Dulu-duluan:
lewat puncak ini
mata para sang macan
menyinar tajam
memerhati pencari kayu dan buah-buahan
kapan saja mahu menerkam
buat santapan nafsu lapar
kemudian sang Bule yang macan juga hatinya
dari puncak ini
melotot terus
menggaris segala rencana
buat mencengkam terus para petani cengkeh
para pembuat gado-gado
para pekebun sayur
agar terus menyerah menyembah
Semalam dan kini:
kita sambut mereka
di beri ruang sebagai saudara
namun dengan diam dan manis senyuman
tetap juga sama macan hati mereka
cuma suara dan mata mereka saja kecil-kecil
di sini, kian meminggir penjual jamu
di kota-kota, mendagang gadis-gadis penanam bunga
di mana juga menghulur rasuah mencekek bangsa
Di saat ini:
sedang aku lena
pada indah mekar segala bunga
pada indah dingin pagi
pada kenaikan hangat mentari
mengamati hiruk pikuk kejauhan lembah
jiwaku perlahan-lahan
menangis sepi
kemelut bertanya dalam-dalam
apakah aku tetap tahan?
apakah aku punya teman?
dalam memerdekakan diri kita
nan kian terjajah atas kelalaian kita....
The Peak, Bandung
16 June, 2009
0 comments:
Post a Comment