Namanya Don, singkatan dari Mat Don. Aku adalah aku. Dia bersyahadah, aku juga. Tuhanku Allah. Tidak lain. Dia yang kusembah. Dia selamanya. Dia sholat. Aku juga. Sedari kecil. Sedari aku mulai baligh. Telah bertahun-tahun. Hampir separuh abad, biar tertinggal atau tidak. Biar dalam mudah juga dalam payah. Dia mengeluarkan zakat, aku juga sudah mulai sekian lama. Bahkan tidak pernah aku mahu menghitung, kuberi saja, sebagai zakat dan jika tidak sebagai sedekah. Dia berpuasa. Aku ingat, saat aku kecil-kecil dulu, biar puasa itu belum wajib ke atasku, pasti aku akan menangis jika tidak dibangun bersahur. Namun tetap aku degil berpuasa biar akhirnya aku tersandar kelesuan. Saat dewasa, biar ada tertinggal dan tidak pernah terbayar, aku tetap berpuasa. Dia menunaikan Haji. Aku belum, namun aku sudah ke sana. Aku akan terus mahu ke sana, dan In Shaa Allah dalam waktu terdekat. Cuma, soalku, kenapa dia lain aku lain? Don dan aku, paling berbeda.
(2) Sebuah Journal Automotif di tanganku. Terpampang Toyota Camry. Di serata dunia, melainkan hanya pada kedudukan steering di Amerika, segalanya sama. Tetap sama. Biar di Bangladesh. Biar di Ethopia. Biar di London. Biar di Sadong Jaya di Kota Cowboy di daerahku. Harga setara. Bentuk sama. Kemampuan sama. Tetapi aku yang sama-sama dengan Don, kenapa pula tidak sama? Anih, bikinan manusia bisa sama di mana-mana, kenapa aku dan Don, bikinan Allah tidak sama?
(3) Di bawah sebatang pohon aku bersholat. Saat tangan kutadah berdoa, sang Orang Utan memerhatiku. Terlongak-longok terjengah-jengah. Apa difikirannya? Doaku lenyap dari khusyuk. Otakku berpinar. Kenapa harus aku bersyahadah, bersholat, mengeluarkan zakat, berpuasa, bahkan Haji? Kenapa dia tidak perlu? Untuk apa aku berbuat segala itu? Dia mahluk Allah. Aku juga. Kenapa kami harus berbeda? Satu terbeban, satu bebas semahunya? Bener-bener ribut, kacau jalan fikirku. Don manusia, aku manusia, berbuat sama saja seperti Islam mahukan, namun tetap kami berbeda. Bahan bikinan manusia bisa saja sama di mana-mana, kenapa bikinan Allah harus berbeda biarpun sama? Juga bikinan Allah, biar tetap mahlukNya, kenapa juga harus beda beban tanggungannya? Don, aku dan Orang Utan, kami mahluk Allah, kami berbeda kenapa? Toyota Camry, di mana-mana, sama saja, kenapa?
(5) Sedikit waktu, aku menemukan seorang sahabat. Namanya Ella. Pada umuran sebegini, banyak yang memangilnya Makcik Ella. Dia agak kurang bernasib baik, pelajaran tidak ke mana-mana. Kedaan menuntunnya berjodohan awal sedang teman-teman sebaya terus menghambat darjat ke Menara Gading. Untuk mengejar hidup dia telah berniaga secara kecil-kecilan. Untung secara pulang pokok, keluar RM10.00 beroleh RM12.00 yang dia kira sebagai untung RM2.00, walhal keringat dan masa diri dan anak-anak membantu tidak terhitungkan. Berniaga secara Makcik Jah di kampung-kampung, untungnya tertaksir pada tidak nganggur. Juga ada seorang sahabat lainnya, paling tersohor sebagai Lee. Tidak dari singkatan Jet Li. Lee adalah dari nama penuhnya Ramlee. Memang sekian lama telah bekerja keras untuk menghambat hidup, kerja mengangkut penumpang ke serata tempat yang mereka mahu. Ibarat P Ramlee dalam Penarik Beca. Kedua-duanya beragama Islam. Lalu kupertemukan keduannya. Kami membincang jalan mencari hidup yang lebih luas. Aku nampak ada jalan untuk mereka berjaya, jika bersatu berganding usaha dan tekad. Aku bicarakan jalan itu pada mereka. Mereka faham. Maka, aku tawarkan bantuan. Aku katakan, aku sanggup keluarkan sejumlah RMX.00 untuk keduanya usahakan bersama, modalnya cuma: "Apakah kalian sanggup beramanah?". Terpelotot tercedol mencorong biji mata keduanya. "Inilah yang susahnya, mencari orang yang amanah" kata mereka. Aku tersentap. Kenapa mereka berdua, Muslim ini, tidak sanggup dan berani untuk beramanah? Kenapa sifat beramanah mereka cari pada orang lain, tidak pada diri mereka sendiri? Islam mereka jadinya, apa?
