.

6/12/12 WHY WE LIVE TO OUR AGE.....apakah yang menentukan umur kita?

Posted By: Abdullah Chek Sahamat - December 12, 2012

Share

& Comment

I have been thinking to have a 12/12/12 article series. But last couples of weeks, I was a bit disturbed by a founded friend of mine, thus I was not that prolific, my mind and emotion seem not stable and focus. Nonetheless, since there will be only once 12/12/12 ie the date of 12 Dec., 2012 within this 1,000 years, so I forced myself to write as remembrance to this special sequential date with a mind challenging articles. In deed for many years I have been thinking and trying to figure out why a person had to die to his or her age. My grand parents made it to more than 100 years, but my parent I believe not even reached half of it. My mum passed away in her late 30s, and my dad left at his late 40s. Alhamdullilah, I passed my half centuries life with not much of health problems.

Pernahkah kita berfikir kenapa kita mati pada umur tertentu. Kata orang pada Qada dan Qadar Allah. Pada ketentuanNya yang tertulis di Loh Mahfuz. Ada yang mati sebelum lahir. Ada yang mati sebaik saja lahir. Ada yang mati saat anak-anak. Ada yang mati saat remaja. Ada yang mati saat masih muda. Ada yang mati bila sudah cukup dewasa. Ada juga yang mati saat sudah terlalu tua. Pokoknya, mati tidak memilih umur. Benarkah sebegitu? Saat ajal menjemput, maka matilah kita. Saya menyoal bukan untuk menyangah Kekuasaan Allah, namun cuba mengerti prihal kematian lewat apa yang Allah sering firmankan: Betapa segala sesuatu itu ada waktunya dan aturannya... Maka sengaja saya memilih tajuk ini Apakah yang menentukan tarikh kematian kita? sebagai tanda peringatan saya kepada tarikh 12 Disembar 2012 atau ringkasnya ditulis sebagai 12/12/12. Saya cuba terbitkan tulisan ini tepat jam 12 tengah hari agar ianya menjadi 12/12/12/12. Ianya sekadar peringatan. Saya memilih tajuk yang sedikit mencabar fikiran, dan jika saya dapat memahamkan pembaca akan prihal ini, mudah-mudahan kita akan lebih hidup sebelum mati dan atau lebih rela mati dari hidup!. InsyaAllah.

(2) In the scientific world, one is pronounced dead once his heart beat stop. Once the heart stopped pumping, the blood circulation ceased. Thus the supplies of fresh oxygen to every part of the body will stop. Without which, the energy supplies to the whole system paralyzed. Without the energy, the body will cease it operation, particularly the white cells of the brain. The brain indeed is the the first organ to die. Once the brain is dead, the whole system shut down, immobilized. Basically one is confirmed death. That the very reason why the medical personnel try to pump one heart artificially once its stop pumping, is to enable for the brain to continue to receive its oxygen supplies. In some medical journal, the brain must not be denied of more than five minutes of its oxygen supplies. That also is the very reason, out of all human organ, one can't donate one's brain upon one's death.

(2b) Dalam dunia perubatan, seseorang diistiharkan mati saat degup jantungnya terhenti dan tidak dapat dipulihkan. Sesungguhnya, bila jantung berhenti berdenyut, bekalan darah ke seluruh tubuhpun terhenti. Ini diikuti dengan putusnya bekalan oksijen ke seluruh tubuh. Tanpa oksijen, bekalan tenaga ke seluruh tubuh juga terhenti. Jika ini terjadi, khususnya ianya akan menghentikan fungsian sel-sel putih otak yang mengawal seluruh denyutan saraf kehidupan manusia. Kematian adalah akibat terhentinya fungsian otak. Maka dengan sebab itu, tidak pernah terjadi orang mendermakan otak pada saat kematiannya. Organ-organ lain boleh terus kekal berfungsi lewat perawatan tertentu, maka ianya terus boleh dipindahkan kepada sesiapapun yang memerlukannya.

