.

2/10/12 DI BAWAH LEMBAYUNG KAABAH.....under the shadow of the Kaabah

Posted By: Abdullah Chek Sahamat - October 03, 2012

Share

& Comment

Bulan ini, sekitar 5.00-7.00 juta umat Islam akan berkampung di sekitar Mekah untuk mensucikan diri. Di Malaysia, segelintir dari para jemaah adalah mereka yang mungkin seumuran bersusah payah mengumpul wang untuk tuntutan ini. Inilah sebetulnya wajah-wajah tua yang sangat mengharapkan. Begitu juga halnya di Indonesia. Para petani, penternak, tukang beca, tukang bakso, nelayan, segala pengusaha kerja-kerja yang payah-payah, bertekad membawa diri ke sana. Sedang di Selatan Thai, dalam pergolakkan untuk mempertahankan Islam demi Melayu, jalan derita mereka menuju Kaabah sangat sedikit yang mengerti. Apa lagi saudara kita Champa yang tersebar miskin dan tertindas di Vietnam, Kemboja, Laos, bahkan China. Mereka adalah masyarakat hanyut dan terpinggir. Siksa Melayu-Rohingya juga kian tidak banyak mengingatkannya. Saat adanya pengantian kepimpinan di Burma, air mata dan darah Rohingya adalah halal dalam sebarang perebutan kuasa. Di Sulu, gelombang kepayahan dan siksa sepertinya terus membantai bagai topan yang sering saja menghempas saat perolakan angin panas-sejuk Pasifik kian tidak teratur. Sesungguhnya sengsara dan derita mereka bawa dan tumpahkan di Kaabah, menjadi nyanyian syahdu dan kebahagian yang tiada ada tolok bandingnya mereka kecapi biar hanya sejenak.

At this moment, 5.00-7.00 million of Muslims are flocking to Mecca, for their spiritual purification. Though, a minority of those from Malaysia might be the poor rural folks, nonetheless we must noted that some of this minority are those who had worked so hard life long to pay for the trips. These are the wrinkle faces, bony trembling bodies, with millions of sadness in their hearts; hoping for once in their lifetime, to be blessed. The same with those from Indonesia. The Pattani in the Southern Thai, the Cham in Laos, Vietnam, Cambodia and China, the Rohingya in Southern Burma, and the Sulus in the South Philippines, oppression and economic depression are among the very reasons why they love so much to be as near as possible to the Kaabah. Their cries are their presentation to Allah of their misery fate. May Allah listen to their prays and hope.

(2) Saya yakin umat Islam dari Palestine, Afghanistan, Pakistan, India, Bangladesh, Eropah Timur, Asia Tengah dan Afrika, bersama-sama dengan segelintir umat Melayu-Islam yang sekian lama menanggung siksa dan derita hidup, menuntut mereka untuk sujud dan membanjir Kaabah dengan keringat dan air mata. Simbahan keringat dan air mata mereka saat dapat menjamah Hajjaratul Aswad, sujud berdoa di Hjjr Ismail dan Makam Ibrahim, berdiri berdoa mengusap birai Kaabah, seharusnya mengetarkan jiwa sesiapa yang memerhatikan wajah taksud, wajah kesungguhan dalam diri mereka. Banyak kali saya menangis menjiwai detik syahdu dan kebahagian yang mereka rasakan itu. Sesungguhnya, rasa damai, rasa tenang, rasa bahagia yang tidak setara dengan apapun dan di manapun akan mereka perolehi di sini. Sesungguhnya mereka merasa satu kecapaian kejayaan yang maha besar. Derita, payah, resah, kemelut, segala sesuatu yang menyebelkan-supek menyumbat jiwa dan fikiran mereka terlepas menjauh. MahaBijaksana Allah, di bumi yang penuh cabaran ini, gersang, kering membakar, Dia didirikan Kaabah sebagai titik untuk segalanya ditumpah dan lepaskan. SubhanaAllah.