(6) Maka bertitik tolak dari itulah, aku akan mencoret jalan persoalan fikiranku di sini, bertanya kepada diri ini, dan mungkin ada yang mengerti, apakah Islam yang aku miliki ini? Tempelan? Kulit-kulitan? Kenapa?
(7) Bersyahadah aku hari-hari, biar untuk menutup hari, di waktu akan lena malamku. Kuakui keesaanMu Ya Allah. Aku akur Engkau adalah Tuhanku. Engkaulah penjagaku. Engkaulah pelindungku. Syahadahku adalah lafas cintaku padaMu. Cinta, cinta abadi, cinta paling murni. Lalu siapakah aku dalam syahadahku? Ya Allah, Engkau martabatkan aku sebagai khalifah, waliMu atas kejadianku. Atas martabat sebegitu, semua kecuali satu, Engkau perintahkan tunduk kepadaku. Lewat nafasMu, menjadi rohku, adalah mohor kekuasaanMu, Engkau amanahkan kepadaku. Ya Allah, Ya Rabbi atas itu aku harus muliakanMu, mencintaiMu sepenuh hatiku. Lalu Bismillah hiRahman niRahim Engkau haruskan padaku dalam setiap gerak langkahku, agar segalanya bersih ikhlas demiMu. Juga lafas In Shaa Allah saat usahaku terlepaskan sempurna, sebagai aku berserah kepadaMu. Lantas Alhamdullillah saat habuan nikmat aku terima, atas syukurnya aku bagi segala nikmatMu. SubhannaAllah atas perakuanku redha sabarku pada segala yang terjadinya. Namun Bismillah, In Shaa Allah, Alhamdullillah, SubhannaAllah kuucap berpilih-pilih. Engkau tidak hadir dalam diriku sepertinya nafasMu sebagai rohku. Cintaku padaMu terkadang hadir, terkadang tidak aku pedulikan. Cinta gombal, juga cinta monyet yang melompat-lompat. Gombal kain lap-lapan. Kalau ada kekotoran mahu dibersihkan ma abergunalah ia. Saat segala sudah bersih, maka terlempar dan atau tersisihlah dia. Lantas, langkahku banyak ngawur, bersimpang siur dari jalan lurus kebenaran yang Engkau telah hamparkan. Aku banyak takut dari bukan selainMu. Aku banyak tunduk kepada selainMu. Ketergantungan hidupku kian bukan kepadaMu. Keberkuasaanku, martabatku, darjatku, segalanya aku, kian tidak kusandar lagi kepadaMu. Aku tidak mencintaiMu sesungguh-sungguhnya Ya Allah. Mat Don, Ella dan Ramlee, kami manusia ciptaanMu, kami sangat berbeda untuk mengerti syahadah kami. Apa mungkin kerana Toyota Camry itu dapat kami ciptakan unggul maka kami, khususnya aku ini, sudah tidak perlu peduli akan mestinya Engkau hadir dalam setiap detik jantungku dan langkah hidup ini? Ikhlas demiMu hanya untukMu memudar di sepanjang kedewasaan ini, dan aku hanya terngadah merenung langit mencariMu saat patah langkahku. Astafirullah lalu kuucap buat seketika, sehingga aku kembali berjalan tidak lagi memandangMu. Syahadahku, syahadahku, Ya Allah, tumpahkan taufik dan hidayahMu kepada aku, Mat Don, Ella, dan Ramlee agar kami bisa piawai sepertinya Toyota Camry, bukan Orang Utan yang merenung menyoalku tajam.
