.

10/6/11 GELAGAT BURUNG DALAM SANGAKAR.....

Posted By: Abdullah Chek Sahamat - June 23, 2011

Share

& Comment

Hari ini dalam dingin hawa hari, aku duduk di atas sebuah bukit. Di depanku nan jauh adalah hamparan hutan dan laut kebiruan. Di atas kepalaku, mendung enak dengan angin dingin nan menyegarkan. Paling dekat di depanku adalah sebuah sangkar emas besar yang duduk indah di tebing sungai mengalir warna perak berkilauan. Sangkar emas dengan beranika burung di dalamnya. Semuanya tampak indah dan bergaya.

(2) Aku pejamkan mata. Lalu aku terlena. Lena yang sangat dalam. Kemudian menjelma menjadi Sulaiman. Aku mulai bisa mengerti percakapan segala burung-burung itu. Juga, di luar sana, aku dapati banyak burung wak-wak hitam yang sering menyusur denai-denai bersama pasangan dan anak-anaknya yang berkecicipan. Burung wak-wak, kerana hitam kurusnya, kerana punyai langkah yang terlalu lambat, sering menjadi sajian kucing, anjing dan bahkan mobil dan speda juga anak-anak nakal yang berkeluyuran lalu menebak: lastik, menjadikan wak-wak mati bagai katak di tengah jalan.

(3) Di dalam sangkar emas, aku melihat sekelompok bangau putih pada satu sudut. Ada yang kepalanya sudah engan tumbuh bulu. Ada yang badannya gendut yang memayahkan gerak jalannya. Ada yang dara dan remaja masih gagah dan lincah. Ada yang bagai baru tumbuh bulu dan sedang mengintai-ngintai gelagat, mahu meniru atau memimik, mungkin nenek, kakek: datuk, ibu-bapa, atau abang-kakaknya. Namun, mereka tetap bicara tentang wak-wak yang seperti tidak bisa menjadi ahli para burung dalam sangkar emas ini.

(4) Di suatu sudut lain, ada burung-burung hitam. Mungkin gagak kalau tidak helang tikus. Setiap waktu mengipas-ngipas kepaknya. Sekuatnya. Bersuara, juga melaung tentang nasib si wak-wak. Menjerit-jerit kepada bangau tentang hidup wak-wak yang tidak bangau pedulikan. Menghentak-hentak kaki. Mengibas kuat sayap-sayap, menjadi angin kuat menjadikan anak-anak bangau-bangau terkinja-kinja kekagetan.

(5) Bangau-bangau dara dan remaja kerana masih kuat dan sedang kegilaan, turut menghambur segala kata dan rasa api di dada tentang betapa para gagak dan helang adalah paling tidak pedulikan wak-wak.

(6) Dalam sangkar emas, tidak lain hanyalah percakaran tentang wak-wak hitam yang hidupnya tetap saja menyusur denai-denai, lopak dan semak-semak, biar segala kucing, anjing dan anak-anak nakal yang kapan saja akan mematikan hidup dan kehidupannya. Mobil dan speda yang meluru, tanpa sedar supir dan pemboncengnya: pemadu memintas, memenyet ludes: lanyak dan wak-wak yang tinggal hidup kemudian hanya bisa menangis sedu perih melihat mayat-mayat kaumnya terkujur bujur, sedang bangau, gagak dan helang di sangkar emas terus saja berbicara dan berbicara, saling menerkam sepertinya!

(7) Aku, saat bunyi sebuah mobil terhenti kuat, menahan diri dari meludesi: melanyak hancur anak-anak wak-wak yang berbaris melintas jalan, tersadar, dan menyesal kerana sudah tidak bisa jadi Sulaiman yang mengerti bicara susah sang wak-wak dan kemegahan bangau, gagak dan helang.

Dewan Undangan Negeri Sarawak, Kuching
23 June, 2011

#Abdullah Chek Sahamat

Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand

0 comments:

Copyright © 2010 abc sadong™ is a registered trademark.

Designed by Access. Hosted on Blogger Platform.