dia lahir mudah saja
sempurna seperti yang lain-lainnya
punya tulang empat kerat
kudrat harta itulah syukur miliknya
dari pria menjadi tua
cita-citanya ringkas saja
biarlah anak cucunya punya Desa dan Nusa Negara
usianya habis juga cara mudah
saban hari ke kebun-sawah menebas, membajak dan mencangkul
dari kebun dia membina Desa
dari Desa harapannya terbina Nusa Negara
dia kepingin menjawab mudah Munkar Nakir
"di mana kamu habiskan masa, harta dan tenaga kamu?"
di perbaringan kekalnya nanti
Desa nan hijau, Nusa Negara nan makmur
Desa nan permai, Nusa Negara nan sejahtera
tidak lain, itulah jambatannya ke Syurga kekal
cukup ikhlas ibadahnya kepada Allahuakhbar
dia sudah semakin tua
pohon-pohon yang ditanam sudah kian tua-tua
mereka sama-sama segar dan menua
dia menumpang berteduh menepis lelah
melempar pandang merentas laut luas
alangkah pedih saat bayu menerpa wajah
dia mendengar khabar
bukan sekadar Desa malah Nusa Negaranya
dia sudah samar, semuanya mahu ke mana
ada tangan di Ibu Kota
katanya berpunya hati yang lupa Syurga di mana
Neraka sepertinya sedang tangan ini bina buat anak cucunya
bikin onar mengila
menjadikan hatinya terasa luka bernanah
biar lemah dia terus menebas membajak dan mencangkul
pohon-pohon baru tidak pernah lupa dia tanam
biar kebunnya terus subur
kekal menghijau nyaman
setidak-tidak anak cucunya ada taman berlarian
Desa Nusa Negaranya
kepada Allahuakhbar dia terus yakin bersandar
biar tuanya tersengal-sengal
namun lelahnya dia tepiskan
dia terus menebas membajak mencangkul
terus menanam hari ini untuk anak cucunya esok-esok, In Shaa Allah pasti ada
terasi, sadong jaya
14 Feb., 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment