syukur dia buta huruf.

Posted By: Abdullah Chek Sahamat - February 16, 2013

Share

& Comment

Some friends began to wonder, why I was not that prolific over the past couple of months. Many reasons for it, and one among the most important was I just want to have sometimes to cool down. There were so many things that had disturbed my feeling over the months. Thus, as Islam had being advising its followers, it is better to cool down (take ablution and pray), rather to write when emotionally I was in a very shaky state. In fact, over the past months, I had been following a lots of those multi-religious debates and lectures through the You Tube as well as reading from all those e-books available. I tried to understand the origin on the Concept of God and Religion from the early day of the Nile, Euphrates-Tigris, Ganges, and Yang Tze civilization to the emergence of the Persian, Aztec, Greece and Rome to the development of Buddhism, Hinduism, Confucian, Taoism, Judaism, Christianity and Islam. The idea was so that I have solid historical perspective over the subject.

Dalam beberapa bulan yang lepas saya banyak menghabiskan masa meneliti perdebatan, syarahan dan tulisan-tulisan khususnya yang mengupas mengenai pelbagai agama yang ada. Sebahagian dari perdebatan, syarahan dan tulisan-tulisan tersebut sangat meresahkan terutama bila ditangapi dengan pemikiran yang tertutup, apa lagi bilamana ianya diikuti tanpa ada keinginan untuk lebih menyelidik. Kerana tidak mahu menulis dan diganggu rasa resah yang tidak jelas, maka saya mengambil sikap berfikir dan bertenang. Maka sebab itu, bloq dan bahkan diri saya juga mengambil sikap menyepi dulu sehingga saya kembali dapat mengumpul diri berfikir secara lebih tegar dan jitu. Saya tidak kepingin menuba di air keruh. Tujuan saya menulis rencana ini, sebahagiannya adalah untuk mengutarakan suatu pandangan alternatif agar pertimbangan-pertimbangan yang seharusnya dapat digarap sebelum sesuatu pendirian mutlak dapat diputuskan. Umat Islam dan Melayu khususnya sebagai Umat yang bertemaddun, serta terpimpin, kita tidak boleh bersikap tidak matang dan bodoh dalam sebarang hal.

(2) If one cares to be very open, or academical in one's thinking process, one should understand that a search for God or later developed into religion, emerges as human began to cluster into what the Greece called polis, or what today we called as city-state (eg Singapore, Monaco, Macau, etc). In fact it is a human nature to spiritually to grasp on something else, apart from himself. It seem the soul within us, have a great sense of insecure or loneliness that forced it to seek some sort of association with some other spirit outside of our body. Look at a newly born baby, his/her hands will quickly want to grape on something. Whether we realize or not, such is a natural manifestation of human creature to hold to something to build his/her confident. In fact our life journey is a journey in the darkness. The far distance into our future is always very uncertain. By whatever reason, we never knew what would be a head of us. Thus, in darkness, we will be automatically grappling to hold to something to give us some sort of life comfort. Beginning with honoring of the spirits eg. the death, slowly developing into submission to certain fugitive finite eg the sun, the moon, the stars, the ocean, etc, such I would believe was the the process on how human began to develop the Concept of Goddess. And human as creature with intelligent, his daily life must come with certain process and procedures or a system. The need for such a system becoming very critical as their population began to swell. Thus lives norms began to develop into either the formal cultural practices and o ritual giving especially in the honor of the founded God(s). Those were indeed the case for those religions and goddess development during the early human civilization of the Nile, Euphrates, Ganges, Yang Tze, Aztec, Greece, Persian and the early Roman (before Christianity). But surely human greed and arrogance took those sytem to their best advantages such as the Pharaoh and the early Caesars of Rome, where they made themselves as the King and Lord.