(2b) I strongly believe, the psychologically and security-wise oppressed and economically depressed Muslims from Palestine, Afghanistan, Pakistan, India, Bangladesh, East Europe, Central Asia and Africa,including those minority Muslims from South East Asia, their every day lives miseries and broken hearts walked them to the Kaabah. Seeing their profusing sweats and tears while fighting their way to pray at Hajjr Ismail and Makam Ibrahim, their struggle to touch and kiss Hajaratul Aswad, the bowing tears and sweats by the side of the Kaabah are sights that should make one to be wanting to be in their shoes, feeling their hearts. The Al-mighty Allah, here in this challenging killing desert, He built Kaabah, a place for one to pour whole heartedly his/her sorrow, repent, forgiveness, pray and hope to be heard and accepted. This is a point and moment on earth, where a Muslim could be in total peace with himself/herself and his/her Creator.

(3) Saat Hajj mendatang, maka bagi yang belum ke sana, rindunya melambung-lambung tidak terperi. Bagi yang telah ke sana, cintanya tumbuh kembali segar. Kenapa? Dan, persoalan yang lebih besar dan utama, apa yang telah kita temui semasa di Kaabah-Nabawi, kenapa ianya melesap saat kita menjauh dari Tanah Haram? Saya, berdasarkan sedikit pengalaman dan setelah berfikir dan berfikir cuba memcari jawaban. Inilah intipati dan tujuan tulisan ini. Semoga Allah membantu untuk saya berkongsi fikir dan rasa.

(3b) As the Hajj Season comes, for those who never being there, their desire rock their heart hard pushing them to be among those whom have been there. And for those whom have been there, their dreams keep coming as if they just part with their beloved one from a great romance in a beautiful park or castle. Why? Most important, I would say, why such love burn into one's chest during the Hajj and or Umrah? But again why such love and or discoveries faded as one distance from Tanah Haram? These are the theme and objective of this writing. My short experience being there, as well as lots of tumbling loves that I had gone through, I would love to share some though, which, I hope could if not for good, but a life story to share. May Allah help me.

Debar Menguncangkan

Jatuh cintalah. Semarakkan cinta. Rasakan debar hati dan hangatnya dada. Biar pria, biar priani. Tanpa kenal usia. Tanpa kenal darjat. Asa dan kebahagian pasti melambung. Sesungguhnya, jika ada yang sinis tentang cinta dan perlunya kelestarian cinta, di sinilah jawaban saya kepada yang banyak prejudis tentang nukilan cinta yang cuba saya utarakan. Sesungguhnya, sesiapa yang menafikan cinta, saya menduga, dia telah menafikan fitrah Allah pada fungsian hati kita. Hadirnya cinta, menuntut keiklhlasan dan tanggungjawaban pada setiap diri kita.

Let take in love as a scene. Make the love burning. Surely, we could feel the fast heart beat and the warming chest. Our brain surely keep refreshing and thinking high. Doesn't matter what is the gender, age, position, once in love, our soul would float and energize. And if there is any one whom is prejudiced about someone being in love, then I would say, he/she had denied the natural function of the heart. In our heart, Allah had planted the seed of love for us to realize as the push to care, to be concern. To love is to make someone to be sincere with each other. There is no love without sincerity.The true love, as it should be.

. (2) Sang pria, bisa saja meratah tubuh priani yang mengiurkan, menyerah. Namun tanpa rasa cinta, hatinya kemudian pasti akan menyumpah menyesal: sundal, murahan, pedagang, ayam, pisau cukur, apa saja!. Priani, siapa juga dia, saat tubuhnya terserah dan dimamah, tanpa digulit cinta: hatinya hancur, hormat harga dirinya kabur! Sesungguhnya, biar seorang pelacur paling bawah sekalipun darjatnya, tetap cinta dia tuntut untuk menebus harga dirinya. Begitulah hebatnya cinta yang Allah tanamkan pada diri sesaorang manusia.

(3) Cinta adalah kemurnian rasa hati untuk bersama saling membela dan menghargai. Tidak ada cinta buta. Tidak perlu istilah cinta yang tulus. Tidak ada durjana cinta. Yang ada cuma cinta. Ianya adalah rasa yang murni dan membahagiakan. Cinta tidak perlu penambahan kata untuk menjelaskan ertinya. Jangan kita keliru antara cinta dan nafsu. Nafsu boleh mendorong cinta. Namun cinta, seharusnya membendung nafsu melainkan haknya. Ingat, pastinya pada Adam dan Hawa, cinta tumbuh dulu sebelum nafsu. Saya berkata sebegitu, kerana itulah perintah Allah: cintailah Dia dan para nabi dan rasulNya. Pastinya, cinta terpisah dari segala durjana. Cinta adalah kesuburan dan kebahagian. Tidak kurang dari itu.

