(I)Sampai Saatnya
sejauh perjalanan ini
(1) melihat anak-anak kita yang masih bertatih
(2) melihat wajah-wajah tua yang hanya bisa berdoa
(3) melihat tubuh bangsa kita yang kurus membujur
bukankah waktunya kita bertanya diri
di mana sudah beradanya kita ini
kemana sudah harga diri kita ini
di mana sudah hilangnya kental jiwa kita ini
(II) Sudah berbedakah segalanya:
(1) Dulu rumah kita dipinggir sawah dipinggir hutan
getir hidup kita adalah hujan dan gajah menganas
tawa kita di anjung teratak beratap nipah
menhirup kopi berbicara tentang padi, kerbau, dan itik
hidup kita yang hanya untuk seketika
(2) Kemudian rumah kita dipinggir kota
pada desa bernama setinggan
pada pohon konkrit bernama pangsa murah
menyisih juga namanya
bicara kita di warung kopi
tentang penindasan bangsa
tentang merdeka
tentang mereka yang datang kian banyak
menjadikan kita punca hidup mereka
kita berbicara sekadar bicara
lidah berapi-api dada bergetaran
namun tetap kaku juga kaki kita
(3)di masa ini kita di taman-taman serba nama
kita sudah anak merdeka
(apakah kita sudah merdeka sebetulnya?)
setingan berganti pangsa
beca berganti toyota melata
kita banga ada saga
keliling kita macam-macam ada
ada Jusco bukan milik kita
ada Carefor jauh milik siapa
ada Giat kian menelan segala
kita sudah enak riang di McDonald
kita ngopi saja di Starbuck
kita sudah bicara enak di segala
(sedang ada yang tersenyum munggil
ketawa atas kealpaan kita)
(II) Jangan Kita Biarkan
hijau pohon menjadi kering
air mata darah menyimbah bumi
martabat kita tersungkur rapat
baru kita mengaduh kesal
(hanya kerana kita leka, alpa, khilaf)
demi Allah janganlah kita kendiri!
membiar saja
melihat saja
berbicara saja
tanpa sebenarnya usaha!
kembali memerdeka bangsa
Kuching, Sarawak
10 Feb., 2010
0 comments:
Post a Comment