(2b) Sesungguhnya, memang sudah menjadi tabii manusia, untuk dapat berpegang kepada sesuatu sebagai asas untuk meyakinan diri mereka. Tabii ini tidak lain adalah kerana hadirnya saban ketika rasa tidak selamat atau kekosongan dalam diri mereka. Atas rasa itu, suatu kuasa pelindung, pendukung atau pelengkap atau tempat mengadu sangat-sangat diperlukan terutama di saat manusia sedang kewalahan. Sepertinya, roh yang ada pada manusia itu tidak mahu bersendiri, sangat memerlukan pasangannya. Sebermula dengan pencarian kuasa ghaib kemudian berkembang kepada mencari Yang Maha Berkuasa terbentuk hebat bila manusia sudah mulai menduduki penempatan yang lebih padat. Itulah permulaannya manusia mulai memebentuk Konsep KeTuhanan. Dalam bentuk awal, KeTuhanan bermula dengan pemujaan roh-roh contohnya roh nenek moyang mereka, kemudian berkembang terus kepada suatu bentuk yang lebih jelas seperti matahari, bulan, bintang, lautan, atau lembaga-lembaga. Kerana keTuhanan sangat terkait dengan keberkuasaan maka di zaman-zaman dahulu, para pemerintah mengambil kesempatan di atas keperluan naluri rakyatnya dengan menjadikan dirinya sebagai Yang Maha Berkuasa. Firaun, Caeser, MahaRaja Parsi, dsb adalah contoh-contoh yang jelas. Atas peredaran waktu, atas sifat manusia yang lebih berakal, maka terbentuk tatacara hidup yang akhirnya membentuk budaya dan pemujaan. Budaya dan atau tatacara pemujaan inilah akhirnya berkembang menjadi Agama. Inilah apa yang terjadi di zaman-zaman awal ketemaddunan manusia di Mesir, Babylon, Indus India, Yang Tze China, dan bahkan dikalangan masyarakat Aztec di America Selatan, Yunani, Farsi dan Roman kuno.

(3) In the much later human civilization, particularly after the collapsed of the Nile, Euphrates, Indus and Yang Tze, human intellect advanced greatly into the norms of analyzing and collating of his surrounding. Thus, personalities such as Gautama and Confucius emerged out of the sickening societies of their times. Both Gautama and Confucius indeed were personalities of nobility, learned and humble. Their souls were greatly disturbed by lots of social illness outside of their noble livelihood, thus they began to go for soul searching. Slowly they discovered wisdom of good values both for the subjects and the governance. These wisdom later formed into teachings which over time, being compiled and enhanced by their disciples. As times passing by, and as to honor the founder(s), as well as a mean to make those serene, those teachings and personalities thus evolved into religions and goddess entities. The same applies to the Taoism, Shintoism, Hinduism, etc.

(3b) Bila temaddun awal manusia runtuh, laluy terbentuk Kerajaan-kerajaan Bangsa-bangsa, juga kerana peradaban manusia kian berkembang maju, maka mereka mulai boleh menganalisa dan mengambil ikhtibar dari keadaan keliling mereka. Maka manusia-manusia bistari seperti Gautama dan Confuciuspun wujud. Mereka wujud hasil dari keadaan kecelaruan masyarakat yang ada di sekeliling mereka. Rakya miskin. Rakyat susah. Pemerintah tidak adil. Pemerintah lalai amat menyinggung jiwa mnereka sehingga mereka merantau mencari-cari nilai-nilai yang boleh membahagiakan semua. Ilham ini kemudian berkembang menjadi ajaran-ajaran yang dirurun dari murid ke murid dan akhirnya berkembang menjadi agama dan mereka, pengasas akhirnya dilihat sebagai Tuhan. Begitulah kejadian agama-agama seperti Buddha, Hindu, Confucius, Toaism, Shintoism dsb.