(8) Sholatku hari-hari seperti seringnya. Bahkan kutambah sembah di subuh hari juga pada bangkitnya mentari. Jumaatan juga Lebaran sememangnya aku nanti-nantikan. Bersih, khusyuk, tertib, yakin sabar dan kesatuan Engkau tuntut padaku. Namun, bersihku hanya untuk sholatku, tidak sebelum juga selepasnya. Bersihku sekadar berbicara denganMu tidak sebelum dan selepas itu di sepanjang nafasMu dalam tubuhku. Tempat diam, bahan pakai dan makanan lalu kenderaanku bersih, namun sumber olehnya berbaur biar sekadar debu kotor. Prilakuku tetap banyak kotor jijiknya. Cuma saat aku terkapar menengadah langit, baru aku sadar nafasMu, amanah hartaMu kukendong dalam tubuh kotor ini. Biar aku sadar, hanya sebentar sadar, esok saat aku kembali berjalan, jalanku tetap sombong lalai. Bersatu, memang aku bersatu, cuma di depanMu, saat Salam dipanjatkan aku bubar tidak menoleh, jika berjabat tanganpun sekadar menjamah tiada kemesraan persaudaraan. Mat Don, Ella, Ramlee dan aku, kami sangat berbeda-beda tentang bersih, daya tumpu, patuh tertib, yakin sabar dan kesatuan kami, maka kami kian terpisah hati. Tuhan Ya Rabbi, limpahi taufik hidayahMu agar kami bisa jadi Toyota Camry, tidak berbeda kualiti, bersih, telaten, tertib, yakin sabar, dan kental ukhwah terpiawai pada tuntutan jalanMu agar kami menjadi insan insani, tidak tamak haloba, saling dengki khianat sebegini. Biarlah Orang Utan itu, tetap mahluk rendahMu, biarpun jika mereka juga bisa berIman sepertinya kami. In Shaa Allah atas kehendakMu dan kejujuran kesadaran tersisa ini kami menuju IslamMu.
(9) Aku taat berpuasa Ya Allah. Ya berpuasa. Tidak makan. Tidak minum. Tidak beronani apa lagi jimak seharian. Mengerti aku batal haramnya. Sahur di subuh pagi. Berbuka di senja Maghrib. Mat Don juga begitu. Ella juga. Lee pasti sama. Apa lagi mahuMu? Sabar, tegar bertahan? Ya aku lalui itu seharian. Bahkan sebulanan sebegitulah aku. Apa lagi Engkau mahu? Ado wadoh Ya Rabbi. Setahun Engkau mahu aku sebegitu? Seumur hidupku? Sabar, bertahan, mengelak dari segala durjana. Ya Allah, si montok liwat menyerah bukankah itu rezeki namanya? Wang sogokkan tidak datang banyak kali, mana mungkin aku terus saja berpuasa. Itu bukan mencuri, ikhlas mereka mahu berbagi rezeki. Kerja-kerja yang payah, mana mungkin harus aku sabar bertahan terus. Apa tidak layak untuk aku bubar menjauh? Ya Tuhan Ya Rabbi, biarlah sabar bersihku sebulan setahun, 30 hari sahaja. Cukuplah. Tidak Mat Don sabarnya sepanjang hidup, setahun saja dia sudah sengsara. Apa lagi Ella juga Lee. Jangan Engkau harap kami sabar patuh pada jalanmu bagai Toyota Camry dipandu ke mana saja semahunya tidak membantah selagi supernya terus mampu menekan spedal bahan bakar. Ya tidak mengapa, sabar kami kurang dan kekurangan, namun tetap kami masih manusia tidak seperti Orang Utan yang tidak Engkau perlu uji daya sabarnya. Biarlah puasaku sekadar di bulan Ramadhan. Di luarnya, dalam hidup harianku lainnya biar aku berbuka saja, makan dan mengambil biar bukan hakku. Nanti pasti bisa saja aku memohon maaf padaMu bukankah itu hakku nantinya? Sebegitulah mengertinya aku, kerana selama ini tidak banyak yang berbicara selain di luar dari itu
(10) Zakat Alhamdullilah sudah mulai aku berikan. Aku kian mengerti tujuanMu Ya Allah agar aku bermurah hati dalam berbagi rezeki. Bahkan harta sogokkanku jika ada, kuberikan zakat juga. Aku tidak pernah menghitung Ya Allah berapa harus kuberikan zakat. Kuberi saja, saat aku ada, lantaran aku berfikir hisabMu pasti lebih hebat. Biarlah urusan berbagi mana zakat, mana sedekah itu urusan malaikat akauntanMu. Yang penting bagiku, aku telah berbagi rezeki, biar lebih tidak mengapa. Cuma ampun Ya Rabbi. Aku tidak ke Baitul Mal, langsung saja kepada hasnaf yang Engkau gariskan di dalam KitabMu. Biarku lapur kepadaMu Ya Allah, kenapa aku ingkar atas peraturan itu. Pertama-tama, banyak di desaku hanafMu, Baitul Mal tidak tahu. Aku lebih tahu. Maka biar aku langsung saja berurus dengan mereka untukMu. Kedua, zakatku kecil saja. Belanja membayar zakat sudah lebih dari zakat. Maka aku harus ada akal, memafaatkan lebih dari membazir tidak mencapai tujuan zakatMu. Ya Allah, aku tidak tahu apa Mat Don, Ella juga Lee sebegitu cara fikir mereka. Tidak mengapa kukira jika aku hanya sendiri begini, setidak-tidak hambaMu ini ada berani, tekad pada sekurang-kurangnya jalan perintahMu ini. Ya Allah aku mengerti, zakat itu ibarat cucian enjin Toyota Camry agar jalanya terus lancar kuat. Juga zakat itu, seperti najis Orang Utan dia tidak hanya mengambil, malah membaja pokok yang buah dan pucuknya yang dia ambil makan. Apa mungkin melotot matanya kerana aku meniru lakunya?
(11) Hajj Ya Allah, belum-belum. Aku belum mahu dipanggil Tuan Haji. Itu sepertinya sudah menjadi kegilaan Melayu. Gelar lain tidak dapat, maka gelar itu harus mereka ada, sedang tingkah pembawaannya entah apa. Aku tidak kepingin sebegitu. Biar aku dan Engkau saja tahu bahawa aku pernah ke mengadapMu. Aku belum mahu gelar itu. Aku merasa tidak perlu gelar itu. Ampunkan aku sebentar Ya Rabbi atas keterlanjuranku. Mampu? Aku mampu. Sihat ada. Cergas ada. Ilmu, siap tersedia, saat saja yang terdahulu aku cerita sudah aku lakukan segalanya. Wang, jika sedikit berpuasa, tahun depan juga aku bisa saja ke sana. Ya, Engkau mengetahui segala yang ada dan tiada padaku. Yang belum tumbuh adalah hatiku. Fikirku juga
belum jitu. Persoalanku, untuk apa aku ke sana? Atas sifat apa harus aku ke sana? Namun Engkau tahu aku sudah hadir bertandang. Mapir sebetulnya. Tidak bertamu sebagai seharusnya. Dan itu, Engkau juga tahu kerana hati dan fikirku mencari erti akan martabat HaramMu. Itu sudah sedikit aku ketahui. Al HaramMu adalah model yang harus aku ikuti, biar sendiri, In Shaa Allah sedang kuusahakan kecil-kecilan cicilan saja. Mudah-mudahan benarlah pengertianku, lalu Engkau redha akan jalan fikir dan kerjaku, lalu tersebar nantinya mabruhnya Ilmu yang aku perolehi atas mampirnya aku. Semoga dengan itu, aku akan benar-benar hadir padaMu suatu waktu yang Engkau pasti sudah tahu.
