.

3/11/13 HOW CLEAN ARE WE......siapalah kita?

Posted By: Abdullah Chek Sahamat - November 06, 2013

Share

& Comment

If Darwin's Evolution Theory is correct, then our forefather was an ape. Could we accept that? On the other hand, why did Darwin choose the ape as the foundation of his theory? Why not say, from dugong to mermaid, then human being? (1) Some may say, who care and so what? True enough, even if our ancestor was an ape, there is nothing to be ashamed of. The ape should never bother us, it is us, the today we that matter. Just as when in 1970s, the American bombarded the Vietnamese with cluster bombs and burned their forest with the Orange Chemical which to this day had caused devastating cancerous lost to the Vietnamese, and let put those as the very immoral and inhumane conduct of the USA, definitely today Americans would just brushed those aside because, those has nothing to do with them but their generation past. So, never bother about the past to the present and or future. That indeed is the paramount character of the Capitalist, the Zionist Jews doctrine, denying the past for their greed. Since Moses and Aron, to this day that's how they stubbornly behaving. (2). But for sure, Darwin's theory is never correct as it remain a theory (I repeat a theory) to this day. Man as man, he wants an honorable recognition. Most accepted they were created by the hand of the devine Lord, Allah.

Jika Tiori Evolusi Darwin adalah benar, maka, ketahuilah bahawa moyang kita adalah para beruk. Mahukah kita dikenali sebegitu? Juga, kenapa beruk menjadi sandaran tiori Darwin? Kenapa tidak katakan dari dugong kepada duyong lalu menjadi manusia? (1) Pasti ada, sebahagian akan berkata, peduli apa?  Bukan beruk yang harus kita hiraukan. Kita seharusnya lebih memikirkan siapa kita kini dan di masa depan. Samalah halnya bila kita berhujah di depan bangsa Amerika kini, betapa di tahun 1970an, mereka sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan bila meledakkan rakyat tidak berdosa Vietnam dengan bom berantai serta agen Orange yang menyebabkan rakyat Vietnam dalam kesengsaraan yang berpanjangan, pasti kita akan tercenggang mendengar hujah balas mereka: Itu dulu, tidak ada kena mengena dengan kami kini. Jika berdosa, itu dosa mereka yang terdahulu, bukan kami, tidak kami. Sesungguhnya sebegitulah dunia kapitalis, mereka menidakkan sejarah. Lihatlah pada sejarah bangsa Israel di zaman Musa AS, mereka sewenang-wenangnya menidakkan sejarah, mereka ingkar atas kehendak tamak haloba (2). Maka Umat Islam kini, lewat Al Quran, Allah sering mendidik kita lewat memperingatkan kita tentang sejarah. Sesungguhnya, Tiori Darwin tidak pernah terbukti benar, maka dengan sebab itu ianya kekal sehingga kini hanya sebagai tiori (saya ulangi tiori). Darwin, berbangsa Yahudi(?), sebetulnya juga mahu bangsa Yahudi melupakan sejarah sebenar kejadian mereka, supaya mereka tidak terikat dengan hukum Allah, agar akhirnya mudahlah baginya bersama Zionis mengatur langkah untuk memuaskan nafsu tamak mereka untuk terus menguasai dunia lewat pelbagai pemesongan. Kapitalisma, Sosialisma, dan Komunisma adalah buah fikiran mereka, dan kini mereka juga sedang berusaha keras agar psycho-analyst akan menjadi pemikiran baru dunia, mereka menjadikan itu semua pegangan baru seluruh umat manusia. Namun syukur, sifat manusia, mereka tidak mahu dihina, maka banyak yang menerima betapa mereka adalah tercipta oleh tangan suci Tuhan, Allah.

(2) Let me in this article, try my best to put my logic and readings into some perspective, to place if not every man at least myself to our or my actual position in the eyes of Lord, Allah. The ground of my writing is to expore all the reasoning on why must I listen to Allah to make me honored. In the Al Quran, He keeps reminding the Muslims to keep to their pray, tilt zakat, fasting, and Pilgrimage Hajj as means to cleanse themselves. Keeping to the pray is paramount in cleansing oneself, such in giving out the command to pray, Muhammad SAW himself had to be brought to Heaven to meet Him to recieve such command, while all the other Islamic teaching were sent through the Holy Ghost, Gibrael. Allah repetitious reminding for us to keep to clean ourselves, to my logical though, as human, we are indeed dirty. Thus, in this writing I'll try to explore how dirty we are, and thus, how could those commands makes us clean. InsyaAllah.