(4) Those were the evolution of the religions and goddess outside the intervention of the Al Mighty God brought about by Judaism, Christianity and Islam. In those religions the creation of human being was metaphoric in nature, thus the Concept of Religion and Goddess especially with the Buddhism, Hinduism and Taoism are also very metaphorical in nature. But in Judaism, Christianity and Islam, the creation of human being was finite in the form of the souls and bodies of Adam AS and Eve. According, the Concept of Goddess and Religion was also finite through the direct intervention of the Al Mighty God through His angels and prophets. Values, norms and ritual of these religions are presented in the Zabur, Taurah, Gospel (Bible or New Testaments) and Al Quran.

(4b) Begitulah evolusi agama di luar dari agama pembawaan Yang Maha Berkuasa, Tuhan Yang satu oleh agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Jika kita perhatikan, dalam agama Buddha, Hindu bahkan Toaism dan Shintoism, kejadian manusia digambarkan sangat abstrak sekali, sangat metafor. Maka, konsep keTuhanan bagi agama-agama tersebut juga sangat metafor sifatnya. Namun dalam agama Yahudi, Nasrani, dan Islam kejadian manusia adalah sangat jelas lewat Adam As dan Hawa. Begitu juga pembentukan konsep keTuhanan dan Agama adalah sangat jelas lewat keterliobatan Tuhan Yang Satu secara langsung. Maksudnya, Tuhan bagi agama yahudi, Nasrani dan Islam bukan ciptaan pemikiran tetapi sesuatu Yang Telah Ada dan mesti diterima sebagai Bentuk dan KehendakNya. Segala peraturan dan nilai-nilai agama-agama ini Tuhan Yang Satu ketengahkan lewat para malaikat lalu termaktub sebagai Zabur, Taurat, Injil dan Al Quran.

(5) Be it Buddhism, Hinduism, Confucius, Taoism, Shintoism, Judaism, Christianity, and Islam, all these religions were born as a mean of salvation. The Messiah. How were the social structures of the societies at the birth of these religions? The Indian, Chinese, Japanese, Jews, Europeans and Arabs, every nation in those days were highly immoral, barbarian, corrupted, and in great danger of extinction. Thus, the birth of the novelties and prophets (and rasul) among these societies or nations were as a mean to present sets of norms, values, and ritual that could place them back into a much harmonial, united and peaceful living. Nonetheless, in the course of times, human intellect either improved or deteriorated, they began to put their hands into especially the four doctrines of the Al Mighty Religion ie Judaism, Christianity and Islam and thus either improved or decepting those religions (suppose to be One) from their originality, had created today Clashes of the Civilization. Worst as human intellect depart further from the guided of the Al Mighty doctrines, created today's new religions namely Capitalism, Socialism and Communism. These were indeed ideologies that were generated in the Western World of Christianity domain. I would say, all were generated by some brilliant strategists of the Jews (Zionist), in view of the great social pressure imposed upon them (immigrant Jews)by their natives European. Began in France, then Russia, and exploded in German, the Europen natives waged war against the immigrant Jews. I would believe, the minority God Gifted Jews, their intelligent thought them not to fight for their survival with the European-Russian natives through religious-based, they have good past experiences with the Roman, Persian and Turk, thus they created all these ideologies as a mean of their new strategical conquest and escapism.