(12) Ya Allah. Aku, Mat Don, Ella, Ramlee, kami Muslim Ya Allah. Mungkin benar agama kami adalah Islam sedang Adeen kami masih jauh Islamnya. Kami sekadar beragamakan Islam, kami belum berAdeen Islam. Kami rukun pada kulitnya, tidak kental menjadi jati diri, apa lagi menjadi budaya temaddun hidup ini. Biar kami adalah Muslim, kami bukan pencita tegarMu, bukan pembersih murni, bukan pengkhusyuk dalam segala rasa, fikir dan tindak kami, sering saja kami onar pada peraturan, lantaran "rule must be broken", keyakinan sabar kami padaMu bolak balik ke hujung dan pangkal, pantas kesatuan kami sering getir dan banyak berpatah arang. Sesungguhnya Ya Allah, Ilmu menghayat kitabMu dan segala yang sujud tunduk kepada kami sangat tipis kami mengerti. Ya Allah, aku berfikir, aku merasa, sebegitulah khilafnya kami, lantaran itu, Toyota Camry jauh lebih berharga tetap piawai kualitinya dari kami ini. MasyaAllah.
(5) Sedikit waktu, aku menemukan seorang sahabat. Namanya Ella. Pada umuran sebegini, banyak yang memangilnya Makcik Ella. Dia agak kurang bernasib baik, pelajaran tidak ke mana-mana. Kedaan menuntunnya berjodohan awal sedang teman-teman sebaya terus menghambat darjat ke Menara Gading. Untuk mengejar hidup dia telah berniaga secara kecil-kecilan. Untung secara pulang pokok, keluar RM10.00 beroleh RM12.00 yang dia kira sebagai untung RM2.00, walhal keringat dan masa diri dan anak-anak membantu tidak terhitungkan. Berniaga secara Makcik Jah di kampung-kampung, untungnya tertaksir pada tidak nganggur. Juga ada seorang sahabat lainnya, paling tersohor sebagai Lee. Tidak dari singkatan Jet Li. Lee adalah dari nama penuhnya Ramlee. Memang sekian lama telah bekerja keras untuk menghambat hidup, kerja mengangkut penumpang ke serata tempat yang mereka mahu. Ibarat P Ramlee dalam Penarik Beca. Kedua-duanya beragama Islam. Lalu kupertemukan keduannya. Kami membincang jalan mencari hidup yang lebih luas. Aku nampak ada jalan untuk mereka berjaya, jika bersatu berganding usaha dan tekad. Aku bicarakan jalan itu pada mereka. Mereka faham. Maka, aku tawarkan bantuan. Aku katakan, aku sanggup keluarkan sejumlah RMX.00 untuk keduanya usahakan bersama, modalnya cuma: "Apakah kalian sanggup beramanah?". Terpelotot tercedol mencorong biji mata keduanya. "Inilah yang susahnya, mencari orang yang amanah" kata mereka. Aku tersentap. Kenapa mereka berdua, Muslim ini, tidak sanggup dan berani untuk beramanah? Kenapa sifat beramanah mereka cari pada orang lain, tidak pada diri mereka sendiri? Islam mereka jadinya, apa?
(6) Maka bertitik tolak dari itulah, aku akan mencoret jalan persoalan fikiranku di sini, bertanya kepada diri ini, dan mungkin ada yang mengerti, apakah Islam yang aku miliki ini? Tempelan? Kulit-kulitan? Kenapa?