(3) Those are the scientific explanation. But in the Al Quran, it is visualised that death will only happen once the soul had left the body. Theologically or morally death is associated with the leaving of the soul. Human soul is always being described as the breath of Allah, nafas. Now, there seem to be a contradiction. The earlier is about physical death, death due to the death of the brain white cells in devoid of the oxygen, while the later is spiritually death through the leaving of one's soul to his or her owners ie Allah. Now we seem to be in a big dilemma, whether to take side on scientific argument or to just accept the religious visualization. What is the truth? Soul or oxygen? In some reading, I came across some descriptions on how the soul left the body upon a person near death. It was said, in near death the soul move from the lower part of the body, to the chest and ended to the head before it left the body through his mid head ubun-ubun. Human creative mind had portrayed the soul as a glass image of nafas, Allah's breath. If it is breath, then its main component would among others the air. The air means, majority would be the oxygen. Thus, there is a logical medical and spiritual connectivity of the form of live or soul in a human body. Do not the brain white cells are located in the skull? Once the oxygen had not reach the head, would not the soul or our lives ended there. Thus, there is the truth that our lives ended from our skull or ubun-ubun as the Malays term it. I'm speculating. Allah knows the best. But, that is not the main issue that I want to discuss here.

(3b) Penjelasan perubatan sebegitulah. Namun jika disemak di dalam Al Quran, bayangannya agak berbeda. Kematian adalah akibat tercabutnya atau melayangnya roh dari tubuh kita. Pemergian roh ini terkait pula dengan kehadiran malaikat maut. Saat meninggalkan tubuh, roh akan terapung-apung di Loh Mahfuz. Sekilas pandang, sepertinya ada pertelagahan antara ilmu sains dan pandangan agama tentang kejadian kematian. Kita tidak harus berdebat tentang soal ini. Pengetahuan perubatan manusia adalah juga hikmah dari Allah dan ada jalan kebaikannya tersendiri. Soal roh adalah soal akidah. Kepercayaan tentang keghaiban roh, adalah agar bertambahnya keImanan kita kepada Allah. Walaubagaimanapun, ada pertalian logik antara pendapat sains dan gambaran Al Quran. Seawal kejadian, roh Adam AS adalah hembusan nafas Allah kepadanya. Jika ianya adalah nafas, pasti sebahagian dari kandungannya adalah udara. Sebahagian dari kandungan udara adalah oksijen. Maka, saat terhentinya bekalan oksijen, maka habislah nafas manusia. Tanpa nafas, maka melayanglah rohnya. Sebegitulah Allah, roh dan nafas mungkin adalah dua unsur berbaur namun tetap berasingan. Saya tidak pasti. Kebijaksanaan Allah sukar kita terobos sepenuhnya, namun Dia tidak menghalang untuk kita mengkaji dan berfikir. SubhannaAllah.

(4) Back to the title of this article. Let examine some examples. How long is the life of Adam AS, the first human being? A thousand years or more? May be more? If too short, he and Eve will never have the chance to breed a diverse culture of human spread. Today human races are in fact are the off springs of Adam AS and Eve kids. They must have lots of kids. To produce lots of kids, I would believe they need longer time span. Or else, where would be the source of the Red Indian, the Inca, the Eskimos, the Negros, the Mongoloid, the Caucasian, the Maori, the Indian, the Chinese, the Arabs, etc. Yunus AS was specifically mentioned, was among the longest living prophet. His no avail dakwah cost him almost 950 years. The same with prophet Abraham AS. But very different with Muhammad SAW and Jesus Christ. Muhammad SAW died at 60s. Jesus died much younger. Among the prophets, the direct appointed leaders by Allah, they died at different ages, why?