(5) Jika kita perhatikan benar-benar, semua agama diturunkan sebagai penyelamat umat. Perhatikan keadaan umat India, Cina, Jepun, Yahudi, Barat dan Arab sebelum turunnya agama-agama kepada mereka. Hidup masyarakatnya sangat kucar kacir. Saling berbunuhan. Saling serakah. Saling membahayakan. Sesungguhnya kehadiran para bistari dan nabi di kalangan umat-umat ini adalah untuk membentuk dan menebar sistem nilai yang dapat kembali menyatu, mendamai dan memakmurkan umat-umat ini. Namun lewat perubahan waktu dan keadaan, kebijaksanaan manusia samada kian meningkat atau rosak, maka sebahagian mulai mencampuri pernyataan dan atau pentafsiran khususnya doktrin tiga agama besar Allah, sehingga menimbulkan banyak kemelut agama seperti yang sedang kita alami sekarang ini. Juga jika kita ingat, kerana naluri ilmu yang ada pada sebilangan manusia, khususnya segelintir masyarakat Yahudi (yang tidak semestinya berpegang kepada agama Yahudi), mereka kemudian mengubal dan mengembangkan agama baru sebagai alternatif kepada agama-agama yang ada. Agama-agama pemikiran abad 17-19 ini tumbuh sebagai ideologi Kapitalisma, Sosialisma, dan Komunisma. Saya menduga, inilah kerjatangan para Zionist di kalangan masyarakat Yahudi yang menghadapi tekanan berat terutama dari masyarakat Nasrani Barat (Peranchis, Russia, Itali dan Jerman) yang telah mereka hisap bagai lintah darat. Ideologi-ideologi ini sebenarnya adalah jalan pelarian dan jerangkap hasil pemikiran segelintir kaum cerdik pandai Yahudi untuk samada menyelamatkan diri atau memperkukuhkan kedudukan mereka yang kian terancam di Barat. Sesungguhnya, sifat-sifat Kapitalisma sangat bersesuaian dengan sifat-sifat feudalisma yang ada di barat bketika itu. Maka Kapitalisma yang teradun dengan konsep demokrasi akhirnya menjadi peganagan Barat mengatasi agama Nasrani. Zionist Yahudi benar-benar mempergunakan Kapitalisma sebagai asas pembinaan kekauatan dan menguasai seluruh dunia akhirnya. Barat jadi kuda tunggangan Kapitalisma Yahudi yang berselindung di balik demokrasi. Di abad 17-20, Barat memaksa seluruh dunia untuk menerima Kapitalisma dan Demokrasi sebagai sistem nilai, semua bukan kerana apa, hanyalah agar semua tunduk terjajah kepada mereka. Yahudi (Zionis) telah memberikan Barat suatu strategi bagi memperkukuhkan diri mereka juga akhirnya.

(6) Following those debates, lectures and reading, I was indeed disturbed by those unproductive Christian and Islamic 'discourses' world wide. Each pointing to the corrupted religion of the others. Each working hard to do character assassination. People began to adopt man's perception or test method over godly matters. The tragedy of 911 seem to triggered the next war. Islam as a whole being treated as the culprit. I would indeed believe, all these Islamic-Christianity conflicts was nothing, but a great worries of the West over their future economic fate. As we know, both Europe and America are today facing great economic uncertainties, which to me is all about the failure of the current conventional world economic and financial system that was based on the Jewish (Zionist) founded ideologies ie Capitalism, Socialism, and Communism. As probably, Allah is more generous to the Muslim's world, that greater wealth are within the custody of these nations, the greedy capitalism and the insecure Christian West see the Muslim as their common enemies, thus take on Islam as their main threat. All, but not about God, but about this worldly wealth conquest and greed. We seem to be decepted by politic and economic distress from the true course of the religion. My further checking had strongly indicates that the Greece, early Roman, Judaism, and Christianity all were against the Wealth of the Nation as postulated in the Capitalism and even Socialism and Communism ideologies. But the most vocal to challenge these ideologies to this day is Islam. Thus, the conflict between Islam and the rest of the World began with the emergence of Capitalism, Socialism and Communism.