(7) Bersyahadah aku hari-hari, biar untuk menutup hari, di waktu akan lena malamku. Kuakui keesaanMu Ya Allah. Aku akur Engkau adalah Tuhanku. Engkaulah penjagaku. Engkaulah pelindungku. Syahadahku adalah lafas cintaku padaMu. Cinta, cinta abadi, cinta paling murni. Lalu siapakah aku dalam syahadahku? Ya Allah, Engkau martabatkan aku sebagai khalifah, waliMu atas kejadianku. Atas martabat sebegitu, semua kecuali satu, Engkau perintahkan tunduk kepadaku. Lewat nafasMu, menjadi rohku, adalah mohor kekuasaanMu, Engkau amanahkan kepadaku. Ya Allah, Ya Rabbi atas itu aku harus muliakanMu, mencintaiMu sepenuh hatiku. Lalu Bismillah hiRahman niRahim Engkau haruskan padaku dalam setiap gerak langkahku, agar segalanya bersih ikhlas demiMu. Juga lafas In Shaa Allah saat usahaku terlepaskan sempurna, sebagai aku berserah kepadaMu. Lantas Alhamdullillah saat habuan nikmat aku terima, atas syukurnya aku bagi segala nikmatMu. SubhannaAllah atas perakuanku redha sabarku pada segala yang terjadinya. Namun Bismillah, In Shaa Allah, Alhamdullillah, SubhannaAllah kuucap berpilih-pilih. Engkau tidak hadir dalam diriku sepertinya nafasMu sebagai rohku. Cintaku padaMu terkadang hadir, terkadang tidak aku pedulikan. Cinta gombal, juga cinta monyet yang melompat-lompat. Gombal kain lap-lapan. Kalau ada kekotoran mahu dibersihkan ma abergunalah ia. Saat segala sudah bersih, maka terlempar dan atau tersisihlah dia. Lantas, langkahku banyak ngawur, bersimpang siur dari jalan lurus kebenaran yang Engkau telah hamparkan. Aku banyak takut dari bukan selainMu. Aku banyak tunduk kepada selainMu. Ketergantungan hidupku kian bukan kepadaMu. Keberkuasaanku, martabatku, darjatku, segalanya aku, kian tidak kusandar lagi kepadaMu. Aku tidak mencintaiMu sesungguh-sungguhnya Ya Allah. Mat Don, Ella dan Ramlee, kami manusia ciptaanMu, kami sangat berbeda untuk mengerti syahadah kami. Apa mungkin kerana Toyota Camry itu dapat kami ciptakan unggul maka kami, khususnya aku ini, sudah tidak perlu peduli akan mestinya Engkau hadir dalam setiap detik jantungku dan langkah hidup ini? Ikhlas demiMu hanya untukMu memudar di sepanjang kedewasaan ini, dan aku hanya terngadah merenung langit mencariMu saat patah langkahku. Astafirullah lalu kuucap buat seketika, sehingga aku kembali berjalan tidak lagi memandangMu. Syahadahku, syahadahku, Ya Allah, tumpahkan taufik dan hidayahMu kepada aku, Mat Don, Ella, dan Ramlee agar kami bisa piawai sepertinya Toyota Camry, bukan Orang Utan yang merenung menyoalku tajam.
(8) Sholatku hari-hari seperti seringnya. Bahkan kutambah sembah di subuh hari juga pada bangkitnya mentari. Jumaatan juga Lebaran sememangnya aku nanti-nantikan. Bersih, khusyuk, tertib, yakin sabar dan kesatuan Engkau tuntut padaku. Namun, bersihku hanya untuk sholatku, tidak sebelum juga selepasnya. Bersihku sekadar berbicara denganMu tidak sebelum dan selepas itu di sepanjang nafasMu dalam tubuhku. Tempat diam, bahan pakai dan makanan lalu kenderaanku bersih, namun sumber olehnya berbaur biar sekadar debu kotor. Prilakuku tetap banyak kotor jijiknya. Cuma saat aku terkapar menengadah langit, baru aku sadar nafasMu, amanah hartaMu kukendong dalam tubuh kotor ini. Biar aku sadar, hanya sebentar sadar, esok saat aku kembali berjalan, jalanku tetap sombong lalai. Bersatu, memang aku bersatu, cuma di depanMu, saat Salam dipanjatkan aku bubar tidak menoleh, jika berjabat tanganpun sekadar menjamah tiada kemesraan persaudaraan. Mat Don, Ella, Ramlee dan aku, kami sangat berbeda-beda tentang bersih, daya tumpu, patuh tertib, yakin sabar dan kesatuan kami, maka kami kian terpisah hati. Tuhan Ya Rabbi, limpahi taufik hidayahMu agar kami bisa jadi Toyota Camry, tidak berbeda kualiti, bersih, telaten, tertib, yakin sabar, dan kental ukhwah terpiawai pada tuntutan jalanMu agar kami menjadi insan insani, tidak tamak haloba, saling dengki khianat sebegini. Biarlah Orang Utan itu, tetap mahluk rendahMu, biarpun jika mereka juga bisa berIman sepertinya kami. In Shaa Allah atas kehendakMu dan kejujuran kesadaran tersisa ini kami menuju IslamMu.