(4b) Kembali ke tajuk tulisan ini. Saya ingin membawa pembaca kepada beberapa contoh jelas. Adam AS adalah manusia pertama. Berapakah umur Adam AS? Saya menjangka pasti umur baginda sangat panjang. Mungkin seribu tahun atau lebih. Jika tidak, pasti baginda dan Hawa tidak akan dapat menjadi sumber kepada kepelbagaian rupabudaya manusia yang bertebar di seluruh pelusuk dunia. Soal tiori penebaran manusia ke serata dunia akibat pergerakan dunia, itu masih bersifat tiori, Bumi mungkin telah tercipta seperti seadanya tanpa banyak melalui kejadian pergerakan geografi sebagai mana tiori yang diutarakan. Biar apapun, natijahnya, Adam AS berumur panjang adalah untuk mensemarakkan umat Allah. Juga Al Quran ada membayangkan betapa Yunus AS adalah di antara nabi yang paling panjang umurnya. Baginda menghabiskan selama hampir-hampir 950 tahun untuk berdakwah tanpa sebarang kejayaan sehingga baginda menjadi terlalu marah lalu membawa diri penuh kekecewaan. Samalah halnya dengan Ibrahim AS. Baginda juga berumur panjang untuk membangunkan Kaabah lalu akhirnya membina semula kekuatan Islam. Namun Isa AS tidak lama riwayatnya di dunia ini. Pertelingkahan Yahudi dan Nasrani akhirnya mengorbankan Isa AS. Muhamad SAW pula wafat tidak lama selepas Allah mengistiharkan kesempurnaan Al Quran dan Islam. Muhammad SAW wafat sebaik tugas baginda sebagai penyampai wahyu Allah selesai. Sesungguhnya, manusia pilihan Allah, pemimpin Ummah pilihan langsung dari Allah mereka wafat dalam umur yang berbeda-beda, kenapa? Di sinilah saya ingin mempersoal tanggapan sebilangan Melayu yang berkata: Orang jahat umurnya panjang, sedang yang Allah sayangi perginya cepat. Konsep sebegini tidak semuanya benar.

(5) I would strongly belief, each of us has our divine living purposes. An uneducated person, for instance, his fate may be as such, to give him the pleasure of doing all the odd jobs that the most educated feel dirty to do. Yet his life last longer than the good professional. Why? Probably there are too many dirty jobs around that need to be finished as compare to those nice clean duties. Take Muhammad SAW as a case. He had cleaned up the dark civilization of the Quraish. He had managed to educate hundreds of good hardcore followers that would spread a civilized way of lives among the Arabs and those surrounding the Arab lands. Thus, if we recall, all his kids passed away not long after him. Why? Aishah his youngest wife survived for quiet sometimes up into the era of Ummayah, all but as a reference points of his teaching. Khalid Al Waleed, he survived all sort of battles while a lots of the others great sahabah got killed. In his kafir state he even almost managed to kill Muhammad SAW in the Battle of Badr. He later died of deep sorrow not long after he managed to help to destroy the Byzantine conquest in Syria. He was still young and strong upon his death. Accordingly, Ali Abi Thalib doesn't last long. His sons, Muhammad SAW favorite grandchildren, also never survived long. Why? Even Iman Bukhari and Ghazali, among the most learned Muslim, blessed with great minds, they die early, but only after they had left good works for the good of Ummah.

(5b) Sesungguhnya, setiap seorang dari kita punya ketentuan tanggungjawap hidup yang tersendiri. Umpamanya, seorang yang tidak berpelajaran masih tetap penting kerana pastinya dia tidak janggal untuk melakukan kerja-kerja berat atau jijik berbanding dengan mereka yang berpendidikan tinggi. Maka saya yakin, jika Allah mengkehendaki seseorang untuk keperluan tertentu, pasti Dia akan menjaganya sehingga ke akhir tanggungjawapnya. Namun ini saya kira tergantung kepada ketulusan dan iltizamnya dalam melaksanakan tanggungjawapnya. Saya yakin, biarpun Allah telah menetapkan ketentuan tanggungjawap seseorang, namun jika dia tidak menjalankan tanggungjawapnya secara tulus dan penuh iltizam, sepertinya melalai atau mensia-siakan kepercayaan Allah kepadanya, maka kematian adalah jalan terbaik buatnya. Contohnya, jika seseorang Allah angkatkan jadi pemimpin, sedang dia lalai untuk memimpin bagi kebaikan Umah, maka kematian adalah lebih baik baginya. Contoh dalam prihal ini adalah sangat banyak: Shah Iran, Marcos, Sadam Husein, Mubarak, Ghadafi, dsb. Saya tidak menafikan, kematian segera ada juga kebaikannya. Contohnya, ayahnda dan bonda Muhammad SAW awal mati mereka. Kenapa? Adakah kerana Abdullah dan Aminah tidak bertanggungjawap? Sesungguhnya, seperti saya katakan tadi, setiap manusia telah Allah tetapkan tugasannya. Usai tugas itu, maka kembalilah dia sebagai hambanya. Fikiran mudah saya, kedua-dua Abdullah dan Aminah adalah untuk melahirkan Muhammad, dan mereka telah ditentukan untuk tidak terlalu mempengaruhi jalanan hidup beliau. MahaBijaksana Allah, sifat yatim piatu adalah hikmah yang Muhammad SAW mesti lalui agar jiwa dan fikirannya menjadi tulus, kental dan bertanggungjawap. Saya yakin dengan pandang saya ini, betapa tugasan hiduplah yang menetukan tarikh kematian kita. Ini dapat dilihat dari tarikh dan cara kematian banyak pemimpin besar Islam. Anak-anak Muhammad SAW mati tidak lama selepas kewafatan Muhammad SAW. Begitu juga, nyawa Ali Abi Thalib dan para cucu besar Muhammad SAW turut mati dalam usia yang masih muda. Khalid Al Waleed umpamanya, sangat gemar berperang. Biar banyak para sahabah lain gugur dalam pelbagai medan perang, namun Khalid tetap utuh. Cuma, kematiannya dalam usia masih muda serta masih bertenaga hanya setelah Umar Al Khatab melucutkannya dari segala tugasannya. Aisah RA isteri termuda Muhammad SAW tetap bertahan sehingga ke pemerintahan Bani Ummaiyah, bukan kerana apa, adalah sebagai rujukan terhadap Sunnah Muhammad SAW. Begitu juga terjadi kepada Imam Bukhari dan Ghazali. Keduanya-duanya mati saat jasa mereka sudah mencapai puncak.