(6b) Mengikuti debat, ceramah dan pembacaan berkenaan, saya amat terganggu oleh sikap sia-sia tersebut. Masing-masing cuba membongkar kekurangan dan kelemahan masing-masing. Banyak perlakuan menghina dan memperlekeh akhirnya terjadi. Sepertinya manusia menggunakan nilai-nilai kemanusian untuk menilai hal-hal keTuhanan. Trajedi 911 memuncakkan pertembungan panas Nasrani-Islam. Islam secara keseluruhan dilihat sebagai penjahat. Sesungguhnya, perang Nasrani-Islam yang kini terjadi, tidak lain hanyalah akibat kegundahan ekonomi yang sedang melanda Amerika dan Eropah. Semua ini, tidak lain, adalah berpunca dari kegagalan sistem ekonomi dan kewangan yang sedang Barat amalkan sekarang ini iaitu Kapitalisma-Demokrasi. Mungkin dengan sengaja Allah takdirkan betapa UmatNya akan terus terjaga, maka kekayaan dunia seperti melimpah ruah di negara-negara Islam. Maka dengan sebab itu, sepertinya di abad ke 17 dahulu, Barat kembali ingin bangkit dari kepayahan mereka, lantas melihat penaklukan negera-negara miskin tetapi kaya, kebetulannya adalah negara-negara Islam, adalah jawaban yang terbaik buat mereka. Serakah Kapitalisma Yahudi akhirnya menghantui jiwa dan pemikiran Barat. Barat seperti kian lari dari asas-asas ekonomi yang diutarakan biar oleh temaddun awal Yunani dan Rom yang tidak bersetuju dengan konsep Wealth of the Nation seperti yang diasak kuat oleh Kapitalisma-Demokrasi Barat. Sesungguhnya asalnya agama Yahudi dan Nasrani juga melihat Wealth of the Nation dalam bentuk yang memakmurkan semua, bukan segelintir pengusaha (entrepreneur) dan bernasib baik (lucky) sahaja. Namun atas kepentingan politik dan ekonomi Barat, agama Yahudi dan Nasrani hanya berdiam diri, sedang Islam sedari muncul ideologi-ideologi ini sudah mengambil sikap menentang. Maka inilah sebenarnya, punca dari segala perbalahan Islam-Nasrani dan atau Islam-Yahudi tidak lain bukan kerana hal-hal keagamaan tetapi adalah akibat perebutan kemewahan duniawi. Sikap Yahudi amat jelas, mengadu domba antara Islam dan Nasrani sepertinya mereka di zaman Isa AS, yang mempergunakan Rom.

(7) To me, the Christian scholars are too blind and too egoistic to accept the fact that they are being used by the Zionist under the skin of Judaism and Jews to fight with the Muslim (Islam) so as not to make the two to come together to remodel the present economic, financial and international trade system along the true teaching of the Bible and Al Quran. Worst, I would say the Muslim, with Islam in their hand, a religion suppose to shine every human deed, they had been decepted from their khalifa responsibilities for being defensive rather explorative. Accordingly, I would say the general Jews and Judaism, are too ignorant (or attached) of the Zionist game plan, all are about their sense of Israel insecurity. In fact their insecure nature is their heritage deed of being individualistic. For the Islamic scholars whom entered into those unproductive debates with the Christian, I would say, they should strongly relook into the hikmah or wisdom to the frustration of Muhammad SAW to make his beloved uncle Abi Thalib to pronounce the Sahadah which made Allah to reveal the Surah Al Kafirun (?). I don't believe the debates is a mean of effective dakwah. I would believe Surah (?) Al Baqarah, which in caricature painted as tree monkeys who closed their eyes, ears and mouths also applies. If one study the war affairs of Muhammad SAW, many times he was challenged to take one-to-one with his enemies, but most of the time he refrained himself to take on the challenges. Why? It is not the issue of cowardy, but as Muslim should uphold, the acts of Muhammad SAW were mostly guided acts for the good deed of the Muslim. Thus to me, there is no reason at all why the Muslim and the Christian (and Judaism) must be in theological conflict, since all are the religion of the Al Mighty Allah, and each had been sent for the good of each sector of human kind. Thus, I would believe let just uphold to each good deeds, share waht are in common, and let Allah determines our last fate. We must never get decepted by the Zionist.

