mentari membakar
anginpun kering
aku berjalan di padang gersang
kucoba mempertahan ia dari panas melayukan
cuma telapak tanganku yang kecil bisa kutadahkan
(lalu kuputuskan berjalan di kegelapan malam
lalu langkah kakiku kian kebentur)
saat embun berluruhan, kutangkap kutetes ke kelopaknya
agar terus segar
layunya tetap menerpa
dan aku menangis
agar airmataku bisa juga terus menyegarkannya
namun tetap payah
kelopaknya gugur satu-satu perlahan-lahan
biar dalam derai airmata penuh kasih sayang
mawar
tubuhku melayang
saat kita sama ngak jejak
berguguran adalah fitrahnya
Pontianak, Kalimantan Barat
28 Sept., 2012
0 comments:
Post a Comment