(4) Cintalah yang menuntut Adam AS menerjang gunung, laut, belantara, dan gurun ke Jabal Rahmah, di Padang Arafah nan kontang, buat ketemu Hawa lalu membangun semula Kaabah dan terus berkampung di sana. Adam AS tidak minser, beranjak dari mendepani cabaran Lembah Beka yang kering kontang atas cinta baginda. Baginda membangun perkampungan manusia di sana. Baginda mendepani segala ujian Allah di sana. Sesungguhnya benih cinta Adam AS dan Hawa yang membawa manusia, Umat Islam untuk mencintai Allah dan para rasulNya. Kemuncak cinta itu, adalah kehadiran mereka di depan Kaabah dan Nabawi. Sesungguhnya MahaPencintanya Allah dan Muhammad SAW biar betapa ingkar dan kesasarnya manusia, tetap saja Dia dan baginda mengampun dan memberikan kita jalan pulang.

Di Tanah Haram Kita Bercinta

Cinta adalah suatu yang sering menguncangkan. Menguja. Cintalah juga yang menjadikan kita kental dan tegar. Asa kita terbina kukuh saat bercinta. Cinta menjadikan kita ingin berkorban. Cinta menjadikan kita bertanggungjawap. Cintalah yang menyuburkan. Cintalah menyegar, membahagiakan. Cinta menjadikan kita pemurah. Dan sesungguhnya, saya kira pasti sehingga kini, saat kita berbicara soal Hajj dan Umrah, pasti kita akan hanya membicarakannya dari sudut itulah fadhu ain yang Allah telah perintahkan!. Kita jarang dan atau tidak melihat Hajj dan Umrrah sebagai tuntutan Allah agar kita bercinta. Sesungguhnya, bercinta adalah suatu kebaikan, dan pada Umar Al Khatab, setiap sesuatu pekerjaan yang baik adalah sholah. Tawaf, sholat, iktitaf di hadapan Kaabah dan di Nabawi adalah demi kecintaan kita kepada Allah dan Muhammad SAW serta para rasul dan nabi Allah.

(2) Bayangkan latarbelakang sebegini: berjalanlah untuk menemui yang dicintai. Getaran jiwa terguncang hebat dalam setiap langkah diambil. Apa lagi jika perjalanan itu adalah sebuah perjalanan panjang dan payah. Bukan hanya hati tergetar hebat, fikiran juga menjadi banyak bersoal. Dan saat ketemu yang dicintai, rasanya bagaimana? Jiwa terus melambung, menukik-nukik, air mata mungkin berderai dan dada akan penuh kelapangan, kembang, fikiran jadi tenang lantaran segala hormon kebahagian mengalir deras dalam setiap pembuluh dan rerambut darah kita. Biar yang sedang menghadapi matipun, saat yang tercinta hadir di depan mata, pasti akan pamit senyum paling indah adanya. Semua nikmat itu adalah lantaran sebuah cinta.

(3) Banyak orang, bahkan diri saya sendiri, jadi sering bercucuran air mata saat tawaf, sujud dan iktikaf di Tanah Haram. Fikiran kita tiada lain melainkan mendoakan kebaikan. Biarpun wajah musuh melintas, tetap kita, jika tidak berdoa kebaikan untuknya, kita hanya diam tafakur sesal. Sesungguhnya, di Tanah Haram Allah mengajar kita untuk bercinta. Cinta dengan mudah tumbuh di sana. Cinta mudah kita rasai di sana. Kerana rasa cinta, kita jadi focus, kita melupakan segalanya. Kita hanya menghadap diri kita kepadaNya. Kita mengadapNya sepertinya kita mengadap kekasih yang kita cintai. Kita tidak takut. Kita terbuka dan menyerah. Kita menjadi tulus. Kita menjadi jujur. Kita menjadi ikhlas. Kita malah siap berjanji untuk bangkit berkorban. Kita mahu lebih bertanggungjawap. Kita jadi pemurah. Kita berazam mahu bersih. Kita bertekad mahu lurus. sesungguhnya Tanah Haram menemukan dan membasahi jiwa dan fikiran kita dengan cinta. Cinta sebenar-benarnya cinta. Allah MahaTahu, saya menduga, begitulah saya kira seharusnya kita, saat di sana.