(7b) Saya berkira, para cerdik pandai Nasrani telah menjadi buta dan angkuh untuk menerima hakikat betapa mereka telah dipergunakan oleh Zionis agar terus bertelagah dengan Muslimin, sehingga keduanya terpesong sama dari cuba melihat dan memperbaiki kemelut hidup kini dari persepektif agama. Paling jelek, saya kira kaum Muslimin dengan Islam berada dalam tangan mereka, sebuah agama dan cara hidup yang dapat merahmati semua, mereka telah terlupa atau terpesong dari tanggungjawab khalifah mereka. Kaum Muslimin sepertinya mereka lebih suka bertahan dari meneroka dan memperluas. Juga saya berkira kaum Yahudi secara umumnya sangat lengai dan atau terikat dengan permainan para Zionis atas semangat keselamatan dan mandirinya Israel. Sesungguhnya ancaman keselamatan ke atas Israel bukanlah perkara baru. Sejak temaddun Babylon, membawa kepada Empayar Roman (sebelum dan selepas Nasrani), Farsi, malahan di era pengembangan Turki, Israel sentiasa terancam. Semunya kerana sikap Yahudi yang sangat bangga diri dan terlalu individualistik. Angkuh. Sombong. Bangga diri melulu. Sifat-sifat itu terus mereka pusaki sehingga kini. Bagi cendikiawan Islam yang terlibat dalam debat dengan pihak Nasrani atau Yahudi, maka wajar jika mereka terus menumpu mendidik Umat Islam untuk mengembangkan pemahaman dan amalan Islam mereka, kerana cara itu lebih baik dari terus berdebat terutama kepada mereka yangf sudah tertutup telinga, mata, hati, fikiran mereka. Terdapat Ayat-ayat di dalam Al Quran yang memperingatkan Umat Islam dari berdebat dengan mereka yang percaya ini. Sepertinya, apalah gunanya mencurah air di daun keladi. Sesungguhnya, secara theology tidak harus ada pergenseran antara cendikiawan Yahudi, Nasrani dan Islam, kerana ketiga-tiga agama tersebut adalah dari Tuhan Yang Satu. Setiap satunya diturunkan mengikut keperluan masa, keadaan dan umatnya. Saya yakin, untuk menjaga keharmonian bangsa atau kaum, wajar setiap satu mengamal apa yang hak buat mereka, dan di antaranya berkongsi apa yang sama. Di mana kita berbeda, maka ianya harus dihadkan kepada amalan sendiri-sendiri dan dihormati sebegitu. Pokoknya, jangan agama dibaur adukan dengan prihal politik dan segala sesuatu yang boleh menimbulkan permusuhan.

(8) For the Muslim, I'm strongly appreciative on Allah's Al Mighty Intelligent to make Muhammad SAW to be truely illiterate, poor, and orphan yet noble as His prophet, the messenger. Muhammad SAW as he consistently claimed and exerted by the Al Quran was a mere Messenger of Allah but was facilitated with the literate and nobility 'sahabah' in his course to put firstly the barbarian Arabs into better perspectives and liberating them from the aggression of the Roman and Persian. In deed if ones is critical about the Islamic history, one would see that after the Khulafa AlRashiddin Islam spread fast from the Atlantic-Meditteranean Coast to the Indian Ocean was due to the work of the post Muhammad-Khulafa believers such as Iskandar Zulkarnain and Kublai Khan. Particularly for the Muslim, let firstly we must understand the early days struggle of Islam, and thereon to see all those religious evolution from situational adaptaion and remain strong to Allah command which postulated: "What is yours is yours, what is mine is mine, and nothing will affect my Statue...". This verse of the Al Quran is a clear stop gate measure that the Muslim should take, in the current situation where we are psychologically (and militarily) being attack.

