TIGA DEKAD DULU:
dia yang suatu waktu
mengejar hidup:
. dalam terik panas membakar
. dalam ribut halilintar mematikan
. dalam sepi dingin malam
terus dia menghambat hidup biar tanpa payung
terus berjalan terhuyung-hayang tanpa tongkat
kekadang tersungkur di tengah jalanan
namun tetap juga dia berjalan
seperti kekacang menjalar tanpa sokong
merayap kurus bagai kangkung tumbuh tanpa air perigi
sekian lama tetap tekad berjalan gagah
. untuk tidak payah
. untuk tidak susah
. untuk hidup
. untuk senyum panjang
. demi Tuhan dia yakin!
KINI KUTEMUI DIA:
pada sinar matanya ada tangis belum terlepas
pada bibirnya ada perih tiada tergetar
pada dadanya ada pedih terkurung lama
pada benaknya ada segala kecurigaan
sedang di depannya penuh ingin membela
(semoga tetap tekad dan keras)
pada aku, mahukah kugandeng lenganmu?
namun curigaku
mampukah aku untuk itu?
merungkai segala
membina suara gagah penyambung zaman!
(agar jangan terulang jalan itu pada yang lain)
(suara sang kodok:
apa-apalah
bila nak diam dan diam?)
Sibu, Sarawak
13 July, 2009
3 comments:
puisi yg sangat menyentuh..
ku tutup mata ku
Dari semua pandangan ku
Bila melihat mata mu
Ku yakin ada cinta
Ketulusan hati
Yang megalir lembut
Penguasa Alam
Tolong lah pegangi aku
Andai ku bisa labih adil
Pada cinta kau dan dia
Aku bukan Nabi
yang bisa sempurna
Ku tak luput dari dosa
Biarlah ku hidup seperti ini
Takdir cinta harus begini
Ada kau dan dia
Oh Tuhan
Tuntun lah hati ku
Takdir cinta
Awat le lagu tu? Kalulah manusia tu tak reti buat dosa, malaikatlah namanya, kalau pula dia dok tak dak kerja lain selain dosa, setan pulak namanya. Nabi dah tak wujud melainkan di kalangan nuh puak hak dok kat Salt Lake City. Tak pa, hidup mesti hidup biak macam tak hidup. Mesti hidup!
Post a Comment