(6) Thus I strongly believe that one's age is determined by one's divine life purpose(s) and how honest and diligent does one carries those purposes. If Allah wants one to serve His purpose, then definitely He will keep one to the end of his duties, but I believe subject to his honesty and dedication in executing such duties. I belief, even if Allah had set one's honor duties, yet one ignored such duties, then one existence would mean nothing to Him. Thus, probably death is the best for him.

(6b) Saya sangat yakin, sesungguhnya tanggungjawap hidup adalah penetap umur seseorang. Kita mesti ingat akan pesan Allah:"Tidak sesuatu itu terjadi tanpa ada tujuan dan kepentingannya...". Maka jika Allah berkehendak seseorang atau kelompok untuk kepentingan tertentu, pasti Dia akan menjaga kewujudan seseorang atau kelompok itu. Saya yakin kepanjangan umur seseorang juga sangat tergantung kepada cara dia menjalankan amanah Allah. Jika dia jujur dan bersungguh-sungguh, pasti Allah akan melihat akan khidmat baktinya, dan jika dia memohon kepanjangan umur pastinya Allah akan mendengarnya. Namun tidak dinafikan, kematian segera juga ada kebaikannya. Contoh jelas adalah dengan melihat kepada Iman Bukhari, saat dia diminta untuk bersekongkol dengan kezaliman pemerintah, maka dia berdoa agar Allah segera mematikannya, maka Allah kabulkan doanya lalu dia mati dalam penuh kewangian.Sesungguhnya kematian juga adalah penyelamat dari kegelinciran selanjutnya.

(7) Say for an example if Allah had set the virtue that Malaysia will be an exemplary great Islamic State, thus He would breed or even keep those selected for such purposes even if they have to pass late. This is where I would assumed why personalities such as Ungku Aziz Omar, Syed Naguip Al Attas, Mahathir Mohammed, Nik Aziz Nik Mat, etc are still around. Even now they are mushrooming new young Islamic thinkers whom are grown not among the school dropout as in the 1970s. I have this thought, because I see now that the Arabs are in chaotic. Allah will never allowed His religion to be destroyed. As such I assume, He may want Malaysia as the new leader of the Islamic world, and to place Islam on it proper footing.

(7b) Dalam hubungan Negara ini, jika Allah telah menetapkan betapa Malaysia akan menjadi wadah bagi menyelamatkan dan memperkasakan Islam, maka Dia pasti akan mengekalkan sesiapa juga yang mampu utnuk tujuan itu. Saya bersangka dan berpandangan, Malaysia mesti bangkit menjadi pengerak kepada kedaulatan dan kebesaran Islam, maka kelestarian tubuh-tubuh seperti Ungku Aziz Omar, Syed Naguip Al Atas, Mahathir Mohammed, Nik Aziz Nik Mat, dsb pasti adalah muslihat Allah yang tersendiri. Kini juga telah bangkit golongan muda yang bijak bistari serta punya semangat dan kemahiran baik ke arah itu. Allah sebegitulah caraNya dalam menjaga agamaNya.