(8b) Kita Umat Islam harus bersyukur kerana Muhammad SAW itu buta huruf, apa lagi miskin dan yatim piatu. Segala kekurangannya itulah, jika kita benar-benar dapat berfikir adalah benteng kepada segala tuduhan betapa Muhammad SAW adalah palsu, Al Quran adalah dogengan, Allah tidak wujud. Biarpun sebegitu sifat Al Aminnya menjadikan dia mulia. Atas sifat itulah maka Allah mengangkatnya menjadi UtusanNya dan kekal sebegitu. Dalam tugasnya sebagai Utusan Allah, beliau Allah perkukuhkan dengan para sahabah yang bijak pandai dan berharta eg Siti Khadijah (isteri), Abu Bakar, Umar Al Khataab, Usman Affan, dan banyak lagi. Sesungguhnya, kedatangan Muhammad SAW pertama dalam kelompok Arab adalah untuk menyelamatkan bangsa Arab yang sedang hanyut dari landasan asas kemanusiaan. Kerana keganasan Rom dan Farsi, beliau, lewat para sahabah selepasnya terus memperluaskan wilayah kembanagn Islam sehingga ke seluruh Arab, Mesir dan Farsi. Penakluk sepertinya Iskandar Zulkarnain dan Kublai Khan yang seterusnya mengembangkan Islam sehingga ke India. Pastinya bangsa Turki yang ingin bangkit sebagai bangsa gagah, kemudian bersatu dengan pemerintahan Islam lalu memperluas Islam di Tengah-tengah Eropah. Juga perkembangan Islam seterusnya di Sepanyol adalah juga kerana kekacauan yang terjadi di wilayah-wilayah itu sebelumnya semasa pemerintahan Nasrani. Sesungguhnya, seperti saya katakan sebelumnya, saat manusia dalam kekalutan, pasti Allah akan mendatangkan penyelamat kepada mereka, dan dalam hal ini, Islam adalah salah satu penyelamat yang telah Allah pergunakan. Bagi umat Islam, jika kita faham sejarah perkembanagn awal Islam, serta segala kemelut di sekeliling Yahudi dan Nasrani, pasti itu akan menambah kental peganagna kita kepada Islam. Sesunggguhnya dalam soal kemelut akidah, Allah telah menyediakan jalan keluar yang amat jelas dalam firmaNya yang kira-kira bermaksud: ..bagiKu urusanKu, bagimu urusanmu, tidak satupun akan menjejaskanKu...

(9) For the Jews and Judaism (and Christianity), we should never quarrel over the fate of Jerusalem. There should be no sense of insecurity over the Holy Place Jerusalem. There are too many commonalities between Judaism, Christianity and Islam that could safeguard the safety and serenity of the place. Firstly, and the most profounding, all the three pray to One God, never mind about the name; Yewh, Jesus Lord, or Allah. Secondly all the three have our own unique and pure with some similarities in our ritual procedures and practices which won't 'impurify' the others. Just take the attire of the Judaism monks', Christian priests' and Muslim Imams' when they pray, do they not look alike?. Thus our places of worship could co-exist. Jerusalem should then be treated and guarded as the Holy City of One God. In deed universal unity could be formulated in Jerusalem, rather now as the source of hatred and destruction. They must be a great reason why the One God had gave birth to almost all His messengers within and around Jerusalem, as well as the ascending of His messengers to heaven through there. Just political and economical greed had made us too far apart. Thank Allah once again, for making Muhammad SAW to be iliterate to give us the chance to think and do the best as well. Failing which, Muhammad SAW through his sahabah would have designed something probably to my thought 1,400 years ago, and we would not have the chance to exercise our One God demanded intelligent. SubhanAllah.