(2b) Di dalam tulisan ini, saya akan berusaha mengutarakan buah fikir berasaskan pengamatan dan pembacaan saya, untuk menyakinkan manusia jika tidak semuanya, paling tidak diri saya sendiri, akan kedudukan kita di tempat sebenarnya kita di sisi Allah. Asas kepada tulisan saya ini adalah untuk mendongkel sebab musabab yang memerlukan kita patuh kepada segala perintah Allah agar kita jadi terhormat. Di dalam Al Quran, Allah sering memperingatkan kita agar sentiasa mendiri dan menjaga sholat, zakat, puasa, dan menunai Hajj untuk membersihkan diri kita. Menjaga sholat sering Allah tekankan, dan kepentingan sholat itu menjadi tersangat utama, sehingga untuk menerima perintah sholat, Muhammad SAW perlu menghadap Allah sendiri, sedang perintah-perintah lainnya, Allah hanya sampaikan lewat wahyu. Kenapa kita harus membersihkan diri kita; adakah kita ini sejadinya sememangnya kotor? Dalam tulisan ini, saya cuba mendongkel apakah benar kita ini kotor, dan sentiasa kotor, sehingga Allah bertalu-talu mengingatkan kita untuk sentiasa membersihkan diri. InsyaAllah.

(3) Based on the Books of the Lord of Abraham AS (pbuh), the first humankind, Adam AS (pbuh) was indeed created out of dust and dirt. How clean is dust and dirt? Let the books on your shelves collect dust, how would you then figure out the books as well as the dust? Definitely, the books will be seen as untouchable while the dust as dirty. Worst if your bed is covered by dust. Definitely you wouldn't like to lay resting on it. All these, psychologically signifies; how dirty or unhygienic dust are. Accordingly, the term dirty definitely is derived from the word dirt, which logically signifies its unacceptable social and or unhygienic values. Thus, our source of creation is nothing but dirty; untouchable matters. Nonetheless, theologically it could mean dirty yet in certain context we are indeed pure clean. Allah, despite He created us from the dirt and dust, yet He raised us to be the leader; khalifa to all His other creations even to the Angels (created from the wind) and Satans (created from the Flame of the Fire). We are then the perfect creation of Lord, His last creation indeed, His best.

(3b) Berasaskan Kitabullah sejak Ibrahim AS, Adam AS, manusia pertama, dan moyang kita, tercipta dari debu dan lumpur (iaitu tanah). Apakah tanggapan biasa kita tentang debu dan lumpur? Pastinya, kotor dan menjijikan. Apa juga yang dihinggapi debu, pasti jijik buat kita. Begitulah juga prihalnya bila terpalit lumpur, atau terjatuh ke dalam lumpur, pasti akan lebih menjijikan. Maka sebab itu Melayu dulu-dulu melarang sifat seperti seekor kerbau membawa lumpur, habis terpalit semuanya. Namun biar secara saikologi, debu dan lumpur itu adalah jijik, namun Allah mengangkat darjat manusia itu mengatasi segala, sehingga Adam AS dijadikan khalifah biar kepada ciptaan Allah dari juzuk yang jauh lebih mulia (bersih) iaitu para malaikat (angin) dan syaitan (lidah api). Sesungguhnya, Adam AS, manusia adalah ciptaan Allah yang terakhir, paling sempurna dan mulia. Sebegitulah hakikat kejadian manusia, dari tiada kepada ada, dari kotor kepada mulia. Namun manusia, tetap Allah jadikan sebagai suci dalam debu.

(4) Surely my above last statement, which indeed is based on the Al Quran saying, seem to be a contradictory to the argument that we are indeed dirty. How could one whom being raised by Allah to be His trusted and chosen leader be a bad person, a dirty guy? Indeed everyone of us is in great defect. We are not physically defect, but morally disobedient. The people of Moses AS (pbuh) is our historical proof (2). But again, let look back to our day of creation. It is said in the Al Quran and Bible that on the sixth days of our creation, Allah purposely left our hollow statue in His garden. Such was the time, when the satan entered our body and swear that he will leave us alone if we are inferior to him, but will definitely lead us to spiritual chaotic if Allah made us better than him. Metaphorically, the entrance of satan into our hollow body on the sixth days of our creation, was indeed equal to the today works of memory chip transplanting into our body. Satan was unable to destruct the physical nature of a man; Adam AS (pbuh), but the satanic malice deed is to be nurtured through our heart. Allah indeed, granted such to satan, as His testing to human loyalty. It is the human heart that make every man differ from the others, as the saying of the Al Quran: When the heart is good, so be the man, and otherwise. Once a man is in anger, hatred, jealousy, greed, all those malice feeling, just place your hands to your chest, feel the beat of you heart and the temperature of your chest, surely the heart beat will be faster while the chest temperature is much warmer, why? To my believe, the satan is there, camping in our heart that make our heart being disturbed and agitated. When the satan is deep entranced into our heart, there will never be peace in ourselves.

(4b) Pernyataan saya yang terakir di atas, sepertinya menimbulkan kekeliruan. Kita suci tetapi tetap kita kotor. Adakah ini apa yang dinyanyikan sebagai Suci Dalam Debu? Di sinilah bedanya, tentang tanggapan dosa antara Islam dan Nasrani. Dalam agama Nasrani, dosa (kekotoran) manusia, telah ditebus oleh darah Jesus Christ, sedang bagi Islam setiap individu adalah bertanggungjawap ke atas dirinya sendiri. Soal dosa dan pahala adalah soal pribadi. Prihal sendiri-sendiri. Sesungguhnya setiap dari kita adalah penuh kekurangan. Dari segi jasmaniah, kita tidak kekurangan, namun dari segi akidah; moral, kita sering terpeleset, siapapun kita tidak kira umur, kedudukan dan jantina. Kenapa? Di sinilah, maka kita harus sentiasa beringat akan mula kejadian kita. Menurut Kitabullah, pada hari keenam penciptaan kita, Allah sengaja membiarkan patung kita yang masih lompang di TamanNya. Jika kita mampu berfikir dalam, pasti keterbiaranan sejenak kita itu, juga punya maksud tersendiri. (3) Pada saya, saya berkira Allah mahukan kita sedar kemudiannya "Kamu siapa, kalau bukan Aku yang menghidupkan kamu!". Saat kita dalam keadaan terbiar itulah, maka syaitan telah memasuki tubuh kita, lalu berikrar: "Jika darjat kamu adalah lebih rendah dariku, maka kaumu akan aku biarkan bebas. Namun jika Allah menjadikan kamu lebih mulia dariku, pasti aku akan sesatkan kamu". Dan bila Nafas Allah telah Dia hembuskan menjadi roh; nyawa kita, maka di hati kitalah sasaran segala godaan keonaran syaitan. Maka, cuba dekaplah dada kita saat kita sedang marah, dengki, cemburu, tamak, haloba, dsb; rasakan denyut jantung dan suhu dada kita; pasti akan menjadi lebih pantas dan hangat. Itulah kesan api pembakaran godaan syaitan. Sesungguhnya, itulah sebabnya maka Al Quran menyatakan jika hati kita baik, maka baiklah kita, dan sebaliknya. Sesungguhnya, jika kita berusaha untuk mengerti, maka itulah saya berkira akan sebahagian dari sebabnya, kenapa Jibrail terlebih dahulu mensucikan hati Muhammad SAW dengan air zam-zam sebelum baginda dibawa mengadap Allah dalam perjalanan Israq Mikraq baginda. Yang membedakan manusia adalah hatinya, bukan sifat kecil besarnya, tetapi atas sifat rohaniahnya. Saat syaitan sudah mengakar dalam hati kita, maka ketenangan dan kewarasan akan melayang dari jiwa dan fikiran kita.

(5b) Itu adalah sejarah kejadian moyang lelaki kita iaitu Adam AS. Tidak buat Hawa. Hawa tercipta dari tulang rusuknya Adam AS. Maka, kaum Hawa seharusnya tidak tergolong sebagai suci dalam debu. Kaum Hawa, seharusnya telah suci dan mulia lantaran dari asal kejadiannya, bukan dari debu dan lumpur tetapi Adam AS yang telah sempurna dan mulia. Sesungguhnya sebegitulah, jika nafsu haloba sudah menguasai jiwa dan fikiran kita. Jika sesiapa faham tentang pencedungan tissu, tissue transplant dan atau pengklonan, maka sesungguhnya penciptaan Hawa adalah sama dengan pencedungan tisu dan atau pengklonan. Dalam ilmu perubatan, pengklonan akan menghasilkan jasad yang persis sama. Maka jika Adam AS adalah suci dalam debu maka, Hawa yang terhasil dari pengklonan dan atau pencedungan tisu Adam AS, maka sifat-sifat mereka akan persis sama, dan cuma atas MahaBijaksana dan MahaMengetahuinya Allah, ada unsur-unsur fizik dan fisiologi Hawa yang berbeda dengan Adam AS atas tujuan khusus Allah menciptakan Hawa buat Adam AS ie mengumarakkan Ummah. Allah menjadi Hawa khusus sebagai wanita, dan Adam AS sebagai lelaki. Maka jika kita dapat sedikit berfikir panjang, sesungguhnya Allah tidak mencipta manusia yang bersifat perantaraan lelaki dan atau perempuan. Maka Allah sangat benci jika manusia merobah dirinya dari lelaki jadi perempuan, dan atau perempuan jadi lelaki, tanpa sebab yang memudharatkan. Penghapusan kaum Lut adalah bukti sejarah kemarahan Allah itu.

(6b) Sesungguhnya godaan syaitan itu tidak akan terhenti sehingga Qiamah. Itulah janji dan restu Allah kepada mereka. Sememangnya, menjadi KPI kejadian syaitan, iaitu tidak lain sebagai penyesat terkutuk. Tipu muslihat godaan syaitan adalah sangat dahsat; paling kreatif sebetulnya. Salah satunya, betapa syaitan akan terus menanamkan dalam jiwa kita betapa kita manusia ini adalah hebat. Kita adalah istimewa. Kita telah sempurna. Maka, tidak apa apa lagi yang seharusnya kita perbaiki atau patuhi. Kita tidak perlu berbuat apa-apa lagi kebaikan, kita bebas melakukan apa saja. Dengan cara itu, barulah kita benar-benar hebat. Jiwa kita sentiasa diketuk agar lalai, ingkar terhadap apa juga perkara kebaikan. Sepertinya di zaman persekolahan, murid yang hebat adalah murid yang suka ingkar. Itu pada kaca mata murid bukan dari sudut pandang guru.  Sesungguhnya, saya berkira, pemula dari segala godaan syaitan adalah dengan menanamkan sifat riak, banga diri dalam hati manusia. Itulah sifat yang mengakar pada Abarahah sebelum kelahiran Muhammad SAW, di Tahun Gajah. Juga itulah sifat Abu Jahal dan Abu Lahab, bapa saudara baginda. Begitulah juga sifat yang ada kepada Umar Al Khataab, Abu Suffian dan Khalid Al Walid dan banyak lagi sebelum Islamnya mereka. Sesungguhnya sifat umum dan kental kaum Quraish Jahilliah adalah riak, sombong. Dari sifat riak, syaitan pasti dengan mudah pula akan menanamkan sifat tamak dan haloba ke dalam jiwa manusia. Sifat tamak dan haloba, pasti kemudian akan menjalar menjadi dengki dan khianat. Saat sifat hasad dengki sudah menguasai jiwa manusia, maka syaitanpun pasti menadah tangan bersyukur betapa KPI mereka sudah 100 peratus mutlak tercapai. Permusuhan pasti akan membara, dan api syaitanpun sempurnalah di kalangan Umat manusia. Inilah, apa yang saya katakan manusia itu tetap suci dalam debu, kapanpun akan ada cacatnya, kotornya, jijiknya. MahaBijaksana dan MahaMengetahui Allah, lantaran Dialah yang menciptakan kita, Dia MahaMengetahui yang di depan, yang tersembunyi dan segala, maka Dia terus-terus berusaha menyadarkan kita tentang siapa kita.