(4)Kerana Allah mahu menyemai dan melestarikan rasa cinta di dalam diri kita, maka setiap kebaikan yang kita hulurkan di Tanah Haram ganjarannya adalah 100,000 kali berlipat ganda. Semuanya, agar kita benar-benar jatuh cinta, dan menikmati rasa jatuh cinta itu. Sholat kita, tawaf kita, saie kita, iftikaf kita, doa kita, sedekah kita, pertolongan kita, kemurahan kita, nasihat kita, pekerti kita, kesabaran kita, ketegaran kita, segalanya bila kita perlalkukan di Tanah Haram, rasanya, nikmatnya sangat berbeda. Ada sebuah kepuasan yang sangat bermakna saat kita lakukan semua itu di Tanah Haram. Sangat berbeda, sangat puas, sangat damai, sangat bahagia. Kenapa?

(5) seorang ibu, jika dia menyusukan anaknya dengan ikhlas dan bertanggungjawap, si anak akan merasa puas dan kenyang biarpun susuan itu hanya sedikit. Saat anak menyusu, sang ibu menbelai kepalanya, mengucup keningnya, dan menjamah-jamah pipi dan jari-jarinya. Itulah naluri cinta. Tidakkah kita ingat, lantaran cinta Muhammad SAW kepada ummahnya, dalam sebuah peperangan, saat tidak kecukupan air, dari sedikit air ditelapak tanggannya, lalu mengucur secukup air untuk semua bala tenteranya. Kenapa? Seorang ayah yang menempeleng anaknya atas tuntutan agar si anak tidak kesasar, pasti atas rasa ikhlas, si anak dan bapa tidak akan pernah melupakan tempelengan itu, malah akhirnya berterima kasih. Kenapa? Sesungguhnya pencinta akan sentiasa menegur dan jika perlu mengajar yang dicintanya. Saya pernah terbaca, jika kita ingin tahu sejauh mana seseorang mencintai kita, apakah sikapnya: hanya terus memuji, atau ada tikanya dia menegur malah memarahi kita. Sifat terkemudian adalah sikap pencinta sedang yang terdahulu, boleh merosakkkan kita. Lihatlah, apa Muhammad SAW dan para sahabah, hanya terus memuji para pemeluk Islam hebat-hebat dalam zaman mereka?. Allahpun, ada saat murkanya. Noh, Musa, Lut adalah contoh-contoh di mana Allah murka demi cintaNya kepada ummahNya. Umar Al Khattab, tidak terlepas dari ditegur Muhammad SAW biarpun dia adalah manusia kedua terbaik di sisinya. Khalid Al Waleed, biar telah Muhammad SAW gelarkan sebagai Pedang Allah dan berjasa besar dalam memerangi para murtad, Farsi dan Rom, namun kerana mulai ada sifat-sifat ego dan borosnya Umar Al Khataab, menurunkan dia menjadi hanya rakyat biasa dari duduk mulanya adalah General Perang Islam yang digeruni.

(6) Hakikatnya, saya menduga, Allah mahu kita bercinta dan menikmati rahmat cinta semasa di Tanah Haram. Maka dengan sebab itu, saya menduga Dia jadikan Hajj sebagai fardhu ain. Cinta di Tanah Haram, adalah cinta yang mengajar kita untuk antaranya agar kita jadi pemberani, rajin, khusuk (focus), tegar, sabar, pemurah, tulus, jujur, ikhlas, dan bertanggunjawap. Allah menuntut kita bercita di padang manusia yang pelbagai ragam, budaya, taraf sosio-ekonomi dan tujuan hidup mereka. Sebetulnya, itulah nilai-nilai pribadi Muslim yang harus ada pada kita. Di Tanah Haram, itulah nilai-nilai cinta yang seharusnya kita perolehi yang kita nikmati. Kita jatuh cinta kepada Allah. Kita mencintai Muhammad SAW. Kita bercinta kepada Kaabah. Kita mencintai Nabawi. Kita menjadi puas. Kita menjadi damai. Kita menjadi bahagia. Kita bercinta sebetul-betulnya cinta. Benar-benar bercinta. Rindu kita adalah kerana kita telah jatuh cinta. Saya menduga. Allah MahaMengerti. Semoga saya betul dan benar. SubhanaAllah
(7) Cuma, mungkin tidak banyak dan atau tiada yang melihat Hajj dan Umrah sebagai jalan Allah hendak menanamkan dan menjelaskan cinta yang Dia maksudkan buat kita. Juga sayang, saat kita menjauh dari Tanah Haram, perolehan nilai-nilai cinta kita kian terhakis dan kita kembali kepada nafsu. Nafsu menjadikan kita bacul, kendiri, bakhil, kotor, bengkok, malas, sempit, dsb yang akhirnya kita menjadi kembali resah, tidak selamat, dan sepi. Kita kemudian menjadi terlalu ingin untuk kembali ke Kaabah dan Nabawi. Sesungguhnya, saya berkira, kebanyakan dari kita sangat tidak mengerti akan fitrah betapa Hajj itu wajib hanya sekali. Selebihnya adalah sunat. Betapa baik, mungkin jika kita punya lebih belanja, dan mahu berulangkali Hajj dan Umrah, kita sedekahkan wang itu untuk yang tidak pernah ke sana, mereka mahu tetapi kurang mampu. Tidakkah itu lebih afdal kerana kita mendidik yang lainnya untuk dapat menikmati rasa cinta dan mudah-mudahan cinta itu akan lestari dan kekal menjadi amalan hidupnya?