(9b) Bagi umat Yahudi, mereka tidak harus berasa takut mengenai keselamatan tempat ibadat mereka di Jurusalam. Sesungguhnya Allah telah ada pertimbanganNya sendiri tentang siapa harus mendapat pertunujk atau tidak. Makanya, itulah hikmah di sebalik peringatanNya yang berkali-kali betapa Muhammad SAW hanyalah UtusanNya dan dia tidak ada hak untuk memutuskan keImanan seseorang. Saya yakin, sikap Umat Islam terhadap masa depan Jurusalam, harus terus berpegangan kepada hikmah di sebalik Surah Al Kafirun serta Muhammad SAW hanyalah UtusanNya. Saya yakin selepas pembebasan Kaabah dari segala kekarutan, Allah spertinya hanya mahukan kita menyampai dan menjadi teladan tentang kemuliaan Islam. Sesungguhnya dari penelitian saya, Yahudi, Nasrani, Islam, cara kita bermunajat adalah hampuir-hampir sama. Lihatlah semua cara sembahyang Yahudi dan Nasrani orthodox, pasti saling mirip dengan Islam. Keduanya, ketiga-tiga agama ini mengharamkan perkara-perkara yang sama: arak, judi, babi, pendedahan aurat, dsb. Maka saya yakin, jika semua patuh pada cara sembahyang masing-masing, pasti tempat-tempat ibadat Yahudi, Nasrani, dan Islam di Jurusalam akan terus terpelihara kesuciannya. Saya yakin, jika para cendikiawan Yahudi, Nasrani dan Islam dapat bersikap sebegitu, Jurusalam boleh dijadikan asas kepada perpaduan manusia. Sesungguhnya, sekali lagi jika Muhammad SAW tidak miskin, piatu, dan buta huruf, saya yakin beliau pasti telah membangunkan Jurusalam lain dari cara beliau melihatnya di zamannya. Sesungguhnya buta huruf Muhammad SAW adalah caranya Allah untuk tyerus menguji kebijaksaan umatNya seterusnya. SubhanaAllah. InsyaAllah.

(10) Last but not least, I do strongly believe, if the followers of Judaism, Christianity and Islam could come to theological terms with regard on the agednda to safeguard the universal humankind needs and interests, puting aside those human unlimited desire and greed, we in fact could workout universal norms that would bring everyone of us to the least hell if not heaven. Forget about all of our differences which are indeed very minor, let us just focus and share to all the common universal values that we have, and left all those differences to our own backyard. We are indeed wasting our time and energy to havour on some minority issues which will never lead us to term. Too bad we waste to much to our own destruction.

(10b) Bila Khalid Al Waleed meninggal dunia, medan peperangan Islam jadi lain tarinya. Saat Umar Al Khataab menghembus nafasnya yang terakhir, maka runtuhlah benteng Islam. Dua jiwa, dua watak, keduannya memusuhi Islam asalnya, kemudian menjadi pendiri Islam yang agung. Kita umat Islam hanya melihat mereka sebegitu. Kita tidakpun mendirikan Yayasan Umar Al Khataab buat mengkaji ilmu yang melaut pada dirinya. Begitu juga, pada Khalid Al Waleed, kita hanya bangga dia dapat meruntuhkan Byzanthium (Rom) dan Farsi, namun kita tidakpun dapat melihat di balik segala parut ditubuhnya. Disiplin ketenteraan kita kini berdiri atas landasan apa? Saya yakin, jika setiap individu Islam kembali sadar akan tanggungjawab dan disiplin yang harus ada pada mereka, pasti Yahudi dan Nasrani, akan membuntut manut merapat. Kita, sikap kita dalam menghayati Al Quran, cara kita berdakwah, sepertinya kita masih di zaman batu. Kita tidak seperti tidak pernah mahu belajar, sepertinya Muhammad SAW, seorang buta huruf tetapi mendalam firasat hidupnya sehingga dia menjadi sehamparan dunia ilmunya. Kita tahu dia buta huruf, tetapi hati kita buta untuk mengerti kenapa dan untuk apa?

Kuching, Sarawak
18 Feb., 2012

#Abdullah Chek Sahamat

Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand

0 comments:

Copyright © 2010 abc sadong™ is a registered trademark.

Designed by Access. Hosted on Blogger Platform.