(7b) Adam AS dari debu dan lumpur. Hawa pula dari rusuknya Adam AS. Namun Isa AS lain pula, tunggal dari rahimnya Mariam. Sedang manusia-manusia lainnya, biarpun Muhammad SAW, Allah berfirman, kira-kira bermaksud: "Kamu adalah dari setitik air yang kotor, lalu mengumpal menjadi darah". Air yang kotor itulah air mani lelaki dan ovum perempuan. Kotorkah air mani dan ovum, telur? Ujilah sebegini. Ambil air mani, palit atau calit pada anak-anak kecil. Bagaimana tindakbalas mereka? Saya menduga pasti mereka akan menyeringai tanda geli jijik. Pada orang dewasa, tindakbalas mereka pasti bercampur-campur, ada yang jijik ada yang biasa-biasa malah ada yang akan suka untuk di sapu ke muka atau di telan buat awet muda. Namun apapun, tetap manusia akan membersihkan diri mereka setelah terkena air mani. Ovum atau telur perempuan jika dikeluarkan, apa lagi di saat haid, dan diberi kepada sesiapa, pasti tidak siapa yang mahu. Semua pasti memandangnya jijik kerana berdarah-darah serta hanyir. Sebegitulah Allah, saya kira, Dia terus memperingati kita betapa kita tetap suci dalam debu, kotor dan akan kotor. Sebegitulah asal kejadian setiap kita, selain Adam AS, Hawa dan Isa AS.

(8b) Namun tetap banyak yang berkata: Maka apa? Pentingkah itu?. MasyaAllah, terlalu tebal nampaknya riak dan bongkaknya kita. Kita belum dapat menerima betapa kita ini adalah kotor dan akan terus kotor, maka Allah mahukan kita bekerja keras membersihkan diri. Jika air mani dan ovum dipandang sebagai tidak kotor, maka biarlah saya teruskan berhujah sebegini untuk membukktikan betapa kita adalah kotor rendah darjatnya dan perlukan pembersihan sekuatnya. Dari mana kita datang? Rahim ibu? Betul, benar? Air kencing, bersih atau kotor? Pasti semua, melainkan yang tidak dan belum berakal dan sudah hilang akal; akan melihat air kencing sebagai najis dan kotor. Air kencing keluar dari mana? Pasti dari zakar dan memek. Maka, air mani dan ovum keluar dari mana? Bukankah dari zakar dan juga memek? Tidakkah air mani khususnya sebelum bersenyawa dengan ovum di rahim untuk membentuk janin, juga keluar dari saluran kencing? Air kencing keluar dari saluran kencing, dan air mani keluar juga melewati saluran kencing, apakah maksudnya saikologinya? Juga, apakah saluran yang kira-kira selari dengan saluran kelenjar mani, falopian, dan saluran kencing? Tidakkah saluran usus kecil yang dipanggil rectum tempat buangan najis besar adalah selari dan berdekatan dengan saluran kencing? Apakah maksudnya saikologinya? Juga sedarkah kita, saat kita terlahir sebagai bayi, tidakkah kita terlahir lewat saluran kencing memek. Sesungguhnya, benarlah saat siapa yang mengerti Bahasa Inggeris, saat mereka marah atau terperanjat, pasti terkeluar perkataan shit you dan atau Ohh shit!

(9b) Sesungguhnya kita, biar Adam AS, biar Hawa, biar Isa AS, semua manusia adalah tercipta dari bahan kotor dan akhirnya terlahir dari saluran kotor sebagai saikologi Allah untuk membuktikan dan menyedarkan kita adalah rendah darjatnya. Paling jelas, biar agama apapun, melainkan di kalangan Firaun dan Maharaja Dinasti China Kuno, saat kita mati, yang mengiring kita hanyalah gombalan kafan murah dan kitapun diletakkan bersama asalnya kejadian kita iaitu tanah, baring kekal bersama cacing dan segala ulat. Namun Allah itu MahaPengasih dan MahaPenyayang. Dia memberikan kita kesempatan untuk menjadi suci dan punya darjat yang tinggi. Maka dengan sebab itulah dia memerintahkan bahkan mengingatkan kita agar terus mendiri dan memelihara sholat, zakat fitrah, puasa dan menunaikan Hajj dan atau Umrah. Perintah itu adalah perintah bagi menyuci dan menaikan darjat kita.

