(Tidakkah mungkin kita jadi bangsa sebobrok ini kerana kita tidak dan atau kurang membaca-mengkaji dan atau tidak mengerti apa yang kita "baca-ngaji?")
Dalam beberapa minggu ini fikiran saya agak sedikit terganggu oleh pelbagai perkara. Namun sebagai biasa, saya gemar menyendiri, berkhalwat, berfikir dan mencari akal untuk mengurai gangguan fikiran saya itu. Seperti biasa, selalunya, bukulah menjadi teman paling akrab saya. Membaca berlatarkan musik selalunya akan menyatukan fikiran dan nurani saya untuk mengilhamkan sesuatu yang sangat mengembirakan akhirnya. Dan kebetulan, saya sedang meneliti dua buah buku: Islam- Past, Present & Future oleh Hans Kung terjemahan John Bowden, terbitan Oneworld Oxford, 2007 dan Mengakar Ke Bumi Mengapai Ke Langit yang berupa Himpunan Puisi Taufiq Ismail terbitan Majalah Harison.
(2) Sejak dua tahun ini saya sedang berusaha untuk membina sebuah Khutub Khanah di Kampung saya. Namun usaha ini saya rasa agak terlalu perlahan. Saya ingin melihat anak-anak kampung tekun membaca dan membongkar ilmu. Semasa lawatan saya ke Manila pada 2007, saya membeli sebuat lukisan minyak tentang dua orang anak yang berpakaian compang campeng sedang tekun membaca buku. Saya kepingin benar mengabdikan lukisan ini di Khutub Khanah tersebut. Saya juga berharap agar bangsa kita menjadi bangsa Islam di zaman Baghdad dan Andalusia sebelum kebangkitan Eropah dalam mengejar ilmu. Cuma, usaha saya untuk mengalakkan perkara ini dikalangan teman-teman seperti kurang berjaya. Inilah sebahagian dari sesalan saya, kerana saya seperti gagal untuk menerapkan Budaya Iqraq ke dalam masyarakat kita, lingkungan hidup saya.
(3) Kepada mereka yang sering saya asuh dan pinjamkan buku, biar saya katakan sebegini: Saya memberi dan mengusul kalian untuk membaca adalah sebagai hadiah agar kalian berilmu semasa mudanya, itulah saja waris mutlak yang dapat saya tinggalkan. Mudah-mudahan dengan ilmu yang baik, kalian akan menjadi manusia yang berguna untuk bangsa. Saya juga mengusul kalian membaca dan meminjamkan buku, kerana saya sedang menyediakan kalian teman di masa tuannya. Sesungguhnya itulah warisan hubungan akrab kita nantinya. Membaca adalah permulaan perintah Allah. Membaca buku seiringan kita mengaji Al Quran, pastinya akan membolehkan kita mendalami pengertian ajaran Ilahi. Perhatikan puisi mudah karya Taufiq Ismail di bawah ini.