(9) Aku taat berpuasa Ya Allah. Ya berpuasa. Tidak makan. Tidak minum. Tidak beronani apa lagi jimak seharian. Mengerti aku batal haramnya. Sahur di subuh pagi. Berbuka di senja Maghrib. Mat Don juga begitu. Ella juga. Lee pasti sama. Apa lagi mahuMu? Sabar, tegar bertahan? Ya aku lalui itu seharian. Bahkan sebulanan sebegitulah aku. Apa lagi Engkau mahu? Ado wadoh Ya Rabbi. Setahun Engkau mahu aku sebegitu? Seumur hidupku? Sabar, bertahan, mengelak dari segala durjana. Ya Allah, si montok liwat menyerah bukankah itu rezeki namanya? Wang sogokkan tidak datang banyak kali, mana mungkin aku terus saja berpuasa. Itu bukan mencuri, ikhlas mereka mahu berbagi rezeki. Kerja-kerja yang payah, mana mungkin harus aku sabar bertahan terus. Apa tidak layak untuk aku bubar menjauh? Ya Tuhan Ya Rabbi, biarlah sabar bersihku sebulan setahun, 30 hari sahaja. Cukuplah. Tidak Mat Don sabarnya sepanjang hidup, setahun saja dia sudah sengsara. Apa lagi Ella juga Lee. Jangan Engkau harap kami sabar patuh pada jalanmu bagai Toyota Camry dipandu ke mana saja semahunya tidak membantah selagi supernya terus mampu menekan spedal bahan bakar. Ya tidak mengapa, sabar kami kurang dan kekurangan, namun tetap kami masih manusia tidak seperti Orang Utan yang tidak Engkau perlu uji daya sabarnya. Biarlah puasaku sekadar di bulan Ramadhan. Di luarnya, dalam hidup harianku lainnya biar aku berbuka saja, makan dan mengambil biar bukan hakku. Nanti pasti bisa saja aku memohon maaf padaMu bukankah itu hakku nantinya? Sebegitulah mengertinya aku, kerana selama ini tidak banyak yang berbicara selain di luar dari itu
(10) Zakat Alhamdullilah sudah mulai aku berikan. Aku kian mengerti tujuanMu Ya Allah agar aku bermurah hati dalam berbagi rezeki. Bahkan harta sogokkanku jika ada, kuberikan zakat juga. Aku tidak pernah menghitung Ya Allah berapa harus kuberikan zakat. Kuberi saja, saat aku ada, lantaran aku berfikir hisabMu pasti lebih hebat. Biarlah urusan berbagi mana zakat, mana sedekah itu urusan malaikat akauntanMu. Yang penting bagiku, aku telah berbagi rezeki, biar lebih tidak mengapa. Cuma ampun Ya Rabbi. Aku tidak ke Baitul Mal, langsung saja kepada hasnaf yang Engkau gariskan di dalam KitabMu. Biarku lapur kepadaMu Ya Allah, kenapa aku ingkar atas peraturan itu. Pertama-tama, banyak di desaku hanafMu, Baitul Mal tidak tahu. Aku lebih tahu. Maka biar aku langsung saja berurus dengan mereka untukMu. Kedua, zakatku kecil saja. Belanja membayar zakat sudah lebih dari zakat. Maka aku harus ada akal, memafaatkan lebih dari membazir tidak mencapai tujuan zakatMu. Ya Allah, aku tidak tahu apa Mat Don, Ella juga Lee sebegitu cara fikir mereka. Tidak mengapa kukira jika aku hanya sendiri begini, setidak-tidak hambaMu ini ada berani, tekad pada sekurang-kurangnya jalan perintahMu ini. Ya Allah aku mengerti, zakat itu ibarat cucian enjin Toyota Camry agar jalanya terus lancar kuat. Juga zakat itu, seperti najis Orang Utan dia tidak hanya mengambil, malah membaja pokok yang buah dan pucuknya yang dia ambil makan. Apa mungkin melotot matanya kerana aku meniru lakunya?