(10b) Sholat, kita mulai dengan berwudhu. Pastinya terdahulu kita harus bersih dari segala bentuk najis dan kotoran dan sedikit berwangian. Itulah pembersihan pertama, iaitu kita perlu peduli akan keselesaan jemaah lain, manusia lain. Semasa berwudhu, kita harus mulai dengan berkumur. Berkumur agar nafas kita tidak berbau, terutama jika sholat berjemaah sehingga boleh memualkan rakan jemaah lainnya. Kemudian kita perlu bersihkan muka. Muka maksudnya mata, mulut, misai, janggut, dan hidung. Deria lihat, deria rasa, dan deria hidu kita harus dibersihkan. Bersih zahir dan batin. Lalu kedua belah tangan kita sehingga ke siku perlu dibersihkan. Inilah simbolik agar segala laku kita mestilah bersih, halal, berbuat hanya yang direstui Allah. Kemudian dahi dan rambut kita dibersihkan. Maksudnya, fikiran kita mesti bersih. Lalu dikuti pembersihan telinga. Hakikatnya deria dengar kita mesti bersih. dan akhirnya, kaki kita sehingga ke buku lali, harus bersih. Maksudnya, jalanan kita mesti bersih. Sesungguhnya, wudhu adalah usaha pembersihan jasmaniah dan rohaniah langkah pertama. Lalu kemudian kita sholat. Itulah pembersihan rohaniah paling besar. Kita membersihkan diri untuk dekat kepada Allah, memohon darjat kita terus dimuliakan. Sholat wajib lima waktu. Sholat sunat ada banyak, dan harus. Setidak-tidaknya, kita membersihkan diri lima kali sehari.

(11b) Namun sholat belum cukup untuk membersihan diri. Biar sekuat mana sholat kita, akan tetap ada sifat riak dan takbur dalam diri kita. Biar tidak nyata, tetapi tetap ada. Jika tidak pada prilaku kemanusiaan lainnya, akan tetap ada riak terselindung pada jubah, ketayap, tasbih, capal, selendang, cincin dsb yang ada pada kita. Maka Allah berkehendakkan kita lagi bersih lewat perintahnya agar kita berpuasa. Puasa adalah ibadat menahan, mengekang, menundukkan nafsu. Riak adalah akibat nafsu. Apa lagi sombong, bongkak, takbur, hasad dan dengki. Bila nafsu tidak ditekan, pasti tubuh akan bergelumangan najis. Maka puasa Allah sediakan buat menyelamat Umat dari bara api nafsu.

(12b) Sesungguhnya, seperti saya kata terdahulunya, riak adalah pemula segala kekotoran kepada manusia. Riak adalah lawan kepada sikap syukur, zuhud. Kita menjadi riak, lantaran kita tidak punya rasa ukwah. Saya melihat manusia riak sebagai manusia yang tidak punya keyakinan diri. Kita hanya ingin mendongak meninggi. Kita ingin, bernafsu agar semua mendongak kepada kita. Kita tidak mahu melihat yang di bawah yang masih banyak dalam kepayahan. Kita melihat kepayahan pada yang banyak sebagai lantaran kebodohan dan kemalasan mereka. Ada benarnya, namun banyak juga salahnya pada pandangan sebegitu. Sifat riak itu seringnya berada di kalangan mereka yang berada samada dari segi ilmu juga harta, dalam semua golongan manusia. Khusus bagi yang berharta, Allah menyediakan satu pendekatan, bukan sekadar untuk meleburkan riak, malah membersihkan nikmat Allah kepada mereka, iaitu lewat zakat. Zakat terwajib ke atas harta halal dan cukup syaratnya. Bagi Umat Islam yang suka membayar zakat, pasti dia akan hanya mahu berusaha secara halal dan mengikut hukum syarak. Amalan sebegini, pasti hanya akan dilakukan oleh mereka yang berhati dan fikiran bersih. Harta hasil dari kerja mencuri, merompak, menyamun, menipu, rasuah, perjudian, pelacuran, segala bentuk perdaganagn dan urusan berbentuk riba, serta segala yang boleh memudharatkan akidah dan ummah, bercanggahan dengan hukum syarak, segalanya tidak dibenarkan dikeluarkan zakat. Zakat untuk semua itu, tidak akan Allah terima. Zakat hanya untuk harta halal. Sesungguhnya, memelihara zakat, adalah jalan Allah agar kita sentiasa bersih dalam perjalanan hidup mencari rezeki serta menimbulkan rasa persaudaraan sesama manusia, lantaran kita saling membantu sesama Ummah.