BUKU:
buku
berfikir untuk saya
buku menghirup udara
dan mengembuskan minyak wangi
buku
seperti taman
yang bisa dimasukkan ke dalam kantong (bungkusan)
buku
sebenarnya bukanlah yang kita baca
tapi buku yang membaca kita
kalau mau ide baru
baca buku lama
kalau mau ide lama
baca buku baru
orang mesti membaca pengarang dua kali
apakah bukunya bagus atau buruk
yang pertama untuk mengapresiasainya
yang kedua untuk membuka topengnya
seorang pembaca yang baik susah dicari
seorang penulis yang baik mudah dicari
buku itu
cermin
kalau keledai bercermin di situ
tak akan muncul wajah ulama
buku telefon penuh fakta
tapi tanpa ide
ada buku untuk dicoba-coba
ada buku untuk ditelan
ada buku untuk dikunyah dan dicerna
buku
adalah jendela
sukma kita melihat dunia luar
lewat jendela ini
rumah tanpa buku
bagaikan ruangan tak berjendela
duduk sendirian di bawah sinar lampu
buku terkembang di depan kita
bercakap-cakap secara akrab
dengan manusia dari generasi yang tak tampak
sungguh suatu kenikmatan yang tak bertara
hadiah hebat seorang dewasa berkeluarga
adalah membaca buku cerita anak-anak
untuk keturunannya
pemandangan luar biasa mengharukan
adalah ketika seorang anak-anak memelototi (membaca asyik) buku
masa lalu dan masa depan
menjadi bersatu
buku adalah teman paling pendiam
dan selalu siap di tempat
penasihat yang paling mudah ditemui
dan sangat bijaksana
serta guru yang luar biasa sabar
universitas sejati hari ini
adalah sebuah kumpulan buku
orang dapat memperoleh pendidikan kelas atas
dari rak buku sepanjang satu setengah meter
membaca buku bagus
seperti bercakap-cakap dengan orang-orang hebat
dari abad-abad terdahulu
buku pertama sebuah bangsa
adalah kamus bahasanya
karya agunbg sastra
adalah kamus
(yang urutan kata-katanya
tidak alfabetis)
tugas buku non-sastra menjawap pertanyaan
tugas buku sastra mengajukan pertanyaan
kehidupan
menggoyangkan dan mengoncangkan kita
buku sastra menstabil dan mengukuhkan kita
kebiasaan membaca itu
satu-satunya kenikmatan yang murni
ketika kenikmatan lain pudar
kenikmatan membaca tetap bertahan
seseorang kehilangan kontak dengan kenyataan
bila dia tidak dikeliling buku-bukunya
saya tak bisa hidup
tanpa buku
banyak orang seperti saya
orang yang perlu buku
seperti mereka perlu udara
biarlah saya jadi orang miskin
tinggal di gubuk tapi punya buku banyak
dari pada jadi raja
tapi tak suka membaca
ketika kita mengoleksi buku
kita mengumpulkan
kebahagian
kalau ada uang sedikit
saya beli buku
kalau masih bersisa
saya beli makanan dan pakaian
wanita piaraan saya
buku
seperti daging untuk jasmani
begitulah bacaan untuk rohani
buku adalah pengusung peradaban
tanpa buku sejarah diam
sastra bungkam
sains lumpuh
pemikiran macet (buntu)
buku adalah mesin perubahan
jendela dunia
"mercu suar" seperti kata seorang penyair
"yang dipancangkan di samudera waktu"
buku harus menjadi kampak (kapak)
untuk menghacurkan lautan beku
di dalam diri kita
orang yang memegang kekuasaan
tak punya waktu membaca buku
orang yang tidak membaca buku
tidak pantas (layak) memegang kekuasaan
ke mana sang penderita itu mencari pelipur lara
ketika akhirnya diketahuinya
bahwa dalam hidupnya seribu buku dia ingin baca
tapi hanya seratus yang sempat diselesaikannya?
buku diproduksi luar biasa banyakanya
tak mungkin kita baca selengkapnya
bahkan tak mungkin tahu nomor dan judulnya
untunglah kita tak wajib membaca semuanya
buku yang hebat haruslah dibaca waktu kita remaja
kemudian pada masa dewasa
dibaca lagi umur tua
seperti menatap sebuah bangunan yang indah
di bawah sinar matahari pagi
waktu tengah hari
dan ketika bulan purnama
buku adalah benda luar biasa
perpustakaan itu seperti taman indah
penuh dengan bunga aneka warna
seperti permaidani terbang yang sanggup melayangkan kita
ke negeri-negeri tak dikenal sebelumnya
saya selalu membayangkan syorga itu
seperti macam perpustakaan
Buku nan paling hebat
adalah Buku
yang kata paling awalnya
kata perintah
"Bacalah".
Kuching, Sarawak
11 June, 2010
1 comments:
Salam Sdra Abdullah
Kalau boleh saya ingin sekali untuk menambah buku di khutub khanah desa saudara, terutamanya buku buku rujukan bagi peperiksaan yang acap tahun saya hantar ke pusat kitar semula di Jalan Ong Tiang Swee. Begitu juga dengan majalah newsweek dan yang lain-lain,kadang-kadang saya rasa sayang nak melepaskannya begitu sahaja.
Post a Comment