(11) Hajj Ya Allah, belum-belum. Aku belum mahu dipanggil Tuan Haji. Itu sepertinya sudah menjadi kegilaan Melayu. Gelar lain tidak dapat, maka gelar itu harus mereka ada, sedang tingkah pembawaannya entah apa. Aku tidak kepingin sebegitu. Biar aku dan Engkau saja tahu bahawa aku pernah ke mengadapMu. Aku belum mahu gelar itu. Aku merasa tidak perlu gelar itu. Ampunkan aku sebentar Ya Rabbi atas keterlanjuranku. Mampu? Aku mampu. Sihat ada. Cergas ada. Ilmu, siap tersedia, saat saja yang terdahulu aku cerita sudah aku lakukan segalanya. Wang, jika sedikit berpuasa, tahun depan juga aku bisa saja ke sana. Ya, Engkau mengetahui segala yang ada dan tiada padaku. Yang belum tumbuh adalah hatiku. Fikirku juga
belum jitu. Persoalanku, untuk apa aku ke sana? Atas sifat apa harus aku ke sana? Namun Engkau tahu aku sudah hadir bertandang. Mapir sebetulnya. Tidak bertamu sebagai seharusnya. Dan itu, Engkau juga tahu kerana hati dan fikirku mencari erti akan martabat HaramMu. Itu sudah sedikit aku ketahui. Al HaramMu adalah model yang harus aku ikuti, biar sendiri, In Shaa Allah sedang kuusahakan kecil-kecilan cicilan saja. Mudah-mudahan benarlah pengertianku, lalu Engkau redha akan jalan fikir dan kerjaku, lalu tersebar nantinya mabruhnya Ilmu yang aku perolehi atas mampirnya aku. Semoga dengan itu, aku akan benar-benar hadir padaMu suatu waktu yang Engkau pasti sudah tahu.
(12) Ya Allah. Aku, Mat Don, Ella, Ramlee, kami Muslim Ya Allah. Mungkin benar agama kami adalah Islam sedang Adeen kami masih jauh Islamnya. Kami sekadar beragamakan Islam, kami belum berAdeen Islam. Kami rukun pada kulitnya, tidak kental menjadi jati diri, apa lagi menjadi budaya temaddun hidup ini. Biar kami adalah Muslim, kami bukan pencita tegarMu, bukan pembersih murni, bukan pengkhusyuk dalam segala rasa, fikir dan tindak kami, sering saja kami onar pada peraturan, lantaran "rule must be broken", keyakinan sabar kami padaMu bolak balik ke hujung dan pangkal, pantas kesatuan kami sering getir dan banyak berpatah arang. Sesungguhnya Ya Allah, Ilmu menghayat kitabMu dan segala yang sujud tunduk kepada kami sangat tipis kami mengerti. Ya Allah, aku berfikir, aku merasa, sebegitulah khilafnya kami, lantaran itu, Toyota Camry jauh lebih berharga tetap piawai kualitinya dari kami ini. MasyaAllah.
Kuching, Sarawak
21-28 June, 2014
0 comments:
Post a Comment