(13b) Menunaikan Hajj dan atau Umrah adalah wajib ke atas mereka yang berkemampuan. Sesungguhnya Hajj dan Umrah itu sangat menekankan prihal sholat dan zakat (korban, sedekah). Ianya juga adalah agar kita bersendiri dekat kepada Allah untuk menilai diri serta menginsafi akan siapa dan darjat kita di sisi Allah. Saat Hajj dan Umrah, semua manusia adalah sama sahaja. Semua berihkram putih, tidak lebih dan tidak kurang dari itu, khusus bagi kaum lelaki. Kaum Hawa, mereka menikmati pelbagai rahmat kelonggaran Allah semasa menunaikan Hajj dan Umrah. Namun yang pasti, semua perlu mengikis sikap riak, sombong, bakhil, hasad, dengki, dsb. Segala kekotoran jiwa dan fikiran harus kita bersihkan, dan semoga saat meneguk air zam-zam, jika masih hadir syaitan di dalam hati kita, mudah-mudahkan mereka akan mati lemas dalam siram air zam-zam tersebut. Sesaungguhnya, saya berkira, di antara kekesanan Hajj dan Umrah adalah sebagai jalan Allah mengingatkan kita, betapa suatu waktu dulu kita adalah Jahilliah yang menuju kemusnahan lalu Dia datangkan Islam sebagai penyelamat. Islam itu pula tidak terbangun dengan sekadar kun faya kun tetapi dengan keringat, tangis, nanah, darah dan nyawa para pendiri awalnya. Kita kini, sesunguhnya sekadar menerima bersih dan mudah, cuma apakah kita sanggup terus bertahan bersih dan menyuburkan keIslaman kita.

(14b) Umat Melayu, mereka sangat dalam falsafah hidup mereka sehingga sukar anak cucu kini yang sudah tidak mahu bersusah payah untuk berfikir, menemukan falsafah di balik bahasa dan laku Melayu dulu-dulu. Contohnya, bila seseorang Melayu itu telah pergi Hajj, maka gelaran Hajj itupun terpakai kepadanya. Sepertinya gelaran itu adalah wajib ke atas mereka. Setelah kembali dari Mekah, bila tidak dipanggil Hajj, akan ada yang tersinggung. Kenapa? Sesungguhnya, inilah bedanya dengan pandangan kini Melayu. Melayu kini, gemar ada gelaran di depan nama mereka. Kalau mereka tidak dapat gelaran dari Gabenor, Sultan atau Agung, maka mereka akan mencari segala jalan untuk mendapatkan juga gelaran di depan nama mereka. Sedikit masa dulu, berkemaruk berlumba-lumba dengan gelaran Dr. Maka bagi Umat Melayu, saat sudah Hajj, mereka seperti wajib di panggil Hajj, melainkan jika mereka sudah punya Dr dan atau gelaran-gelaran lain anugerah Negeri dan atau Negara. Anih juga. Gelaran dari kerja suci di depan Allah, sepertinya boleh digantikan oleh gelaran dari manusia? Apa mungkin, maksud Syahadah buat mereka yang berfikiran sebegini? Sesungguhnya, bila adat Melayu menekankan agar gelaran Hajj harus terpakai kepada sesiapa yang kembali dari Hajj adalah untuk sentiasa mengingatkan dia betapa dia telah mensuci diri serta telah berikrar di depan Allah untuk terus suci. Saya yakin itulah moral di balik gelaran Hajj yang adat Melayu sesiapa saja pegang. Namun, manusia selagi jantungnya berdetak, syaitan akan tetap terus mengoda. Semakin kuat dia ingin menjadi baik, semakin hebat godaan syaitan kepadanya. Maka inilah, akhirnya kebenaran kita adalah suci dalam debu, sesiapapun tidak boleh sombong, takbur selagi kubur bukan kediaman kita, kapanpun kita boleh kecundang dan atau sebaliknya.

(15b) Jika, hujah saya di atas belum juga dapat meyakinkan sesiapa, biar diri saya sendiri betapa kita ini adalah kotor dan akan terus kotor sehingga Allah atas sifat MahaPengasih dan HahaPenyayangNya, maka Dia menyediakan jalan-jalan terang agar darjat kita akan gemilang iaitu hendaklah kita tunaikan dan peliharalah Syahadah, Sholat, Zakat-Fitrah, Puasa dan Hajj atau Umrah, maka akan terpakailah kepada kita, diri saya apa yang Allah nyatakan sebagai: BagiKu hakKu, bagi kamu adalah hak kamu. SubhannaAllah.