Persoalan dan Rumusan

Kenapakah barkah cinta Tanah Haram sepertinya tidak melekat menjadi jatidiri kita saat kita menjauh darinya? Atau adakah caranya agar cinta Tanah Haram itu agar terus lestari dalam amalan dan jalanan hidup kita biar kita berada di titik paling jauh darinya?

(2)Saya berkira, sesungguhnya, jika kita terus antaranya pemberani, tegar, sabar, tulus, jujur, ikhlas dan bertanggungjawap, insyaAllah cinta Tanah Haram sebetulnya telah melekat dalam hati dan fikiran kita. Apapun sikap dan perbuatan kita, pasti jika terlaksana sebagaimana kita laksanakan semasa di Tanah Haram, pastinya akan juga mendatangkan rasa puas, damai dan bahagia yang sama. Kita jadinya sentiasa senyum dan berseri. Cuma, bagaimanakah melestarikan nilai-nilai cinta yang telah kita temui dan nikmati semasa di Tanah Haram.

(3) Para religious pasti akan berkata, maka cintailah Allah melebihi segalanya. Ya sememangnya benar, tetapi bagaimanakah caranya? Buat saya, sesungguhnya Allah telah menunjukkan jalan yang mudah: peliharalah sholah, bayarlah zakat, dan berbuat baiklah kepada yang memerlukan berulang-ulang. Juga Allah tidak lupa agar kita terus membuat amal kebajikan kepada sesama hamba, orang tua, para guru dsbnya. Sesungguhnya, buat saya, dalam kita menjaga sholat, maka teruslah kita memimpin untuk kepentingan ummah dengan penuh rasa berani, tegar, sabar, tulus, ikhlas, jujur dan bertanggungjawap. Marakkanlah sifat-sifat ini, dengan rasa cintakan sesama manusia dan kita mesti saling mendokong demi keredhaan Allah. Jika kita dapat melestarikan ini, inilah mungkin apa yang di namakan Hajj dan atau ummrah mabruh. Cinta yang diberkati.

(4) Buat diri saya, saya berusaha keras mempertahankan cinta saya sesama manusia dan ummah lewat rakaman foto-foto kehidupan payah, bersama mereka biar saat saya berada di mana-mana, menikmati kehidupan mereka di lorong-lorong terpinggir, melawat mereka di gunung-gunung, di pinggiran sungai dan segala. Saya menetapkan agar diri saya terus menjadi manusia ringkas, manusia focus dan dengan segera melampias apa juga di depan dan samping saya yang boleh memisahkan saya dengan kehidupan mereka yang payah dan susah. Mudah-mudahan Allah terus mengekalkan sifat saya sebegitu seterusnya, kerana kebahagian mereka adalah rezeki saya di akhirat, jika saya mampu mengadakannya. Semoga saya terus kekal di bawah cinta lembayung Kaabah. InsyaAllah.

Kuching, Sarawak
3 Oct., 2012

#Abdullah Chek Sahamat

Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand

0 comments:

Copyright © 2010 abc sadong™ is a registered trademark.

Designed by Access. Hosted on Blogger Platform.