(8) But Allah had also set certain rules that one had to keep in mind. There are His verses which clearly indicate that: "Everything had its own time and governing rules", thus one must also remember that one death is also just a matter of time bomb. Our body will age fast if we ignored certain rules that Allah had set. Muhammad SAW had shown how to keep one fit. As I had earlier said, to keep one fit is to enable one to have healthy heart, thus maintaining one's good blood circulation. With such, then one would have fresh healthy mind and thus able to serve one's purpose well. Therefore my great theory about longivity is about keeping one's mind to focus to one's divine purpose and keeping oneself morally and physically healthy. In this modern world, Mathatma Ghandi, Ho Chi Minh, Nelson Madela, etc had shown the great examples. They kept their mind, heart, and physic healthy and focus to their destiny. In a simple sense, one must make oneself useful in the eyes of Allah, and then probably our pray for a long living life be answered.

(8b) Soal ketetapan kewajiban adalah satu hal dalam menentukan umur seseorang. Allah juga telah jelas berpesan betapa "segala sesuatu itu ada waktu dan peraturannya.." maka untuk mencapai kepanjanagn umur, kita harus juga prihatin kepada prasyarat-prasayarat lainnya. Cara hidup kita juga semestinya kita jaga. Kesihatan tubuh badan harus kita pelihara. Muhammad SAW dengan jelas menunjukkan kepada kita tentang tatacara makan, rehat, berkelamin, dsb. Juga yang paling penting, kita harus ingat pesan Allah: "Jagalah kesihatan hati kita...".

(9) It is now important that we must examine our true divine purpose. Be it as an indidual or group. Look around us. Sense our true life purpose. To me, say if one is born and raised in a poverty striken area, that doesn't mean one is born to be poor. Poverty is just Allah challenge upon us. If one struggle, and academically and professionally one is successful, one must than go back to his birth place and see from his success of his duties. In this sense one must always remember what Allah had reminded: "Everything that we have is a loan, and it must be pay back. Never keep what we get only for our sole purpose. The best among His Ummah, is the one whom is very generous...". Indeed misery and glory that we experienced are all but nothing. All are Allah test upon us to see the strength of our Iman.

(9b) Sangat wajar jika kita sekarang ini mengambil langkah untuk mengerti akan tujuan azali hidup kita ini. Biarpun secara perseorangan atau kelomp[ok. Kita mesti mengerti akan tujuan kewujudan kita di Bumi Allah ini. Untuk tujuan ini, tidaklah terlalu sukar untuk kita menyadari dan mengerti akan tujuan hidup azali kita. Umpamyan jika kita terlahir di kawasan kemiskinan dan kepayahan contoh di Bintawa Hilir atau Gitak Kubor, Petra Jaya. Kelahiran kita dalam lingkungan yang miskin dan payah, bukanlah untuk kita juga jadi msikin dan payah. Kemiskinan dan kepayahan itu adalah sekadar ujian Allah ke atas kita. Jika kita sadar akan tanggungjawap azali kita, pastinya kita akan bangkit bekerja kerasa agar kita berjaya samada dalam bidang akademik dan kerjaya. Juga menghambat kejayaan sebegitu bukanlah tanggungjawap zalai kita. Ianya hanyalah alat bagi kta menglangsaikan tanggungjawap kita kepada Allah. Buat saya sesungguhnyan, kejayaan akademik dan kerjaya adalah amanah Allah agar kita kembali kepada keliling kelahiran atau masyarakat kita dan menggunakan seluruh nikmat dan anugerah Allah kepada kita untuk kepentingan dan umarak Ummah. Sesungguhnya seperti pesan Allah: "Sesungguhnya segala sesuatu yang Aku berikn dan ciptakan adalah untuk membesarkan Aku...". Jika kita berfikir dan insaf, sesungguhnya segala sesuatu yang kita miliki dan perolehi adalah sekadar pinjaman semata-mata. Bukan milik mutlak kita. Sesungguhnya, kedukaan, kepayahan, dan kegembiraan hanyalah ujian Allah ke tasa darjah keImanan kita.