Nota:
(1) Beruk, kenapa beruk menjadi asas kepada tiori evolusi Darwin, dan bukan dugong dan duyong? Legenda duyong sangat terkenal di Eropah pada zaman itu. Pertama soal kecetekan ilmu manusia. Ilmu kita adalah ibarat hanya settik air dalam sebuah lautan, jika dibandingkan ilmu kita dan ilmu Allah. Di Jerman, saat tiori Darwin tercetus, mereka tidak pernah melihat dugong. Dugong sepertinya hanya wujud di Nusantara. Kedua, beruk, tabiat dan sifat mereka paling sangat nakal. Mereka suka merosakan. Cuba berikan beruk sekuntum bunga, apa akan jadi? Beruk suka mencuri. Beruk juga suka membazir, tamak. Jika diperhatikan betul-betul, bukankah sebegitu sifat Yahudi, si Darwin. Allah sesungguhnya saya menduga sebegitulah sifatNya, Dia sedang mempersenda siapa yang mempersenda Ayat-ayatNya.

(2) Musa AS membawa kaum Yahudi keluar dari kekejaman Firaun Mesir. Mereka kemudian musafir di Gurun Sinai. Di Padang Pasir Sinai (Desert Sin), mereka berada dalam keadaan tidak kecukupan, kepayahan sebenarnya khusus dari segi makanan dan minuman. Mereka musafir sekitar 40 tahun lamanya, sebelum dapat kembali ke "Israel". Kerana tidak sabar, mereka menjadi marah dan merunggut: "Jikapun kita tersiksa di Mesir, dan jika kita terus kekal di sana, maka setidak-tidaknya kita mati tidak dalam kebuluran sebegini. Di manakah janji Allah tentang rahmatNya buat kita?" Rungutan mereka Allah dengar lalu, Dia turunkan Manna di pagi hari dan datangkan Salwa di petang hari sebagai makanan sempurna khasiatnya buat mereka, dengan syarat bahawa dari Ahad sampai Khamis, mereka mesti mengambil hanya secukup buat makan seharian, dan pada hari Jumaat, mereka boleh mengumpul Manna dan Salwa sekadar cukup untuk makan pada hari Jumaat dan Sabtu. Pada hari Sabtu, mereka harus tidak keluar mencari makanan dan duduk diam di rumah masing-masing sahaja. Allah sepertinya mewajibkan mereka "berpuasa", namun mereka melanggar perintah Allah atas sifat tamak dan lupa diri; sejarah betapa sebelumnya Allah telah menyelamatkan mereka dari kekejaman Firaun.

(2.2) Cara Allah sebegitulah. Jika kita boleh berfikir, sifat tamak Yahudi kekal sehingga kini. Allah menjanjikan mereka kembali ke Tanah Tumpah Darah mereka, namun mereka terus tamak sehingga rakyat sedia ada di kawasan tersebut juga mereka sedang sisihkan hebat. Kini mereka sebetulnya sedang bercita-cita untuk kembali menawan seluruh bekas Babylon. Inilah, mereka ingkar tentang Sabath, maka mereka akan terus ingkar akan segala. Yang pasti, mereka tidak akan pernah aman, biarpun mereka akan berjaya menguasai Palestine-Syam kembali, kerana tetap mereka sesama sendiri akan berbunuhan juga akhirnya.

(3) Saya mulai melihat, dan pernah melalui dulunya, betapa dalam keghairahan kita menghambat kemajuan kini, generasi pada umur di bawah 25 tahun kini, khususnya di kalangan Umat Melayu sedang terbiar sepertinya jasad Adam AS pada hari ke enam penciptaannya. Allah atas sifat MahaMengetahui dan MahaBijaksanannya, saya berkira sengaja berbuat sebegitu untuk mengingati manusia kemudiannya betapa kelompangan harus tidak dibenarkan. Kini, anak-anak muda Melayu sedang dalam kelompangan, maka mereka dengan mudah terjerut dalam pelbagai kancah yang memusnahkan. Nur Islam sedang mereka gantikan dengan segala macam kepelesetan. Sistem Pendidikan kita, banyak pincangnya!

Kuching, Sarawak
6 Nov., 2013

#Abdullah Chek Sahamat

Writing that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around my world which you may find hard to believe and understand

1 comments:

Anonymous said...


we will appreciate things when its gone...we will miss some1 when he's missing from our life..
sometimes anger creates bad words, bad mood...but after that..only 1 feeling left... i miss u...

Copyright © 2010 abc sadong™ is a registered trademark.

Designed by Access. Hosted on Blogger Platform.