(10) Secondly, let than examine our personal strength in shouldering those divine life purpose. What I mean by persoal strenghts among others are our physical, mental dan emotional health. All these three elements must be in the state of equilibrium. Maximun strenght could only be gain if all these are in balanced. As our age increases, we must start to impose strict discipline to care for our physical, mind and emotion health. The best cut off age that I could rationalise is at 40-45 for man and 35-40 for ladies. This is the age when our hormonal activities will be changing from the normal state. In deed the very basic about Life in Islam is all about balancing.

(10b) Keduanya, wajar kita menyemak kekuatan pribadi kita supaya kita dapat memikul tanggungjawap azali kita dengan sesempurnanya. Fizikal, fikiran dan emosi kita mesti sihat. Semua unsur-unsur ini mesti dalam keadaan keseimbangan. Kekuatan penuh hanya akan kita perolehi jika segalanya dalam keseimbangan. Bila umur kian meningkat, maka wajar kita memperketat disiplin diri untuk menjaga kesihatan fizikal, fikiran dan emosi kita. Saya berkira, bagi seorang lelaki titik usia antara 40-45 tahun dan 35-40 tahun untuk wanita adalah titik mula harus berjaga-jaga. Inilah tahap umur di mana keseimbangan aktiviti hormon akan berubah dari keadaan biasa. Sesungguhnya dalam Islam, memelihara keseimbangan adalah suatu tuntutan yang sangat besar.

(11) Thus, my predicament, to live a longer life, one must submit to one's divine life purpose and care to balance one's physical, mental, and emotional state. In a simple word, let make ourselves worth the best to our creator for Him to favor us most. InsyaAllah. Let give a try to my theory.

(11b) Jangkaan saya, untuk hidup lama, atau umur panjang, kita mesti tetap ke tugasan azali hidup kita, serta memelihara keseimbangan kesihatan fizikal, fikiran dan perasaan. Marilah kita menjadikan diri kita insan yang sangat berguna buat Allah, dan pasti kita akan menjadi manusia paling dirahmatiNya. InsyaAllah. Selamat mencuba.

Nota
Kebetulan semasa mencari beberapa keterangan mengenai Syiah, saya terseret kepada dua ceramah Agama yang sangat baik serta punya hubungan dengan tulisan di atas. Jika pembaca punya waktu layarilah bicara YouTube "Understanding Your Condition" oleh Shaykh Abdullah Hakim Quick lewat www.Islamicmedia.com.au dan "How the Bible Led Me to Islam" oleh Joshua Evans (dlm pidato dia di Islamic Instituite Orange County).

Bintulu, Sarawak
12.00 hours 12 Dec., 2012

#Abdullah Chek Sahamat

Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand

2 comments:

balqiswilson said...

Saudara,hidup mati kita adalah untuk Allahswt.Itu adalah pengakuan yang ada dalam setiap hati seorang mukmin.Kita hidup dalam ruangbatas yang sentiasa menuntut untuk melaksanakan segala perintahNya.Ajal itu adalah sesuatu yang penuh misteri dan merupakan rahsia Allahswt.Ia boleh menemui kita bila-bila masa sahaja,sepantas kilat.Bagaimanapun,jika ajal telah tiba ia tidak boleh ditunda walau sesaatpun.Marilah kita sama-sama merenungkannya sejenak agar kita dapat menmanfaatkan umur kita sebaik-baiknya dengan melakukan segala macam perintah Allahswt.Tq.

Abdullah Chek Sahamat said...

Itu pandangan lumrahnya manusia. Keranannya, maka tidak banyak yang ingin mati bermati-matian. Umar Al Khtaab sentiasa ingin mati. Maka dia tidak pernah takut untuk apa juga asalkan dia bisa mati. Kenapa? Itu yang ingin saya bongkar, bukan sekadar tahu untuk mati saat kematian itu datang. Saya mahu mati bermati-matian. Lihat bahasa saya dari sudut sasteranya, tidak pada aliran hariannya. Tq

Copyright © 2010 abc sadong™ is a registered trademark.

Designed by Access. Hosted on Blogger Platform.